3. Tragedi Jaket

877 136 16
                                    

Suasana di sekolah pagi ini terbilang masih cukup sepi, hanya ada beberapa murid yang sudah datang ke sekolah. Termasuk Yoona yang sedang berjalan seorang diri di jembatan menanjak menuju lantai dua. Ia melirik ke sana kemari sambil mencoba menghubungi Seohyun yang sejak tadi tak menerima panggilannya. "Masa belum bangun? Gak mungkin," gumamnya heran saat panggilan tersebut kembali dialihkan oleh operator. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju kelas 12 IPA 2.

Brakkk!

Yoona langsung menggebrak meja di dekat pintu begitu melihat punggung seorang pria yang saat ini berdiri di  depan meja sahabatnya. Perlahan ia pun mulai melangkah menghampiri pemilik punggung yang terlihat kaku.

"Eh? Yoo...na...," ucap pria tersebut, berbalik menghadap Yoona dengan kedua tangan yang berada di balik punggung, menyembunyikan sesuatu.

"Ngapain?" tanya Yoona.

Pria itu hanya menggeleng kecil sebagai jawabannya. Entah kenapa nyalinya seketika menjadi ciut saat harus berhadapan dengan seorang gadis yang terkenal juara taekwondo di sekolah mereka. Bahkan ia pernah mendengar, jika salah seorang murid laki-laki dari sekolahan lain pernah merasakan tinjunya saat mencoba menggoda gadis itu. Menyeramkan.

"Mau naro cokelat lagi di mejanya Seohyun, kan?" tebak Yoona, melirik kedua lengan pria itu yang berada di balik punggung seraya tersenyun remeh. "Jadi kamu, yang selama ini naro cokelat di sana? Luar biasa, ya. Cowok pendiem kayak kamu berani juga, ya? Iqbal yang terang-terangan aja gak diterima lho sama Seohyun. Lagian, sahabat aku itu emang gak mau pacaran. Jadi berhenti gangguin dia, oke? Dan lagi, dia juga gak akan suka sama cowok kayak kamu. Kenal kamu aja mungkin enggak."

Jleb!

Dimas tertegun begitu mendengar kalimat yang langsung menohok hatinya. Rasanya sangat menyesakkan karena gadis itu langsung yang mengatakannya. Kepalanya yang tertunduk pun perlahan terangkat. Ia membenarkan letak kaca matanya yang sedikit turun, lalu menatap gadis di hadapannya. "Iya, mana mungkin perempuan kayak kamu bisa suka sama cowok kayak aku," ucapnya, lalu meletakkan cokelat yang dibawanya di atas meja yang selama ini diketahuinya sebagai meja gadis di hadapannya.

Yoona berbalik, menatap punggung pria tersebut yang tidak ia ketahui siapa namanya hingga menghilang di balik tembok. Ia kembali menatap cokelat di atas meja sahabatnya yang ternyata diletakkan oleh pria itu. "Tadi kok dia malah bilang, mana mungkin perempuan kayak kamu bisa suka sama cowok kayak aku. Bukannya dia sukanya sama Seohyun, ya? Atau kalo aku suka sama cowok, mungkin aja Seohyun juga suka sama cowok itu? Maksudnya tipe ideal kita sama gitu? Jelas beda dong. Aku suka sama Iqbal, Seohyun malah enggak," gumamnya lirih, lalu duduk di bangku Seohyun sambil memainkan cokelat tersebut.

"Hah, kayaknya aku harus makan cokelat ini biar mood aku bisa balik lagi. Toh, selama ini Seohyun selalu ngasih cokelatnya ke aku. Nanti tinggal bilang aja. Tapi... kasih tau gak ya soal cowok yang tadi? Tapi kasian juga sih, habis mukanya melas banget gitu. Kan jadi gak tega mau jahatnya juga."

Selama tiga puluh menit Yoona terus menunggu Seohyun yang tak kunjung datang juga. Tidak biasanya gadis itu belum datang di saat waktu telah menujukkan pukul 07.12 pagi. Tiga menit lagi sebelum bel masuk berdering. Apa Seohyun sakit sehingga jam segini gadis itu belum tiba juga?

Tringgg!

Bel pun berdering bersamaan dengan guru olahraga yang memasuki kelas.

Yoona sama sekali tak memperhatikan sang guru yang baru memasuki kelas. Pandangannya hanya tertuju pada pintu, berharap jika Seohyun datang. Ada dua hal yang ia khawatirkan apabila sahabatnya itu benar-benar tidak masuk. Pertama, ia khawatir Seohyun jatuh sakit karena kemarin mereka pulang hampir magrib. Kedua, ia khawatir karena nanti akan ada ulangan harian matematika. Jika bukan sahabatnya, siapa yang akan berbaik hati memberinya contekan? Walaupun satu nomor kan lumayan. Seandainya otak cerdas sang paman menurut padanya, mungkin ia sudah menjadi juara kelas sejak dulu.

Presiden Jomblo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang