4. Nomor Tak Dikenal

821 137 26
                                    

Ponselnya yang terus bergetar karena adanya panggilan masuk membuat fokusnya pada buku Kimia teralihkan. Nomor tak dikenal itu masih mencoba menghubunginya sampai lima kali. Seohyun memang tidak mau menerima sembarang telepon, terlebih sedang maraknya aksi penipuan. Namun, kali ini sangat mengganggu sekali. Rasanya ia ingin memarahi si penelepon jika ternyata memang sekedar iseng saja. Ia ingin mematikan ponselnya, tapi dirinya sedang menunggu telepon dari Yoona. Sesuai rencana, ia ingin meminta maaf pada kakak gadis itu.

Drrttt!

Lagi-lagi ponselnya kembali bergetar untuk keenam kalinya. Seohyun tak bisa tinggal diam saja, ia harus segera mengambil tindakan untuk memberi pelajaran pada si penelepon. Ia pun langsung bergegas ke kamar sang adik begitu terpikirkan sebuah ide.

Krekkk!

Seohyun langsung membuka pintu kamar Nizam, mendapati sang adik sedang bermain PSP. "Nizam, kamu gak belajar?" tanyanya, lalu duduk di samping adiknya yang sedang berbaring tengkurap di atas ranjang.

"Udah, kok, Teh. Liat aja sendiri," jawab Nizam, mem-pause gamenya, melirik sang kakak sekilas, lalu kembali melanjutkan gamenya.

Seohyun meraih sebuah buku yang tergeletak di atas meja belajar Nizam. Mendapati lima soal matematika yang sudah dijawab semua oleh adiknya. Ia melirik ponselnya yang belum bergetar lagi, lalu kembali duduk di samping Nizam. "Dek, mau bantuin Teteh gak? Nanti Teteh jajanin sosis bakar, deh."

"Kalo sama boba juga aku baru mau," timpal Nizam yang tetap asik dengan gamenya. Walaupun ia mulai tertarik dengan tawaran sang kakak.

"Ya udah, iya, sama boba. Tapi harus bantuin. Jadi, berhenti main gamenya dulu." Seohyun langsung merebut PSP Nizam, lalu mematikannya begitu saja.

"Yah, Teteh. Kok dimatiin sih?! Harus mulai dari awal lagi, deh." Nizam mendengus sebal, merebut kembali PSP miliknya dari tangan kakaknya.

"Ya... maaf. Teteh kira gak ngaruh kalo dimatiin gitu. Teteh kan gak ngerti."

"Iya, Teteh ngerti apa soal game?! Taunya cuma bukuuu... aja."

Seohyun menghela napas panjang begitu disindir oleh adiknya. Ia tidak tersinggung, karena game bukanlah hal penting yang harus dikuasi oleh dirinya. Pelajaran baru penting.

Nizam melempar PSP-nya ke ranjang, lalu kembali menatap kakaknya. "Mau minta bantuin apa?" tanyanya.

Seohyun tersenyum saat Nizam sudah tidak ngambek lagi. Ia menunjukkan ponselnya, "Nih, nanti kalo nomor ini nelepon, kamu angkat. Tanya, ini siapa? Mau ngapain nelepon? Terus kalo nanyain Teteh, bilang Tetehnya udah tidur," jelasnya panjang lebar.

"Jangan salahin aku kalo aku suka bohong. Aku kan diajarin sama Teteh sendiri," celetuk Nizam yang membuat sang kakak mendengus sebal.

Drrttt!

Ponsel Seohyun pun kembali bergetar.

"Eh? Nih, nih, nih. Kamu angkat, ya. Inget apa yang Teteh bilang." Seohyun menyerahkan ponselnya pada Nizam.

"Halo... Assalamu'alaikum," ucap Nizam begitu menerima panggilan tersebut. Namun, sampai sepuluh detik lamanya tidak ada jawaban juga. "Jawab salam hukumnya wajib, lho."

Seohyun yang hampir tertawa pun langsung menutup mulutnya dengan tangan kiri. Tak menduga dengan apa yang diucapkan oleh adiknya pada si penelepon. Kedua jempol tangannya mengacung seraya tersenyum bangga.

Setelah menunggu beberapa detik, akhirnya sebuah suara pun terdengar.

"Wa'alaikumussalam," jawab seorang pria yang sudah pasti tak dikenali oleh Nizam, membuatnya langsung menatap kakaknya penuh tanya.

Presiden Jomblo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang