37. Tamu Tak Diundang

939 128 10
                                    

Seohyun tidak pernah tahu seberapa kaya sosok yang telah menikahinya dan sudah menjadi suaminya selama satu bulan ini. Dan kini dirinya tiba di sebuah rumah yang terbilang sangat besar untuk ditinggali oleh seorang pria dan beberapa orang yang bekerja di rumah ini. Desainnya didominasi warna putih dan aksen warna kayu yang terlihat elegan namun simple. Sangat cocok dengan kepribadian sang pemilik rumah yang tidak suka ribet.

"Kak, kok rumahnya gede banget sih? Kakak kan tinggal sendirian." Seohyun menatap suaminya yang kini berdiri di sampingnya dengan senyum bangga.

"Kan tinggal sendirinya sebelum nikah. Sekarang udah nikah, jadi tinggal sama istri aku dan anak-anak kita nantinya."

"Maksudnya... nanti kita tinggal di sini? Berarti pindah dari Bandung dong?"

"Ya... liat aja nanti. Kalo perkerjaan aku lebih banyak di Jakarta, ya kita harus tinggal di sini. Tapi, untuk sekarang ini kita tinggal di Bandung. Tenang aja."

Seohyun tersenyum seraya memeluk pinggang suaminya erat. "Di mana pun kita tinggal, aku pasti akan ikut sama suami aku," ucapnya, mendongakkan kepala, lalu dahinya pun dicium.

"Makasih ya, istriku. Di mana pun kita tinggal sekarang, tujuan terakhir kita itu surga, kan? Dan aku mau bangun rumah di sana, buat kamu dan anak-anak kita juga nantinya. Mau gak?"

Seohyun langsung mengangguk, lalu menjinjitkan kakinya, lantas mencium pipi kanan suaminya dengan bibirnya yang tentu saja tertutup niqab.

"Eh, pengantin baru bukannya masuk ke dalem. Ini malah sayang-sayangan di luar. Kasian si Bapak yang dari tadi ngeliatin," ucap bi Tuti, menggoda sang majikan dengan wanita yang tak lain merupakan nyonya besar di rumah ini.

"Assalamu'alaikum, Bi. Apa kabar?" tanya Kyuhyun, tersenyum kecil.

"Alhamdulillah, baik, Den. Eum... ini istri Den Kyuhyun, ya? Neng Seohyun?"

Seohyun balas tersenyum pada sosok wanita yang ditebaknya baru berusia empat puluhan. "Assalamu'alaikum, Bi. Apa kabar? Saya Seohyun... istrinya—"

"Istri aku, Bi. Cantik, kan?" Kyuhyun langsung memotong ucapan istrinya. Dengan antusias ia mengenalkan sang istri pada bi Tuti yang sudah menjadi ART selama rumah ini berdiri. Sepuluh tahun, waktu yang cukup lama, kan?

Tuti tersenyum, mengangguk setuju. "Walaupun Bibi cuma bisa liat mata si Eneng aja, tapi Bibi tau kalo si Eneng Seohyun ini pasti cantik banget. Terus insyaAllah jadi istri sholehah ya, Den?"

"Aamiin," jawab Kyuhyun.

"Ya pantes aja atuh kalo Den Kyuhyun ngejomblo selama itu. Ternyata sama Gusti Allah mau dikasih perempuan yang sholehah dan cantik kayak gini. Bibi ikutan seneng banget," ucap Tuti yang mengutarakan rasa senangnya.

"Bibi jangan muji aku terus. Aku jadi malu," ucap Seohyun, tersenyum malu di balik niqabnya. Merasa senang bisa bertemu dengan orang baik yang selalu menyiapkan semua kebutuhan sang suami sebelum menikah dengannya.

"Iya, Bi. Istri aku ini pemalu banget. Bahkan waktu malem pertama juga gitu," celetuk Kyuhyun yang langsung mendapat cubitan kecil di perutnya.

"Ya wajar atuh, Den. Setiap perempuan pasti ngerasa malu di malem pertama. Tapi, habis itu mah juga terbiasa," ucap Tuti yang disambut tawa sang majikan.

"Bibi kalo ngomong suka bener. Tapi, sayangnya istri aku masih malu aja," timpal Kyuhyun, lalu mencubit gemas hidung mungil sang istri. "Ya, Sayang?"

"Enggak. Biasa aja," jawab Seohyun, memanyunkan bibirnya sebal, karena digoda oleh bi Tuti dan suaminya juga.

Tuti pun tersenyum melihat keduanya. "Ayo, Den, ajak istrinya masuk buat liat-liat rumah ini. Den Kyuhyun pasti udah gak sabar pengen nunjukin juga, kan?"

Presiden Jomblo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang