13. Di Balik Alasan

601 118 16
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.15 malam, yang artinya sudah melewati lima belas menit dari jam tidurnya. Seohyun benar-benar dibuat tidak bisa tidur karena memikirkan Yoona yang sedang marah padanya. Ditambah lagi identitas pria itu yang belum jelas juga. Ingin bertanya pun harus bagaimana?

Drrttt!

Seohyun buru-buru meraih ponselnya yang tergeletak di samping bantal. Matanya berkedip beberapa kali saat mengetahui siapa yang meneleponnya malam-malam begini. Ia melirik pintu kamarnya yang sudah dikunci dari dalam. Orang tua dan adiknya pun sudah tertidur. Namun, ia merasa ragu untuk menerima telepon tersebut.

Panggilan itu sudah berakhir karena dirinya tak kunjung menjawab juga. Seohyun hendak meletakkan kembali ponselnya, namun getaran dari pesan yang baru saja masuk membuatnya langsung membuka pesan tersebut.

From: 🐧
Kenapa gak diangkat? Udah tidur? Tapi kok keliatan masih online?

"Mau ngapain sih?" tanya Seohyun setelah membaca pesan tersebut, lalu ia pun langsung membalasnya.

To: 🐧
Udah malem, gak mau nerima telepon.

From: 🐧
Kenapa?

To: 🐧
Nanti Nizam atau Ibu denger, terus nuduh yang enggak2 kayak waktu itu.

From: 🐧
Kan bisa bilang aku yang nelepon

To: 🐧
Justru itu. Pasti makin dituduh yang enggak2. Kayak Yoona nuduh kita.

Tanpa sadar Seohyun pun langsung menekan tombol kirim. Dan setelah membaca kembali pesan yang baru saja dikirimnya, ia pun tersadar jika dirinya baru saja menyindir akan tuduhan tak berdasar itu. Saat hendak ingin menghapusnya, pesan tersebut sudah terlanjur dibaca oleh pria itu.

"Ahh... gimana nih?! Pasti disangkanya aku sengaja bahas soal itu. Padahal gak ada maksud," gumam Seohyun, menggigit bibir bawahnya gelisah.

Ponselnya bergetar.

From: 🐧
Soal itu... aku mau minta maaf. Aku juga gak nyangka Yoona nuduh kita kayak gitu. Sekali lagi maaf 🙁

To: 🐧
Intinya ada urusan apa malem2 gini? Kalo gak ada apa2, aku mau tidur.

From: 🐧
Sebenernya aku mau jelasin sesuatu

To: 🐧
Jelasin siapa kamu sebenernya?
Kakak atau Omnya Yoona, iya?

From: 🐧
Aku mau nelepon aja, biar jelasinnya lebih gampang dan gak ribet

To: 🐧
Vn kan bisa

From: 🐧
Kalo telepon kan aku tau kamu lagi dengerin apa yang aku omongin saat itu juga. Gak masalah kalo nantinya kamu gak ngomong, dengerin aja udah cukup.

Seohyun memilih tak membalas pesan itu lagi. Entahlah, ia menjadi sedikit risih jika benar pria itu adalah paman dari sahabatnya. Bukan karena soal usia. Dari wajahnya pun ia yakin usia pria itu tidak sampai empat puluhan. Mungkin seumuran dengan pamannya.

Ponselnya bergetar, pria itu benar-benar menghubunginya. Haruskah ia angkat untuk sekedar mendengarkan penjelasannya saja? Setelah itu selesai.

"Assalamu'alaikum."

Seohyun terdiam begitu mendengar suara pria itu mengucapkan salam. Wa'alaikumussalam. Jawab dalem hati boleh, kan? Yang penting udah dijawab, batinnya yang sama sekali tak bicara.

"Jawab salam hukumnya wajib, lho."

Seohyun mengembuskan napas saat mendengar sindiran pria itu akan aksi diamnya ini. Sejak kecil ia pun sudah tahu jika menjawab salam itu wajib hukumnya. Makanya tadi ia menjawab salam tersebut, walaupun di dalam hati yang pastinya tidak bisa didengar oleh pria itu. Setidaknya malaikat tahu.

Presiden Jomblo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang