4.WHATS'AP BRO

1.2K 169 37
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***

Hari ini SMA Biru mengadakan lomba mengarang. Jika memang dalam lomba mengarang ini untuk juara 2 mendapatkan sepeda.

Tamara yang mendengarnya langsung tersenyum. Beruntung sekali pikirnya. Kali ini dia akan ikut lomba mengarang itu untuk mendapatkan sepeda baru.

"Aku akan berusaha mengarang sebagus mungkin agar aku bisa menang agar Ibu ku tidak usah membelikannya untukku," ujar Tamara di koridor kelas XI.

"Terima kasih, Tuhan. Telah memberikanku sebuah kesempatan." Tamara tak henti-hentinya tersenyum. Dia bahagia sekali kali ini. Bahkan senyumnya ini bisa menjadi kerinduan Geng Trilled.

***

Dari jauh Geng Trilled sedang melihat aksi kocak anak beasiswa. Tersenyum sendiri, tertawa sendiri, dan berdoa kepada Tuhan.

Valdo menyaksikan itu semua. Dia bahkan mendengar apa yang di katakan Tamara tanpa di sadari Tamara sendiri.

"Aku akan berusaha mengarang sebagus mungkin agar aku bisa menang agar Ibuku tidak usah membelikannya untukku."

Valdo mengangkat sebelah alisnya. Dia berpikir "membeli apa" maksud Tamara?

"Terimakasih Tuhan, telah memberikanku sebuah kesempatan."

Valdo benar-benar bingung dengan gadis itu kenapa dia bisa selalu terlihat bahagia meski tak ada siapapun di sampingnya.

"Ngapain lo, Bos, lihatin Tamara terus?" tanya Radit penasaran.

"Gue bingung deh sama dia. Kenapa dia bisa selalu bahagia?" jelas Valdo ingin mengetahui rahasia seorang Tamara.

"Gue tahu," sela Dino menimpali.

"Tahu apa?" Kali ini Radit yang menanggapi.

"Dia itu gila!" Dino langsung tertawa terbahak-bahak tak memperdulikan sahabatnya yang sudah siap membelitnya kali ini.

"DINO!" Valdo dan Radit langsung mengejar Dino yang kini telah berlari menghindari seekor ular.

Sangat kejam. Inilah Geng Trilled meski terlihat garang di mata orang, tetapi tak terlihat di mata Geng Trilled sendiri.

***

Valdo semakin saja merasa bersalah dengan apa yang di lakukan Geng Trilled kemarin. Menurut Valdo ini memang benar-benar kelewat batas.

Valdo mengingat sekali perkataan yang Tamara lontarkan.

"Jaga mulut kamu! Aku tahu kalian itu anak orang kaya yang bisa membeli ini itu dengan sesuka hati kalian. Apa kalian ngga pernah berpikir bagaimana nasib orang yang ada di bawah kalian jika selalu diinjak-injak seperti ini?"

"Kenapa kamu diam Oshvaldo Bryan. Aku nanya sama kamu sekarang ini. Puas kamu udah ngehancurin barang berhargaku?"

"Kamu ngga akan tahu semua ini itu berharga buat orang miskin."

"Terima kasih Oshvaldo Bryan karena kamu dan teman-teman kamu aku benar-benar kehilangan sosok seorang Ayah."

Valdo bingung sekali dengan pikirannya. Kenapa dia memikirkan seorang Tamara tidak penting?

Tapi rasa bersalahnya masih bergelayut di otaknya. Apakah dia harus meminta maaf? Tidak-tidak reputasinya bisa hancur kalau begitu.

Lalu apa yang harus dia lakukan sekarang?

"Oh iya, WhatsApp." Valdo langsung mencari nomor Tamara di grup kelasnya. Tapi dia tidak tahu mana nomor Tamara.

Semakin bingung saja. Valdo melihat teman sekelasnya yang bernama Mentari dia langsung memanggilnya.

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang