15.MIMPI

645 67 18
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***
Seorang gadis tengah dikejar oleh sebuah ransel yang ia temukan di tepi jalan. Dia meminta kepada gadis itu untuk meminta sebuah permohonan. Tetapi gadis itu menolak dengan keras.

Dia lebih memilih bekerja keras dari pada meminta kepada sebuah ransel. Dia masih tidak percaya dengan semua yang terjadi dengan kehidupannya yang sekarang.

Ransel itu bisa bicara dengan Tamara. Yah, gadis itu adalah Tamara.

"Mintalah sesuatu kepadaku Tamara!"

Tamara menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Tidak. Aku tidak serendah itu meminta sesuatu kepada sebuah benda."

"Aku hanya ingin membantumu, setelah itu aku akan pergi."

Napas Tamara tersengal-sengal. "Aku ingin kamu selalu ada di sisiku mesti kamu tidak memberikan aku apa-apa."

"Tapi ini sudah tugasku Tamara . Aku membantu orang-orang baik seperti kamu. Setelah semuanya tercapai aku pamit. Karena masih banyak yang membutuhkanku."

"Maka dari itu, aku nggak akan minta apapun dari kamu. Biar kamu selalu bersamaku," kekeuh Tamara. Dia tidak ingin kehilangan ransel temuannya itu.

"Kalau begitu, bolehkah aku membawa mu ke duniaku?"

Tamara terlihat cengo. "Mau apa?"

"Aku akan membawamu ketempat orang-orang baik."

Tamara langsung menolak permintaan ranselnya. "TIDAK ... AKU TIDAK MAU!"

"TIDAK RANSEL!"

"TIDAAAAAAAKK!" Tamara bangun dari tidurnya. Keringat sudah membasahi tubuhnya sekarang. Dia benar-benar takut. Kenapa bisa dia bermimpi begitu?

Sekarang pukul 01.00 dimana sekarang sudah berganti hari. Tamara langsung mengambil segelas air agar dia bisa lebih tenang.

***
Siswa dan siswi masih berlalu lalang di sekolah SMA biru. Sungguh indah sekolah ini. Banyak yang memimpikannya berada di sini. Dan Tamara Audy bisa menjadi bagiannya.

Yaah ... meskipun masih banyak rintangan yang menghadang. Tapi dia selalu optimis jika dia mampu.

Tamara sedang berjalan di koridor kelas Xl karena memang dia ingin masuk ke kelasnya dia baru sampai. Dia berlari terburu-buru karena ini adalah jadwal piketnya.

Tanpa sengaja dia menabrak dada bidang milik most wanted SMA Biru sekaligus ketua Geng Trilled.

"Aduhhhh, sakit banget." Rintih Tamara ketika dia menabrak Valdo .

Valdo tak bergeming, dia rasa hanya seekor semut yang menabraknya. buset ....

Tamara memanyunkan bibirnya. "Kamu gimana sih, aku kan mau lewat. Kenapa kamu ada di depan aku?!"

Valdo menaikan satu alisnya, harusnya dia yang marah, bukan? Kenapa ini malah sebaliknya?

"AWASS, MINGGIRRR!" Tamara menyingkirkan Valdo dengan menggunakan kedua tangannya membuat Valdo menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aneh," singkap Valdo ketika Tamara sudah berlalu pergi.

Valdo kemudian berjalan sendirian menuju ke lapangan utama. Tumben sekali dia sendirian? Dimana semua anak buahnya?

Radit dan Dino melambaikan tangannya ke arah Valdo. Ternyata di sini anak buahnya berada. Bukannya jalan beriringan malah seenak jidat saja.

Valdo langsung duduk dan memberikan instruksi kepada anak buahnya kalau dia butuh minum. Dino dengan sigap memberikan sebotol air mineral.

"Gimana masalah Hana? Udah beres, Dit?" tanya Valdo kepada Radit. Betul tebakan kalian, Radit sudah menceritakan awal mula Radit dan Hana bertemu sampai bisa jadian.

Dino memakan sebuah apel kemudian berpikir, Apa cuma dia yang tidak mempunyai kekasih?

"GAES!" teriak Dino membuat Valdo dan Radit terlonjat kaget.

Pletak!

Valdo langsung memukul Dino menggunakan botol yang diberikan oleh Dino. Siapa suruh mengejutkannya?

"ADUUUH!" rintih Dino kesakitan

"KENAPA GUE DI PUKUL PAKE BOTOL KOSONG SIH BOS?!" tambah Dino tak terima dengan perlakuan Bosnya.

Valdo terkekeh. "Daripada botol yang ada isinya, mau?"

"YA NGGAK GITU JUGAA," oceh Dino yang tidak ditanggapi oleh Valdo.

"UDAH DIEEEM!" suruh Radit menengahi.

Radit langsung berdiri dan kemudian menjitak kepala Dino.

Dino makin merasakan sakit, mempunyai sahabat begitu parah. Bukannya membela malah menyakiti?

Bukan menyakiti soal hal cinta, tapi ini sebuah candaan. Candaan masih dalam proses wajar yang tidak menimbulkan dampak buruk.

"Gue sama Hana baik-baik aja kok. Hana itu ceweknya peka banget." Curhat Radit membuat Dino semakin iri saja. Kenapa dunia ini tidak adil padanya? Bukankah Dino dengan Radit lebih ganteng Dino?

Valdo tersenyum bahagia. "Bagus deh kalo gitu. Gue do'ain semoga langgeng."

"Harus dong, Bos. Gue itu udah ngerasa cocok banget sama Hana. Kayaknya dia jodoh gue!" desis Radit bagai bucin zaman sekarang. Baiklah Dino tak tahan lagi. "KENAPA SIH GUE NGGAK PUNYA DOI?!"

"GUE KAN PALING GANTENG DI ANTARA KALIAN. EH, MAKSUD GUE ITU GANTENG NOMOR 2 DI BANDING VALDO. TAPI KENAPA GUE JOMBLO TERUUUSSSS?!" oceh Dino yang cemburu buta atas kemesraan Radit dengan Hana.

"Mana gue tahu," timpal Valdo tak acuh.

Radit hanya tertawa mendengarnya, lucu sekali Dino ini. Tinggal cari pacar apa susahnya?

Dino kaya, ganteng, tapi otak pas-pasan. Bisalah dapetin cewek manapun?

"GUE MINTA SARAN DONG SAMA KALEAN, GUE KAN PENGEN PUNYA DOI. BIAR TIAP HARI DI PERHATIIN."

"YANG UDAH MAKAN BELUM?"

"YANG UDAH MINUM BELUM?"

"YANG UDAH MALEM, BOBO GIH!"

"YANG?"

"YANG?"

"YANG?"

Valdo dan Radit geram dengan tingkah Dino . Untung saja dia sahabatnya. Kalau tidak? Pasti sekarang dia sudah mati dan di makan rayap.

"BACOT ANJING!" umpat Valdo dan Radit kasar.

"SKIP! NGGAK SERU EMANG LO BERDUA." Dino menghela napas berat. Kemudian, menghentakkan kakinya bak anak kecil.

***

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.

Penasaran part selanjutnya?

Silahkan komen jika ada typo!

Follow Instagram Author
@Dewibiruu

Follow YouTube Author
@dewisarah16

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang