Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)***
Hai makasih banget yang udah baca cerita aku. Aku seneng banget kalo kalian juga vote dan komen setiap part-nya!
Semua itu sangat berarti buat aku:)
Buat kalian yang selalu nunggu up semangat ya !
***
Selamat hari raya idul Adha, Minal Aidzin Walfaidzin. Mohon maaf lahir dan batin.
***
Malam hari itu, gadis pemilik tanda lahir di dahi kini memulai aksinya kembali. Dia sudah mengetahui kalau Lyodra sudah berhianat kepadanya.
Dia menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh.
Dia sampai di kediaman rumah Lyodra, mencoba mencari celah untuk masuk ke dalam. Dah yah, tentu saja berhasil.
Gadis itu langsung menyelinap kedalam kamar orang tua Lyodra yaitu Harun dan Nadia. Dia menyemprotkan sebuah racun. "Lihat saja, mereka sebentar lagi akan mati!" ujar gadis itu kemudian langsung merangkak keluar.
"Gede juga nyali lo, Lyodra." Gadis itu kemudian memberikan senyumnya. Senyum penuh arti.
***
Tamara bangun dari tidurnya karena dia ingin buang air kecil. Dia kemudian melewati kamar Bella, ternyata gadis itu tertidur pulas."Dasar kebo!" tukas Tamara kemudian kembali masuk ke kamarnya.
Ada rasa aneh di dadanya, dia merasa detak jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Ada apa ini?
Tamara menarik rambutnya sendiri, mencoba melukai dirinya menggunakan sebuah gunting yang ada di atas nakas.
"Aku kenapa?!" tanya Tamara kepada dirinya sendiri.
"Kamu milikku Tamara." Sebuah suara tiba-tiba menggema di kamarnya.
"Siapa kamu?!" Tamara mulai marah.
"Aku adalah temanmu yang selalu ada untukmu."
"Aku nggak punya teman kayak kamu!" Tamara mencoba mencari pemilik suara tersebut.
Dan, wush. Sebuah angin menerpa wajah Tamara. Dia tersenyum.
Dia melihat dirinya sendiri di cermin, memandangnya lekat, beautiful. "Akhirnya, tubuh ini sudah menjadi milikku seutuhnya. Siapapun yang mencoba mengganggu Tamara dia akan menyesal untuk selamanya!"
***
Lyodra menangis meratapi nasibnya, dia menyesal sangat menyesal. "Mamah, papah ....""Ini semua salah Lyodra. Harusnya Lyo nggak kehasut sama gadis gila itu. Maafin Lyodra!"
Geng Trilled datang untuk ikut berbelasungkawa. Mereka kasihan sekali dengan keadaan Lyodra sekarang, dia sendiri.
Valdo menepuk pundak Lyodra pelan, "Lo harus kuat!" Valdo kemudian langsung membawa Lyodra kepelukannya.
"Lepas, Do! Lepas!" suruh Lyodra mencoba melepas pelukan Valdo.
Namun, Valdo tetap memeluk Lyodra. Dia tahu, sekarang ini Lyodra sedang dalam keadaan sehancur-hancurnya. Orang tua dia pergi.
"Gue kan bilang sama lo! Jaga keluarga gue, tapi kenapa lo nggak jaga mereka?" tanya Lyodra sambil sesenggukan.
"Gue udah nyoba jagain mereka, Lyo." mereka kemudian mengakhiri pelukannya.
"Jagain? Ini yang namanya jagain? Bokap sama Nyokap gue pergi, lo nggak tahu betapa berharganya mereka buat gue?!" tutur Lyodra mencoba untuk menahan amarahnya.
Valdo tidak menyangka Lyodra akan semarah ini. Tentu saja, seorang anak mana yang bahagia jika ditinggalkan orang tuanya? "Gue, gue minta maaf."
Lyodra berdecak, "Segampang itu lo minta maaf?!" ketus Lyodra.
"Udahlah, Lyo. Masalah jodoh, takdir, dan umur itu udah ada yang ngatur, " sela Dino mencoba menengahi.
Lyodra menggeleng kuat. "Lo nggak tahu, No. Coba aja kalo Valdo jagain keluarga gue sesuai pesan gue!"
"Andai lo tahu, Valdo udah nganggep orang tua lo seperti keluarga sendiri. Dia rela begadang dan memastikan orang tua lo biar baik-baik aja. Tapi apa balasan lo? Marah-marah?! Ngotak dong lo!" jelas Radit.
Lyodra terkejut, benarkah?
"Apa bener semua perkataan Radit, Do?" tanya Lyodra merasa bersalah.
"Iya, gue berusaha buat jaga orang tua lo. Tapi mungkin ini udah takdir, disaat gue terlelap ada kabar kalau orang tua lo udah pergi," jelas Valdo.
Lyodra menundukkan kepalanya. "Gue minta maaf soal tadi. Gue salah. Nggak seharusnya gue nyalahin lo, Do."
Valdo tersenyum kikuk. "Nggak papa, tenang aja!"
Hana datang dengan napas memburu. Dia terlambat lagi, heran. "Maafin aku, aku telat," tutur Hana merasa bersalah.
"Nggak papa kok, tenang aja," balas Dino.
Radit tersenyum tipis. "Iya, Beb, nggak papa kok!"
"Dia siapa?" tanya Lyodra bingung.
Valdo langsung heran, bukankah dia gadis yang bekerja sama dengan Lyodra? "Dia si pemilik gelang perak," terang Valdo.
"Hah? Itu punya lo? Gue kirain punya perempuan gila itu," ungkap Lyodra dengan nada penuh kebencian.
Geng Trilled menatap Lyodra heran. Apakah dia sedang berbohong?
"Bukannya dia yang kerja bareng sama lo?" tanya Valdo menyelidik.
Lyodra menggeleng kuat. "Bukan! Orang yang kerja bareng gue itu punya tanda lahir di dahi kirinya. Gue inget banget."
"Tanda lahir di dahi?" Valdo semakin penasaran.
"Iya, Do. Gue nggak bohong. Percaya sama gue, jagain Tamara ! " titah Lyodra.
Radit tersenyum miring. "Tuhkan apa gue bilang, bukan Hana pelakunya!"
Lyodra kemudian dibawa kembali ke dalam sel. Masa tahanannya belum habis, dia harus merasakan betapa tersiksanya orang yang dia jahati.
Valdo sebenarnya sudah tak mau lagi menahan Lyodra. Tapi, apa boleh buat? Dia harus bisa berbuat adil.
"Terus siapa pelaku sebenarnya?" tanya Hana sembari menatap Valdo serius.
***
Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.
Penasaran part selanjutnya?
Silahkan komen jika ada typo!
Follow Instagram Author
@DewibiruuFollow YouTube Author
@dewisarah16
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranselku [Belum Revisi]
Fantasy_______________________________________________ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! [Tahap revisi, tulisan ini masih banyak kekurangan] *** Berkisah tentang kisah cinta 2 insan yang mengalami hambatan besar karena berbeda ras. Tamara Audy gadis sederhana...