19.SECARIK KERTAS

626 60 4
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***

Hai gaes karena hari ini rank aku jadi nomor 1 di kategori-ransel jadi aku spesial buat 2 part kali ini .

Semoga kalian suka ya:)

***

Tamara mondar-mandir tak karuan di depan ruang IGD. Geng Trilled kini telah tiba untuk menjenguk keadaan Bosnya itu.

"TAMARA!" panggilan Radit dari arah jauh membuat Tamara membalikkan badannya.

Geng Trilled berlari membuat napas mereka tersengal-sengal. Mereka semua panik bagaimana dengan keadaan Valdo. "Gimana kabar Valdo?" tanya Dino khawatir.

"Aku masih belum tahu, dari tadi dokternya belum keluar," jawab Tamara dengan rasa paniknya.

Radit hanya diam tak bersuara menunggu hasil dari dokter nanti. Tidak bisa di sangka Bosnya itu yang super-super galak kini tergulai lemas di ranjang rumah sakit.

Tamara berdeham. "Tapi, aku mau nanya sama kalian?!"

"Tanya apa?" imbau Dino dan Radit dengan serempak.

Tamara menatap Dino dan Radit bergantian. "Kenapa tiba-tiba Valdo ada di tempat biasa aku jualan?"

Geng Trilled hanya diam tak bergeming. Mereka bingung harus menjawab apa. Apakah mereka harus jujur pada Tamara?

"JAWAB!" bentak Tamara tak kuasa menahan emosi.

"Bos ceritanya hari ini mau nemenin lo jualan, Tam. Dia pengen jaga lo dari jarak jauh karena katanya perasaan dia nggak enak. Dan ternyata malah Bos yang bernasib buruk," terang Dino merasa menyesal karena telah membiarkan Bosnya pergi sendirian. "Iya, Tam. Sebenarnya kita udah larang Bos tapi lo kan tahu siapa Valdo, kan? Dia itu bebal, Tam, susah buat di ajak kompromi," timpal Radit menambahkan penuturan Dino.

Tamara kembali meneteskan air mata. Dia terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut sahabat Valdo sendiri. Kenapa harus Valdo yang celaka, bukan Tamara?

Tamara berpikir dengan sekuat tenaga dia mengingat bagaimana mimpinya ketika berbicara dengan Ransel.

Tamara mengusap air matanya kemudian memangku ransel temuannya itu. Untung saja Tamara selalu membawa ranselnya itu kemanapun. "Ransel!" ucap Tamara kepada ranselnya.

Dino dan Radit hanya memasang wajah polos, apa yang sedang di lakukan Tamara sekarang? Ah, sudahlah.

"Maafin aku, aku emang mau kamu selalu ada di sisi aku. Tapi , ni lebih penting ransel karena ini menyangkut nyawa Valdo. Kamu tahu kan?" lontarnya, "Aku suka sama Valdo sejak lama. Aku ingin buat permohonan sama kamu. Biarlah kamu pergi. Tetapi, aku akan selalu inget sama kamu. Karena kamu sudah melakukan usaha yang begitu besar."

Tamara mengatur napasnya, suaranya parau karena dia masih menangis dari tadi. "Aku ingin kamu sembuhin Valdo! Aku pengen dia nggak ngerasain apa-apa dan dia lupa dengan semua kejadian yang menimpanya."

Sebuah Kilauan terlihat jelas di mata mereka bertiga yaitu Tamara, Radit, dan Dino. Tamara sudah sangat senang sekali. Tapi, ketika dia beranjak berdiri ada secarik kertas yang jatuh dari ranselnya.

Aku memang akan memenuhi permintaanmu Tamara

Tapi ini menyangkut semua kepunyaan kamu bukan orang lain

Karena Valdo bukan siapa-siapa kamu aku tidak bisa mengabulkannya

Aku hanya bisa mendekatkan kamu, dan aku bukanlah sebuah obat.

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang