13.HADIAH

755 67 5
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***
Pagi hari ini terasa sangat menyenangkan untuk seorang Tamara Audy. Dia masih mengingat betapa lucunya gambar yang diberikan dari pesan orang yang tidak di kenal. Dan, hari ini dia akan bertemu dengannya. Pasti orang itu sangat humoris_pikir Tamara.

Milla memperhatikan gerak-gerik Putrinya itu nampaknya dia sangat bahagia hari ini. "Kamu kenapa sayang? Tumben banget senyum-senyum terus?"

Tamara berbalik dan menghadap ke Ibunya itu. "Ah, Ibu mau tahu saja!" jawab Tamara malu-malu.

Milla terkekeh. "Anak Ibu lagi jatuh cinta, ya?"

Tamara langsung mengelak perkataan Ibunya itu. Dia salah besar. "Bukan, Bu. Jadi, semalem itu ada yang nge- chat Tamara terus dia mau ngasih hadiah ke Tamara."

"Siapa namanya?" tanya Milla mulai penasaran.

"Tamara juga nggak tahu, Bu. Pokoknya dia itu humoris banget orangnya. Nanti kapan-kapan Tamara kenalin deh sama Ibu."

Milla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Anak muda zaman sekarang tinggal bilang "suka" apa susahnya?

***
Besok adalah dimana diadakannya lomba mengarang. Tamara saat ini memang sedang beruntung. Dia akan mendapatkan hadiah sebuah gantungan kunci dan akan mencoba untuk mendapatkan sepeda baru.

Tamara berada di taman belakang sekolah. Dimana pesan orang asing itu menyuruhnya untuk ke situ.

Tapi kenapa ada Valdo di sini? Pasti dia akan menghancurkan semuanya.

"Kamu ngikutin aku?!" sorot mata Tamara menatap tajam Valdo.

"Ngapain gue ngikutin lo?!" Valdo langsung duduk dengan santainya.

Tamara berdecih. "Terus ngapain kamu ke sini? Sendirian pula?"

Valdo menatap Tamara sekilas. "Ini hak gue. Gue punya kawasan penuh di sekolah ini."

Tamara menyesal telah bertanya begitu. "Kamu tuh bisa nggak sih hilangin tuh kata-kata punya kawasan penuh. Emangnya kamu pemilik sekolah ini apa?!"

"Terserah gue. Orang ganteng mah nggak ada yang ngelarang." Dengan percaya diri Valdo berkata begitu membuat Tamara mual mendengarnya.

"Ya sudah kamu jauh-jauh sana. Aku mau ketemuan sama seseorang nanti malah ribet kalo ada kamu di sini!" usir Tamara kepada Valdo agar tidak mengganggu pertemuannya dengan orang misterius itu.

"Gue mau ketemu lo."

"Emangnya nggak puas ya ketemu aku di kelas? Bisa nggak sih jangan ganggu aku kali ini aja?!" pinta Tamara. Dia merasa sangat terganggu dengan kehadiran Valdo.

Valdo kemudian berkata, "Gue mau ngasih hadiah buat lo baru gue pergi."

"Hadiah?" Tamara terlihat cengo. Apakah dia ....

Valdo tersenyum remeh. "Iya. Gantungan kunci yang gue janjiin semalem."

"HAH?!" Tamara tidak percaya ini semua dugaannya salah besar. Dia kira pengirim pesan asing itu adalah seseorang yang humoris tapi ternyata ....

"Kamu nggak usah bohong deh, sama aku!" Tamara mencoba tidak percaya dengan apa yang dikatakan Valdo.

"Gue nggak bohong!" Valdo mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Dan memang benar dia mengeluarkan sebuah gantungan kunci yang sudah dia beri nama Yellow.

Tamara menganga. "Masa iya kamu bisa bikin kaya gitu?"

"Emangnya salah ya, Tam. Kalo gue mau buat hari-hari lo lebih berwarna?"

"Bukan gitu. Aku ragu aja kenapa tiba-tiba kamu berubah drastis kayak gini. Mana sosok Valdo yang dulu? Yang nggak pernah mengharapkan kehadiran Tamara Audy?" Tamara merasa bersalah karena telah berkata begitu.

"Gue nggak pernah bilang minta lo untuk lenyap dari muka bumi. Lo itu bagai rembulan satu-satunya yang gue pandang walau begitu banyak bintang," ujarnya, "Gue selalu nganggep lo ada."

"Dulu gue nggak sadar aja ternyata ada bidadari di balik awan," tutur Valdo mengingat tentang masa lalu yang kelam.

"Maksud kamu apa?" tanya Tamara baru kali ini dia tidak tahu dengan perkataan seseorang.

"Maksud gue, ternyata ada gadis cantik dimana penampilannya tersembunyi di balik dandanannya yang dinamis," ungkap Valdo. "Gue heran sama lo. Di saat yang lain takut sama gue, lo malah nantang gue. Di saat semua siswi berdandan dengan menornya agar terlihat menarik lo kekeuh nggak ngerubah penampilan lo sama sekali."

"Gue salut sama lo," lanjut Valdo.

Bagaimana perasaan kalian jika berada di posisi Tamara sekarang ini? Melayang bukan? Tamara tak tahu harus menjawab apa. Di balik kejamnya seorang Valdo ternyata Valdo memiliki sejuta kata-kata mutiara.

Jika saja Valdo ini anak yang bijak pasti dia akan mendapatkan gelar juara 1 dalam lomba mengarang.

Tamara mengambil gantungan kunci yang diserahkan Valdo. Jelek-jelek begitu itu real usaha seorang Valdo.

"Lo belum punya perasaan buat gue?" Tamara langsung gugup seketika. Dia benci sekali ketika dirinya seperti ini.

"Mmm ... maksud kamu apa?" Tamara pura-pura tidak paham dengan pertanyaan Valdo.

Valdo berpikir, "Kapan yah gue bisa dapetin hati lo?"

"Aku nggak tahu lah. Lagian kmu itu baru putus sama Lyodra. Jangan-jangan orang sehabis Lyodra cuma di jadikan pelampiasan kamu?" Tamara menatap sinis Valdo. Buaya sekali laki-laki di depannya ini.

"Kalo orangnya lo gue nggak akan gitu."

***
Valdo, Radit, dan Dino sedang berada di basecamp Geng Trilled, mereka sedang memainkan ponselnya masing-masing.

Radit memecahkan suasana dengan bertanya kepada Valdo. "Do, lo serius suka sama Tamara ?"

Valdo hanya mengangguk.

"Do, lo di tanya tuh sama Radit," ujar Dino yang masih fokus dengan ponselnya.

"Kan udah gue jawab!" Apa sebenarnya salah Valdo sampai-sampai mempunyai sahabat seperti Dino?

"Kapan lo ngomongnya?" ulang Dino kebingungan. Apakah dia mulai tuli sekarang?

"Tadi," jawab Valdo datar. Dia mulai muak dengan pertanyaan Dino yang mencecarnya.

"Ah, serius lo, Do? Gue nggak denger lo ngomong tadi!" Dino menghentikan permainannya. Dia lebih memilih menatap Valdo.

"Gue kan cuma ngangguk, mangkanya lo nggak denger."

"Gue denger-denger dari Tamara katanya ada yang habis jadian," lanjut Valdo mengungkap rahasia Radit.

"Serius, lo?" kaget Dino, lebay sekali.

***

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.

Penasaran part selanjutnya?

Silahkan komen jika ada typo!

Follow Instagram Author
@Dewibiruu

Follow YouTube Author
@dewisarah16

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang