51. EKSTRA PART

309 36 4
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***

Hai makasih banget yang udah baca cerita aku. Aku seneng banget kalo kalian juga vote dan komen setiap part-nya!

Semua itu sangat berarti buat aku:)

Buat kalian yang selalu nunggu up, semangat ya!

***

Valdo dan Radit masih berada di kediaman rumah Daniel. Mereka tidak tega jika meninggalkan Tamara sendirian, begitupun dengan Lyodra dan Wanara.

Mereka menyalakan api unggun di teras rumah Daniel karena suhu yang begitu dingin. Milla datang dan memberikan mangga untuk mengisi perut mereka yang kosong. Maklum saja, meskipun Milla bukan keluarga kaya lagi, tetapi, dia masih mencoba untuk menyediakan apapun untuk tamunya.

"Makasih, Bu." Secara serentak mereka mengucapkan itu.

Milla hanya menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum. "Ibu masuk lagi, ya. Lyodra Wanara kalian juga jangan terlalu lama di luar!" tegas Milla yang sudah menganggap Lyodra dan Wanara sebagai putrinya sendiri.

"Hem, baunya wangi banget." Valdo mencium aroma mangga yang tadi diberikan oleh Milla. Tanpa menunggu lama, Valdo langsung mengambil pisau kemudian mengupas kulitnya untuk Radit, Lyodra, Wanara, dan juga untuk dirinya sendiri.

"Enak banget, yah," ungkap Wanara kegirangan. Dia tidak menyangka, ternyata dunia manusia tidak sekejam apa yang dia bayangkan. Apa hubungannya?

"Ini mangga emang enak banget!" timpal Lyodra dengan cepat.

Mangga yang sudah dikupas oleh Valdo sudah habis. Dia mencari-cari keberadaan mangga yang kira-kira masih tersisa dua. Kemana?

"Ini mangga namanya apa? Btw, mangganya mana lagi?" tanya Valdo sembari celingukan mencari ke sana dan ke sini.

"Iya," jawab Radit. Hemat uang berarti harus hemat kalimat juga.

Valdo menaikkan satu alisnya. "Maksud lo apa?"

"Ya tadi." Radit kemudian memainkan ponselnya yang dari tadi belum tersentuh olehnya.

"Mangganya mana lagi?" Valdo masih celingukan, dia mencoba untuk menemukan dua mangga itu.

Dalangnya adalah Lyodra dan Wanara. Mereka berdua menyembunyikan mangganya di balik tasnya.

"Ya itu manalagi!" pekik Radit sedikit emosi.

"Gue kan nanya, mangganya mana lagi?!" celoteh Valdo dengan gamblangnya.

Lyodra dan Wanara hanya menahan tawa. Sungguh, ini menyenangkan. Akan ada drama seru yang akan mereka saksikan.

"Emang namanya manalagi goblok!" umpat Radit kasar. Susah sekali berbicara dengan Bosnya ini. Cerdas apaan? Buktinya saja begini.

"Gue nanya mangganya mana lagi?!" Mereka berdua sama-sama saling emosi.

"Lo tadi nanya, ini nama mangganya apa? Gue udah jawab namanya manalagi!" tampik Radit. Dia kemudian berdecak.

"Makanya ditulis dong! Penulisan dalam bertanya sama nama bendanya kan beda! Gue ngomongnya, 'mana lagi' sedangkan lo ngomongnya, 'manalagi' Dodit." Valdo kemudian menyengir kuda.

Radit membuang mukanya. "Au ah, ngomong sama lo kaya ngomong sama Anjing!"

Lyodra dan Wanara terkekeh geli. Dia tidak tega melihat kebodohan Valdo dan juga tidak tega melihat kemarahan Radit.

"NGGAK MUNGKIN!" teriak Tamara dari dalam rumah. Membuat semuanya langsung berlarian menuju ke kamarnya.

"Kenapa, Tam?" tanya Valdo yang sudah berada di sampingnya bersama dengan Milla, Radit, Lyodra dan Wanara.

"A-a-ku gak--papa," tutur Tamara menghela napas berat. Ia sangat bersyukur ternyata semua itu hanya mimpi.

Tamara menatap Wanara lega. Dia kira Wanara adalah orang jahat. Itu hanyalah mimpi. Dino dan Bella memang sudah pergi meninggalkan mereka.

Keluarga yang terpecah belah tidak memberikan kesempatan untuk mereka bersatu kembali.

Wanara kebingungan. "Ngapain lo liatin gue gitu?!" tanya Wanara tak suka.

"Lo kalo nanya yang bener dong! Udah mending pergi, sana!" usir Radit yang di balas tatapan sinis Wanara.

"Udah-udah!" lerai Milla. "Sayang ... mending kamu tidur lagi! Kayanya kamu mimpi buruk," ungkap Milla yang memang benar adanya.

Tamara hanya mengangguk mengiyakan. Ia kemudian berbaring kembali dan memejamkan matanya. Semua teman-temannya pun kini keluar dari kamar Tamara. Wanara dan juga Lyodra tidur di kamar yang dulunya di tempati oleh Bella.


Sedangkan Valdo dan juga Radit tidur di tenda yang letaknya di pekarangan rumah Milla.

Tamara memejamkan matanya kembali. Namun, rasanya mimpi itu benar-benar nyata.

*

Wanita dengan umur yang semakin menua itu berkacak pinggang. Bercermin memastikan dirinya terlihat cantik. Ia tak boleh terlihat tua meskipun kenyataannya memang seperti itu.

Kemudian dia mengingat kembali kejadian di masa lalu. "Arrrghhh!" jeritnya menolak lupa.

Ia kemudian mengambil sebilah pisau. Netranya menatap tajam gadis yang mencoba untuk sembuh dari luka-lukanya. Itu adalah anaknya sendiri yang sudah membunuh suaminya. Anak yang sudah salah sasaran dan menyebabkan kekacauan.

Anak yang tidak berguna untuk hidup kembali. Tamara melihat kejadian itu, dia mengintip di celah-celah jendela yang terbuka. Ia berjinjit untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam sana.

Pupilnya langsung membulat ketika mengetahui Bella masih hidup dan sedang tergulai lemas di atas kasur bersama dengan orang yang dulu sangat dekat dengannya.

"Kamu tidak pantas untuk hidup!" ungkapnya dengan suara yang serak. Ia  berjalan gontai mendekati anaknya.

Langsung saja wanita itu menancapkan pisau ke dada sebelah kiri Isabella. Erangan pun terdengar jelas di telinga Tamara. "Arrrghhh!" Bella tak bisa melawan, dengan kondisinya yang lemah itu.

Pupil mata Tamara membulat sempurna menyaksikan seorang Ibu membunuh anak kandungnya sendiri. "TANTE!" jerit Tamara.

Tamara bangun dari tidurnya, ternyata ia mimpi di dalam mimpi. Mimpi yang pertama sudah membuatnya cukup ketakutan ditambah dengan mimpi yang ada didalam mimpinya. Itu lebih parah.

Sampai akhirnya bayangan hitam masuk ke kamar Tamara. "Siapa kamu?" tanya Tamara dengan napas memburu.

Bayangan itu berjalan mendekat mencoba untuk membunuh Tamara. Terjadi pergulatan yang cukup menikam. Sampai akhirnya ... Tamara dibekap mulutnya dan mendapatkan bisikan, "Hai ponakan Tante!" sapanya yang langsung membuat Tamara tidak asing dengan suara itu.

"Tante Hanum?" batin Tamara.

***

Selesai

Terima kasih sudah setia membaca cerita Ranselku.

Maaf jika mengecewakan.

Semoga kalian bisa mendapatkan pelajaran dari cerita Ranselku.

💙See you💙

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang