33. NEGOSIASI

544 53 10
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***

Hai makasih banget yang udah baca cerita aku. Aku seneng banget kalo kalian juga vote dan komen setiap part-nya!

Semua itu sangat berarti buat aku:)

Buat kalian yang selalu nunggu up semangat ya !

***

Pertama-tama aku minta maaf karena harus ngomong ini.









Jadi, aku nggak bisa lanjutin cerita aku, karena ada kendala .





Makasih yang udah dukung aku:)







Aku pamit ...


























TAPI BOONG

KYAAAAAA

Maaf ya, aku gabut ><

***

Pagi hari itu, Ika sedang menyendiri di rooftop. Tiba-tiba ada seorang gadis yang mendatanginya.

"Hai, Ika," sapa seorang gadis si pemilik senyum bagai gulali.

Sontak Ika terkejut. "Kamu kan--"

"Iya ini gue, ternyata gue populer juga ya di sini," potong gadis itu dengan angkuhnya.

"Mau apa kamu?" tanya Ika, dia tidak suka dengan basa-basi!

"Eits, ternyata lo nggak sabaran yah," kelakar gadis itu kemudian terkekeh garing.

Sabika semakin bingung di buat gadis yang di depannya ini. "Nggak usah basa-basi! Aku kira kamu orang baik, ternyata? Cih!"

"Di dunia ini mana ada orang baik Ika. Contohnya kamu," dalih gadis itu kemudian menatap Ika tajam.

"Aku?" tanya Ika, kemudian menunjuk dirinya sendiri.

"Yes you are right, Ika."

"Maksud kamu gimana?" tanya Ika semakin dibuat bingung.

"Don't act innocent!" bentak gadis itu.

"I'm not you," kilah Ika santai.

"Is it true?" tanya gadis itu kemudian berjalan memutar lagaknya sinetron.

"Gue tau kok, lo itu suka sama Valdo. Gue sering kok, liat lo diem-diem lihatin Valdo," lanjut gadis itu.

Ika gelagapan, dia tidak menyangka identitasnya ada yang mengetahui. Padahal sudah 2 tahun dia menjaga rahasia ini.

"Why?" tanya gadis itu dengan senyum penuh arti.

"Apa mau kamu?!" tanya Ika.

"Gue mau kita kerja sama!" ajak gadis itu.

Ika mengkerutkan keningnya. "Kerja sama?"

Gadis itu tersenyum smirk. "Iya, gue tau kok. Lo nggak punya teman sama sekali. Gue tau semua itu."

Ika bedecih, "Kamu licik!"

Gadis itu terkekeh. "Gue? Bukannya kita sama-sama licik?! Lo suka sama Valdo dua tahun? Dasar gadis bodoh!"

"Aku nggak sudih kerja sama dengan kamu," tolak Ika dengan cepat.

"Oh, iya? Kalau lo berani nolak penawaran gue ataupun berhianat." Gadis itu menggantungkan ucapannya, "Gue bakalan bikin lo kayak Lyodra Ayuni," lanjut gadis itu dengan ancamannya.

Ika kaget, ternyata gadis itu benar-benar licik. Dia tidak menyangka, bisa menjumpai gadis seperti itu.

"Kenapa? Lo takut?" tanya gadis itu, dengan mengangkat satu alisnya.

Ika berpikir, ini kesempatan emas. Dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. "Oke, aku setuju."

"Bagus, itu yang gue inginkan!"

Ika dan gadis itu pun saling berjabat tangan. Entahlah apa yang akan terjadi dengan Ika selanjutnya, apakah keputusannya sudah benar? Atau bahkan, ini adalah awal kehancuran Sabika Eka Mambiru?

***
Valdo sedang dalam keadaan bimbang, dia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi Tamara yang semakin hari, semakin membuat Valdo mencintainya.

Walaupun, sudah di tolak berkali-kali sang most wanted SMA Biru sekaligus ketua Geng Trilled tidak pernah merasa lelah.

Sebenarnya, bukan maksud Valdo tidak pernah merasa lelah. Jujur, dia juga lelah dengan sikap Tamara yang dingin. Dia sangat rindu Tamara yang dulu, Tamara yang selalu mengajaknya berdebat dalam segala hal.

"Cinta itu indah ya, tapi sayang kalimat itu nggak cocok buat gue," titah Valdo sembari menatap langit-langit kelasnya.

Dino dan Radit yang mendengar, hanya bisa saling menatap. Kasihan sekali.

Valdo tersenyum getir. "Gue pernah jatuh cinta, tapi nggak serumit ini. Gue nembak Lyodra cuma satu kali ucapan, langsung diterima," ucapnya.

"Semua gadis SMA Biru ngejar-ngejar gue, kenapa Tamara berbanding balik?"

"Kurang apa gue?"

Dino menepuk pelan pundak bosnya itu, dia mengatakan, "Cinta itu nggak salah, yang salah itu lo. Karena lo terjun terlalu dalam ke percintaan Tamara."

"Apa salah gue? Atau menurut dia itu gue jelek?" tanya Valdo kepada anak buahnya.

"Harusnya lo mikir! Tamara udah berkali-kali lo sakitin, seharusnya perjuangan lo juga harus lebih besar. Bukan cuma ngeluh, nggak ada gunanya," celetuk Radit. Kebiasaan!

"Gue tahu kok caranya gimana, supaya lo tahu siapa yang di sukai Tamara," tandas Dino bangga.

Radit hanya menatap Dino datar, sudah pasti sahabatnya yang satu itu akan memberikan sebuah ide konyol.

"Gimana?" tanya Valdo antusias.

Dino tersenyum jahil. "Gampang, Bos. Lo dm aja Instagram Tamara, terus lo tanya! Tipe suami idaman lo kaya apa?"

"Anjim!" umpat Valdo kasar.

Radit sudah menduganya, dia tidak terkejut.

Dino yang sudah tahu, sebuah gunung sudah mengeluarkan asap dan akan segera meletus dia langsung berlari keluar kelas.

Valdo murka. Dino memang membuat kesabarannya habis. "SINI LO OGEB!"

"Maaf, Bos, cuma bercanda!" mohon Dino sembari berlari.

Valdo semakin mempercepat larinya. "Pokoknya lo harus gue hukum!"

Tamara dan Bella yang sedang asiki bersenda gurau, tiba-tiba di kejutkan oleh Dino yang tidak sengaja menabrak merek.

Brukh!

"AYAM GORENG ENAK RASANYA, NYAM NYAM NYAM NYAM NYAM NYAM." Latah Bella.

"Kamu apaan, sih? Mau caper?!" tanya Tamara dingin.

"Sorry gue nggak sengaja," ungkap Dino meminta maaf. "Btw lo lucu, Bel," lanjut Dino.

Pipi Bella bersemu merah dia malu sekali karena ketahuan latah. Oh Tuhan, aibku.

"Kalo jalan lihat-lihat nggak usah pake nabrak segala! Punya mata di pake, jangan sembarang jalan! Kamu pikir ini sekolah kamu?" Tamara mengeluarkan semua unek-uneknya, dia tidak suka dengan pria manapun yang mencoba caper.

"Selo oh Mbake kayong ngamuk-ngamuk bae. Danggepe kupinge nyong blih panas ngrongoknane?" celoteh Dino dengan lagak Jawanya.

***

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.

Penasaran part selanjutnya?

Silahkan komen jika ada typo!

Follow Instagram Author
@Dewibiruu

Follow YouTube Author
@dewisarah16

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang