39. KECURIGAAN

444 52 8
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***

Hai makasih banget yang udah baca cerita aku. Aku seneng banget kalo kalian juga vote dan komen setiap part-nya!

Semua itu sangat berarti buat aku:)

Buat kalian yang selalu nunggu up, semangat ya!

***

Radit langsung berlarian untuk membuka pintu mobil. Mencoba membantu Valdo.

Keringat tentu saja mengalir di pelipis Valdo, dia panik, sangat panik. "Cepat! Kita anterin Tamara pulang!" pinta Valdo.

Radit mengangguk, kemudian langsung melaksanakan apa yang disuruh oleh Bosnya tanpa bertanya apapun. Karena dia tahu, ini bukan waktu yang tepat untuk dia menjadi wartawan.

Valdo menggenggam tangan Tamara, rasa-rasanya dia sangat merindukan gadis ini. Rindu dengan kebawelannya yang membuat Valdo uring-uringan. Namun sejak setahun yang lalu, sikap Tamara berubah drastis. Menjadi pendiam dan dingin kepada semua lelaki.

"Gue tahu, lo pasti kuat! Gue bakal bantu lo, sampai masalahnya kelar." Valdo menatap wajah Tamara dengan sangat intens, dia sangat tertegun. Kecantikannya yang alami, ternyata mampu memikat hati Oshvaldo Bryan sang Most wanted SMA Biru.

Radit hanya tersenyum menyaksikan kedekatan mereka berdua, jujur Radit juga sama rindunya dengan Tamara yang dulu. Tamara yang selalu menggoda dirinya dengan Hana-kekasihnya.

Akhirnya mereka sampai dikediaman rumah Daniel. Radit turun terlebih dahulu untuk mengetuk pintu rumah keluarga Daniel.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam," sahut Bella dari dalam rumah.

Ceklek!

"MARA!"

***

Valdo langsung membaringkan Tamara di kamarnya. Dia khawatir sekali karena Milla sedang tidak ada di rumah. Padahal ada hal penting yang harus ia tanyakan.

"Mara kenapa?!" Bella sedari tadi tidak bisa diam, mempertanyakan bagaimana bisa Tamara sahabatnya seperti itu. Dasar munafik!

"Dimana Ibu?" tanya Radit, karena tidak melihat sosok Milla.

Bella tersenyum kecut. "Ibu nggak ada," jawab Bella dengan padat, singkat, dan jelas.

"Kemana?" kini giliran Valdo yang bertanya.

Bella hanya menggelengkan kepala, seperti tidak mau tahu. Membuat Valdo curiga saja. "Lo habis nangis, ya?" tanya Valdo menyelidik.

Bella gugup, dia bingung harus menjawab apa. "Mmm, ngg--nggak, kok."

"Kalo nggak kenapa mata lo sembab?" Valdo malah semakin mencurigai Bella, dia merasa kalau Bella sedang merahasiakan sesuatu.

"Ih, apaan sih?! Kenapa kalian bahas aku?! Harusnya bahas Mara aja dong!" Bella mencoba menghilangkan kegugupannya dengan cara menggenggam kalungnya.

Tentu saja membuat Valdo penasaran dengan kehidupan Bella. Dia memang sangat aneh, sejak pertama kali bertemu dengan Bella, dia merasa kalau Bella mempunyai sebuah tujuan tersendiri untuk pindah di SMA Biru. Kenapa tidak? Sekolahnya yang dulu jauh lebih bagus daripada SMA Biru. Hanya saja, murid-murid disana tidak mengenal aturan. Bahkan kadang mencari masalah dengan Geng Trilled.

"Kenapa lo megang kalung? Terus kenapa sih, kalung lo itu pake bandul silet? Lo nggak takut?" Valdo akhirnya menanyakan apa hal-hal yang dia curigai selama ini.

Bella membuang muka sebentar. "Brengsek! Ngapain juga dia nanyain kek gitu?!" _batin Bella.

"Aku udah biasa kek gini, Do. Kalo aku panik, pasti aku bakal megang kalungku. Ini pemberian mendiang Ibuku." Bella keceplosan, untuk apa dia menjelaskan siapa pemberi kalung itu? Dasar bodoh!

Radit dari tadi hanya menyimak pembicaraan Valdo dan Bella. Radit memperhatikan gerak-gerik Bella yang dari tadi berubah-ubah. Seperti ada rasa lega dan ada juga rasa cemas.

"Lo kenapa?" tanya Radit yang mulai jengah dengan sikap Bella.

"Maksud kamu?!" Bella tidak terima jika selalu ditanya, dia merasa dirinya ini sedang di interogasi. "Kalian kenapa sih?! Dari tadi nanyain aku terus, coba sana cari bantuan gimana cara nyembuhin Mara!"

"Bukannya lo itu sahabatnya? Harusnya lo langsung otomatis bergegas buat cari Ibu dong, kok malah nyuruh?" Radit perlahan mulai menyusuri kecurigaannya terhadap Bella-kekasih Dino.

"Aku itu lagi pusing, jadi nggak tahu harus mikir apa. Dahlah aku haus, aku mau ke kamar dulu." Bella langsung berlari ke kamar tanpa menunggu persetujuan dari Valdo dan Radit.

Valdo dan Radit memperhatikan Bella yang semakin lama semakin jauh. "Gue rasa ada hal yang Bella sembunyiin deh," desis Valdo kepada Radit.

"Kayaknya sih gitu, dari tadi gerak-geriknya mencurigakan. Kalo dia balik, gue bakal tanyain sesuatu yang menjebak." Radit tersenyum penuh arti.

***

Bella langsung mengambil sebotol air mineral, kemudian langsung menenggaknya sampai habis. Dia sangat takut sekarang ini. Situasinya sudah mulai mencekam.

Bella duduk di depan cermin, sembari memegang ranselnya. Dia tersenyum licik, kekuatan hitam menyebar di kamar Bella.

Mata Bella yang biasanya berwarna coklat kehitaman, kini berubah menjadi warna merah. Ini sudah biasa, ketika dendam Bella semakin besar, maka kekuatan hitam akan menyelimutinya. "Gue nggak akan biarin, semua rencana gue gagal!" Bella menggebrak meja, setelah itu tersenyum manis.

"Sebelum rencana gue ketahuan, gue harus bikin persahabatan Hana sama Tamara hancur! Dan yah, satu lagi. Pacar kesayanganku Dino Mahesa, gue harus bikin Geng Trilled terpecah belah!"

"Dan semuanya akan dimulai besok!" Bella langsung memiringkan kepalanya, dia tertawa bagai iblis.

Sebuah benda terjatuh dari luar kamarnya, membuat Bella langsung berhambur pergi untuk menengok siapa yang sudah mengintip.

"Oh, jadi tikus itu sudah disini-- Hana Ardela.

Pesanku!
Jangan menganggap rendah seseorang.
Banyak yang lebih berbakat dari kita, tetapi mereka memilih rendah hati.

***

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.

Penasaran part selanjutnya?

Silahkan komen jika ada typo!

Follow Instagram Author
@Dewibiruu

Follow YouTube Author
@dewisarah16

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang