Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)***
Hai makasih banget yang udah baca cerita aku. Aku seneng banget kalo kalian juga vote dan komen setiap part-nya!
Semua itu sangat berarti buat aku:)
Buat kalian yang selalu nunggu up, semangat ya!
***
Tamara masih terjebak di dunia ilusi bersama dengan seorang gadis yang sangat angkuh. Ini mungkin akan menguras emosinya, Tamara harus benar-benar menahannya.
"Apa timbal baliknya?" tanya Tamara serius, matanya menyorot pada Wanara.
Wanara tersenyum remeh, dia tahu, Tamara tidak akan bisa keluar dari sini tanpa bantuannya. "Lo akan tahu, setelah lo menyelesaikannya."
"Langkah pertama yang harus lo lakukan adalah menjawab pertanyaan ini dan tebakannya harus sesuai logika dan ini tentang sahabatmu. Manusia, tanah, dan batu."
"Pertanyaan macam apa itu?!" tanya Tamara dengan sedikit nada.
Wanara membalikkan badannya. "Gue kira, lo cerdas?"
Tamara menatap langit, mencoba untuk meredakan amarahnya. Tangannya mengepal, ini bukan saatnya. "Baik, aku akan cari tahu jawabannya."
"Kamu pikir, aku sebodoh itu? Aku Tamara, aku akan berusaha keras untuk menjawab sebuah persoalan," lanjut Tamara.
"Silahkan," jawab Wanara dengan cepat. "Letaknya di dalam sebuah pohon ajaib."
"Pohon ajaib?" Tamara mencoba mencerna kalimat Wanara. Manusia, tanah, dan batu. Kemudian pohon ajaib?
Wanara tidak memperdulikan kehadiran Tamara lagi, dia asik dengan ranting kayu yang sudah dia patahkan. Namun, dalam sekejap, ketika ranting itu tersentuh oleh Wanara, wujud ranting itu kembali utuh.
Inilah Ciung Wanara, orang yang mempunyai kekuatan sihir, dan bisa mengetahui kebusukan dari seseorang. Dia baik, namun sedikit arrogan dalam hal cinta. Dia bisa mengetahui semuanya, terkecuali orang yang akan hadir dalam hidupnya suatu hari nanti. Dia tidak bisa menebaknya, ataupun mengeluarkan kekuatan sihirnya.
***
Tamara duduk di sebuah batu besar, dia masih berpikir dengan sangat. Mencoba mencari jawaban, apa yang di ucapkan Wanara.
"Apa sih? Susah banget jawabannya." Tamara kemudian mengerucutkan bibirnya, andai saja ada Valdo di sana pasti tidak akan lolos.
"Manusia? Sahabatku tentu saja manusia." Tamara menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia menatap sebuah cermin ajaib di sana.
Tamara langsung bangkit, dia kebingungan, kemudian membanting cermin itu. "Apa ini?! Kenapa bayanganku nggak ada?!"
"Ihhh sebel! Kapan sih aku bisa pulang? Aku kan mau ketemu Hana." Tamara merengek seperti anak kecil yang menginginkan sebuah es krim.
Kemudian dia teringat sesuatu. "Hana? Apakah maksud manusia itu Hana? Apa benar?"
Tamara kembali berpikir, kemungkinan memang benar. Manusia yang di maksud adalah Hana. Lalu apa hubungannya dengan tanah?
"Tanah? Manusia memang terbuat dari tanah. Lalu apa maksudnya?" Tamara menghentakkan kakinya. Dia benci di saat-saat seperti ini. Kenapa pada saat genting begini, otaknya tidak bisa bekerja dengan cepat? Tidak seperti biasanya ketika sedang mengerjakan pelajaran Fisika.
"Pusing."
"Eh tunggu! Kalau manusia yang dimaksud adalah Hana, lalu tanah, kemudian batu, berarti batu yang di maksud itu batu nisan?" Tamara benar-benar kebingungan.
"Manusia diciptakan oleh tanah, dan akan kembali ke tanah lagi. Jadi, maksudnya itu makam milik Hana?!" Tamara frustasi. "nggak-nggak, itu jawaban yang sangat salah. Hana masih hidup."
"Tapi, bagaimana kalau emang iya? Aku harus pergi ke pohon ajaib, aku harus menjawab pertanyaan ini." Entah darimana asalnya, bulir-bulir air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya.
"Aku akan buktikan kalau jawaban aku salah, itu nggak mungkin." Tamara menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian segera mungkin menghapus air matanya. Dia bangkit kemudian mencari sebuah pohon ajaib disana.
Tamara tahu perbedaan pohon ajaib, dari jauh saja sudah nampak jelas perbedaannya. Pohon ajaib mempunyai kilauan yang membuat semua orang kagum ketika memandangnya.
***
Di lain sisi, Radit masih meratapi nasibnya. Sungguh malang, kekasihnya sudah dipanggil Tuhan terlebih dahulu.
Valdo dan Dino bingung, melihat sahabatnya yang satu itu. Mungkin, ini waktunya dia sendiri.
Dino yang tak kuasa melihat Radit seperti ini, akhirnya pergi untuk membelikan makanan untuk Radit.
Dalam waktu 3 menit, akhirnya Dino sudah kembali. Membuat Valdo yang melihatnya bertanya-tanya. Namun, dengan cepat, Dino mencoba meyakinkan Valdo kalau dirinya pasti akan berhasil membuat sahabatnya kembali seperti dulu.
"Dit!" panggil Dino dengan lantang.
"Apaan sih, anjing," sahut Radit. Walaupun dia sedang galau ternyata perkataan pedasnya tidak hilang. Dia memang pantas dinyatakan juara nomor 1.
"Gue beliin lo odading mang oleh, nih." Dino kemudian menyerahkan kresek yang berisi roti tawar.
Valdo lebih memilih diam, pasti perang dunia ketiga akan segera hadir. Dengan sigap, dia memasang earphone ke telinganya.
"Mana ada odading, ini roti tawar," ujar Radit penuh emosi.
"Odading kan emang sejenis roti? Lo gimana sih?!" Dino mengerutkan keningnya, apa dia salah?
"Tapikan ini beda." Radit kemudian memberikan kantung kresek itu kepada Dino.
"Yaelah, Dit. Hargai perjuangan gue dong! Ini emang roti tawar, kalo gue beli odading asli, gue harus ke Bandung dan ngantri berjam-jam. Ogah banget, ini juga 3 menit waktu yang cukup menguras," terang Dino panjang dan lebar.
"Sok sibuk banget." Radit dengan terang-terangnya menyindir Dino di hadapannya.
Valdo yang diam-diam mendengarkan pun, akhirnya bertanya, "Odading Mang Oleh itu apa?"
"Lo nggak tahu, Do?!" tanya Dino meremehkan. Kemudian tertawa terbahak-bahak.
"VALDO PAYAH!" Dino tertawa tak henti-hentinya. Membuat Valdo meliriknya sinis.
"Tinggal jawab, apa susahnya?" tanya Valdo. Dia cukup marah karena di remehkan seperti itu.
Dino menahan tawanya. "Oke-oke, gue jelasin. Odading Mang Oleh itu rasanya seperti Anda menjadi Ironman."
Dino tak henti-hentinya tertawa. Dia melihat story temannya yang bernama Nando, yang di sana menampilkan video odading Mang Oleh.
"Dih, stress." Valdo kemudian memasangkan earphone- nya kembali. Dia sangat menyesal karena telah bertanya pada sahabatnya yang memang sepertinya sudah tidak mempunyai otak.
Dino kemudian menghentikan tawanya. "Dahlah, buka Instagram odading. Buka Facebook, odading. Buka Twitter, odading. Buka hati? Odading juga nggak, ya?"
"Hah?" Radit benar-benar tak habis pikir dengan Dino.
***
Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.
Penasaran part selanjutnya?
Silahkan komen jika ada typo!
Follow Instagram Author
@DewibiruuFollow YouTube Author
@dewisarah16
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranselku [Belum Revisi]
Fantasy_______________________________________________ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! [Tahap revisi, tulisan ini masih banyak kekurangan] *** Berkisah tentang kisah cinta 2 insan yang mengalami hambatan besar karena berbeda ras. Tamara Audy gadis sederhana...