18.KEBENCIAN

631 60 3
                                    

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***
Valdo memperhatikan Tamara yang sangat berharap jika dia mendapatkan juara. Valdo ingin tahu kenapa Tamara sangat bersemangat dengan lomba mengarang ini?

"Oh iya, gue inget, Tamara pasti pengen dapet sepeda." Valdo mengambil ponsel dari saku celananya kemudian menelpon salah satu bengkel yang sudah tingkat Nasional.

"Pak, bisa datang ke SMA Biru?"

[Iya, kenapa ya, Den?]

"Sepeda temen gue rusak, coba betulin!"

[Oke siap, 15 menit lagi saya jalan.]

"Oke."

Tut! Sambungan terputus.

Valdo tersenyum simpul. "Semoga gue bisa nebus kesalahan gue sama lo, Tam."

Sangat di sayangkan betapa bodohnya Valdo dulu yang selalu menyiksa, dan mengejek Tamara. Nyatanya kini dia terjebak oleh perasaannya sendiri. Sekarang dia rela melakukan apapun demi menjaga sang pujaan hati.

Jodoh itu seperti urat nadi, dia sudah ada ketika kita masih dalam kandungan.
-Oshvaldo Bryan

***
Sore itu Tamara mulai menggunakan sepeda pemberian mendiang Ayahnya dulu. Kini dia merasa kembali dengan Ayahnya. Betapa bahagianya dia kali ini. Sampai-sampai dia berpikir, "Apakah aku harus memberi Valdo kesempatan?"

Sudah saatnya Tamara membuka hatinya untuk seseorang yang ia idam-idamkan sejak dulu. Disaat dekat mengapa harus menjauh? Dan kenapa ketika sudah jauh mengapa kini kembali di dekatkan?

Tamara memulai dagangannya kembali untuk berjualan bunga keliling dengan menggunakan sepeda. Gadis itu kini bersenandung kecil. Menandakan hatinya sedang baik-baik saja.

Seorang gadis menatapnya dengan tatapan penuh kebencian dari balik dinding perumahan. Dia tersenyum picik kemudian kembali bersedih. Hatinya hancur berkeping-keping. Tamara Audy telah membuat hidupnya berliku-liku. "GUE AKAN BALAS DENDAM TAMARA!"

"TUNGGU SAJA TANGGAL MAINNYA!" gerundelnya, "SEBENTAR LAGI, LO DAN NYOKAP LO BAKAL MATI! SEMENTARA GUE BAKAL PESTA BUAT NGERAYAIN ITU SEMUA."

"UNTUK PERMULAAN SELAMAT BERJUMPA DENGAN LYODRA AYUNI, GADIS BODOH YANG CEMBURU KARENA LO !" Gadis itu tertawa bagai iblis. Dia mengambil sebuah silet yang digunakannya sebagai kalung. Dia menulis nama dirinya sendiri di telapak tangannya sehingga mengeluarkan darah segar.

"ARGHHH." Gadis itu mengerang kesakitan tapi tidak sesakit dengan batinnya yang kini sudah mati. Gadis yang mulanya periang sama seperti halnya Tamara kini berubah menjadi iblis yang penuh dengan kebencian.

"GUE BENCI KELUARGA DANIELL!"

"GUE BENCI MEREKA SEMUA!" Gadis itu kembali menatap Tamara yang masih saja bersenandung gembira. Membuat kepalanya menjadi panas tak kuasa untuk melakukan aksinya. Tapi dia harus tahan!

Dia mengambil ponselnya dari tas- nya. Tidak bisa di pungkiri gadis itu sangat cantik. Rambut lurus, dan berwarna hitam pemilik senyum seperti manis bagai gulali.

"Gue pengen sekarang juga laksanakan tugas lo!" perintah gadis itu kepada seseorang yang ada di balik telepon.

[Sekarang?]

"Nggak usah banyak bacot!"

[Tapi, ini nggak berbahaya, kan?]

"Gue bilang nggak usah banyak bacot!" Tut!  Sambungan pun diputuskan oleh gadis itu kemudian menunjukkan senyum smirk-nya.

Dalam hitungan detik sebuah mobil sedan melaju dengan kecepatan tinggi. Di sana Tamara masih berada dengan sepedanya. Tatapan Tamara tertuju pada bunga-bunganya yang kini tinggal sedikit, dengan merapihkannya sampai-sampai dia tidak sadar dengan sekeliling.

Brugh!

Sebuah motor terpingkal jauh, dan mobil langsung berhenti. Lyodra kini sangat ketakutan. Yah, gadis pengendara mobil sedan berwarna silver itu adalah Lyodra.

Sedangkan pengendara motor itu? Dia adalah Oshvaldo Bryan yang sudah berjanji akan selalu menjaga pujaan hatinya.

Seketika Tamara langsung menjerit histeris. Dia langsung berlari ke pemilik motor tersebut. Tamara bertanya-tanya siapakah sang pahlawan yang sudah menyelamatkannya dari jurang maut? "VALDOOO!"

Tamara menangis tak menghiraukan apapun. Hatinya hancur melihat sang pujaan hati tergulai lemas di jalanan. Sekujur tubuhnya di penuhi oleh darah yang masih segar.

Semua warga langsung bergegas menuju lokasi kejadian. Salah satu warga mendapati mobil sedan yang di duga adalah pelakunya. Mereka langsung membawa Lyodra ke penjara.

"Valdo maafin gue, gue nggak maksud gitu!" Lyodra kini menyesali perbuatannya.

Sedangkan Tamara tak menyangka dengan perbuatan Lyodra. Tamara langsung menelpon ambulance. Dia memangku kepala Valdo. "Kenapa kamu lakuin ini, Do?Kenapa?!"

"Harusnya aku yang berada di posisi kamu!" Tamara menangis sesenggukan, dia tak karuan sekarang ini. Dia takut sangat takut jika dia harus kembali kehilangan.

Valdo masih setengah sadar dia mengusap lembut pipi Tamara yang sudah di basahi oleh air matanya "J--Jan--ngan na--ngis gu--e s--sayang sa--ma lo, se--nyum o--key," mohon Valdo kepada Tamara yang masih menangis.

Gelap, setelah Valdo mengucapkan kalimatnya matanya kini terpejam, membuat Tamara kembali menangis dan mengguncang tangan Valdo. "Valdo bangun! Kamu kuat aku yakin, kok!"

Tamara mengelap darah yang ada di kepala Valdo. "Kamu bakal bisa lewatin ini semua!"

"Kamu harus janji sama aku!" tangis Tamara kembali tumpah. Dia tak kuasa menahan tangisnya.

Sedangkan gadis di balik dinding perumahan itu hanya tersenyum picik. "Bukan Tamara yang mati? Setidaknya pahlawan kesiangan lo yang mati!"

Seketika ambulance pun datang, Valdo pun di rawat di rumah sakit Pelita Jaya.

***

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.

Penasaran part selanjutnya?

Silahkan komen jika ada typo!

Follow Instagram Author
@Dewibiruu

Follow YouTube Author
@dewisarah16

Ranselku [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang