"Gue ngga tau lo bakal punya rasa yang sama atau ngga,Zee. Tapi seenggaknya gue udah nyampai-in isi hati gue ke lo. Dan gue harap kita bisa lebih deket setelah ini,bukan malah ngejauh."
"Mas-?" Ucap Zee sedikit terbata.
"Iya?"
"Maafin Zee ya-"
"Maaf untuk apa?" Tanya Gibran sedikit canggung melihat Zee yang terlihat semakin gugup seperti sekarang ini.
"Maaf untuk sikap Zee akhir-akhir ini. Zee bener-bener ngga tau kalau semua yang mas lakuin selama ini karena mas Gibran sebenernya ada rasa sama Zee. Zee salah,Zee minta maaf." Sesal Zee sedikit merunduk didepan Gibran.
"Gue ngga perlu lo minta maaf. Tapi satu hal yang gue perlu-"
"Apa?" Tanya Zee menatap mata sayu Gibran.
"Lo. Gue perlu lo, Zee. Gue ga peduli lo mau anggap gue sebagai apapun. Tapi gue mohon- jangan jauhin gue lagi, Zee.
Zee tak berani menatap mata Gibran,ia sesekali hanya menggigit bibir bawahnya. Dan mengangguk setelah mendengar perkataan Gibran berusan.
"Tapi-" ucap Zee terbata.
"Tapi apa?"
"Soal kak Maya?" Tanya Zee gugup.
"Please dong- Lo jangan bahas-bahas dia lagi. Mesti berapa kali gue bilang,kalo gue sama sekali gaada rasa sama dia."
"Tapi Zee lihat- dia bener-bener sayang sama kamu kok,mas. Dia tulus." Ucap Zee.
"Mau sesayang apapun,mau setulus apapun dia ke gue- kalo guenya ngga suka sama dia,ya mau gimana? Dari dulu gue emang deket sama dia,tapi gue cuma anggap dia sebagai sahabat- enggak lebih. Kalo dia nganggap gue lebih- ya gue ngga tau."
"Tapi mas pernah kasih perhatian lebih ke dia selama ini?"
"Ya sewajarnya aja, tapi kalo dia butuh gue- gue emang selalu ada buat dia. Salahkah?"
"Engga salah,tapi perhatian-perhatian mas itulah yang buat dia ngerasa kalo kamu juga sebenarnya ada rasa sama dia. Ya Zee tau sih kalo sahabatan tuh emang harusnya kayak gitu,tapi ini beda nya kamu sahabatan sama orang yang suka sama mas. Jadi feel nya juga pasti bakal beda."
"Ya terus gue harus gimana? Apa gue harus jauhin dia?"
"Ya jangan gitu- nggak sih mas,Zee cuma minta sama mas Gibran buat selesaikan dulu masalahnya kamu sama kak Maya biar gaada salah paham lagi."
"Tapi Lo gaakan jauhin gue lagi kan?" Tanya Gibran.
Zee menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.
"Makasih-" ucap Gibran membalas senyuman Zee.
"Kembali kasih."
"Yaudah yuk-" timpal Gibran.
"Kemana?"
"Pulang dong. Kenapa? Lo mau lebih lama lagi duduk bareng gue disini?"
"Ihh engga ya- enak aja." Bantah Zee.
"Gue berubah pikiran deh. Gue mau disini aja- sampe ntar malem." Goda Gibran.
"Yaudah. Zee pulang sendiri aja kalo gitu." Balas Zee.
"Sok atuh teh. Silakan-" goda Gibran lagi.
"Kopinya baru Zee minum dikit kok. Ini buat mas Gibran ajadeh. Berarti billnya juga mas Gibran yang bayar. Assalamualaikum." Ucap Zee sedikit sebal.
"Atuh masak dikasih sisa?" Ucap Gibran sedikit menaikkan volume suaranya saat Zee melangkah pergi meninggalkan Gibran.
Saat Zee telah keluar dari pintu kafe itu, Gibran cepat-cepat membayar kopi yang ia pesan tadi. Tak menunggu lama,setelah itu ia langsung menuju parkiran untuk mengambil motornya dan semoga Zee tidak benar-benar pulang sendiri,karena jujur saja sebenarnya Gibran hanya bermaksud bercanda tadi. Untung saja saat ia keluar dari area kafe itu ternyata Zee masih berdiri menunggu taxi di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Captain
Teen FictionAzzura Yaquta Hamra, Gadis millenial,pandai,berparas cantik yang selama ini hidup di kalangan pondok pesantren modern. Tahun ini adalah tahun terakhir ia menuntut ilmu di pesantren masyhur itu,dan dari sini lah kisah kehidupan gadis yang biasa di pa...