#33

3.1K 146 13
                                    


"Umii Babah..,Zee berangkat dulu ya ke RS." Zee berpamitan saat dua orang kesayangannya ini sedang sarapan di ruang makan.

"Loh,nggak sarapan dulu nduk?" tanya ibu Zee sembari ingin menyiapkan nasi untuk Zee. "Ini ummii ambilin-"

"Eh eh- ngga usah ummi.. udah ummi lanjut aja sarapannya,Zee udah telat soalnya." sahut Zee buru-buru menyalami dua orang yang sudah menua itu. "Zee berangkat yaaa, assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." jawab mereka bersamaan.

"Hati-hati ya nduk..." tambah ibunya.

"Iyaa ummii-"

Dengan langkah sedikit tergesa,Zee beranjak keluar dan mulai menaiki mobil putih kesayangannya. Entahlah, Zee sangat lelah kemarin. Mungkin itu sebabnya ia telat bangun pagi ini.

Kemarin- adalah hari yang melelahkan dan? katakan saja penuh kejutan untuk Zee. Hari dimana ia menemukan kembali seorang yang pernah mengisi hari-harinya. Hari dimana ia hampir saja kehilangan orang yang dulu pernah ada dalam hatinya. Hari dimana ia terus bertanya-tanya tentang 'wanita itu' sebenarnya siapa? Tapi Zee seolah-olah ingin menepis saja pikiran-pikiran itu. Bukankah Gibran hanya masa lalunya? Iya. Hanya masa lalu.


~~~~~~~

"Sus,em- dokter Zee belum dateng ya?" sebenarnya Gibran sudah dari tadi menantikan Zee datang ke ruangan rawatnya.

"Iya nih, gatau juga. Padahal dia ngga biasanya loh telat kaya gini." jawab suster itu sambil mengganti kantong infus Gibran.

"Emangnya dia shift jam berapa,sus?"

"Harusnya jam tujuh sih,tapi sampe hampir jam delapan gini belum disini-"

"hampir satu jam." batin Gibran.

"Kantong infusnya udah saya ganti,saya permisi dulu ya." pamit suster itu. "Oh iya,jangan lupa dimakan sarapannya." imbuhnya.

Gibran mengangguk pelan. Berpikir tentang Zee yang tak juga datang,ia meraih ponsel yang ada disampingnya. Segera menelfon Zee,ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja. Tapi nihil, empat kali panggilan tidak dijawab oleh Zee. Gibran semakin khawatir karenanya. Yang bisa dia lakukan hanyalah berdiam dan menunggu sampai Zee datang.

Glekk-
Zee membuka pintu ruangan Gibran. Akhirnya wanita ini datang juga,


"Mas Gibran, kantong infusnya udah diganti belum? udah diminum obatnya?" Zee bertanya dengan sedikit tergesa "Ihh kok belum dimakan sih sarapannya? kan harus minum obatnya,mas."

Gibran hanya terdiam melihat Zee yang banyak bertanya dan tidak memberi kesempatan untuk Gibran untuk bicara juga.

"Makan dulu,mas. Maaf ya Zee telat."

Hening. Untuk beberapa saat,Gibran tidak membalas ucapan-ucapan yang dilontarkan Zee.

"Udah? udah ngomongnya?" ucap Gibran dengan tenang.

Zee menyudutkan sebelah bibirnya.

"Kenapa telat? ditelfon juga engga diangkat." tanya Gibran sembari membenarkan posisi duduknya. "Aku khawatir loh-"

Assalamualaikum CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang