"Mohon maaf,apa disini ada keluarga pasien?"
"Aduh.., kebetulan lagi gaada sus. Soalnya Mama dan Papa dia lagi ada kerjaan di luar kota."
"Oh gitu? Tapi maaf,jadi gini- pasien sekarang kehilangan banyak darah dan kebetulan stok darah yang cocok sama golongan darah pasien sedang habis. Dan masalahnya dia harus cepat-cepat mendapatkan donor darah,jika tidak- kami tidak bisa memastikan keselamatan pasien."
Zee yang mendengar penjelasan suster itu, sontak mengeluarkan air matanya.
"Adduhh! Sekarang kudu gimana coba? Harus nyari donor dimana?" Tanya Wildan gugup.
"Golongan darahnya apa sus?" Timpal Zee, mengusap air mata di pipinya.
"Golongan darah pasien B."
"Golongan darah saya B. Suster bisa ambil darah saya."
Wildan menoleh kearah Zee,
"Lo serius?" Tanya Wildan.Zee hanya mengangguk.
"Yaudah biar saya cek darah mbak dulu,mari ikut ke ruangan saya."
Setelah diperiksa ternyata Zee sudah memenuhi syarat untuk pendonoran darah dan suster mulai mengambil darah Zee. Setelah selesai melakukan proses pendonoran darah,Zee masih saja terlihat khawatir. Sesekali ia mondar mandir didepan ruangan Gibran diperiksa. Begitu juga Wildan yang semakin tidak tenang karena melihat Zee yang terlihat sangat khawatir pada Gibran.
"Zee. Lo mending duduk deh, jangan buat gue parno."
"Mas Gibran bakal selamat kan,Wil?" Tanya Zee menahan isakan tangisnya.
"Iya, Gibran ga bakal kenapa-kenapa. Udah lo tenang,doa yang terbaik buat dia. Dokter didalam pasti lagi usaha buat nanganin dia kan-"
Setelah beberapa jam mereka menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruangan Gibran ditangani.
"Gimana keadaan temen saya dok?" Tanya Wildan.
"Pasien masih belum sadar, mungkin karena efek bius saat menjahit luka dia tadi. Tapi, insyaallah sebentar lagi di akan sadar."
"Boleh dijenguk kan dok?" Tanya Zee.
"Boleh,silakan."
"Makasih dok."
Mereka berdua langsung bergegas masuk untuk melihat keadaan Gibran di dalam. Karena Gibran tak kunjung sadar, Wildan memilih untuk mengambil motornya yang ia tinggalkan tadi.
"Zee,gue ambil motor gue dulu ya. Abis itu ntar gue balik lagi kesini."
"Ohh iya ambil aja. Ngomong-ngomong makasih ya tadi udah dibantuin."
"Ya elah.. santai aja kali. Tanpa Lo minta, kalo gue tau keadaan Gibran kek gitu ya pasti bakal gue bantuin juga."
Zee hanya tersenyum.
Wildan pergi dari sana dan segera mengambil motornya di depan mall tadi.
Setelah hampir setengah jam Zee menunggu Gibran sadar, akhirnya Gibran membuka matanya dan ia melihat Zee duduk disampingnya dengan menenggelamkan wajah diantara kedua telapak tangannya sehingga ia tak mengetahui jika Gibran sudah sadar.
Satu telapak tangan Gibran mendarat di kepala Zee yang berbalut jilbab. Hal ini tentu membuat Zee terkejut,lebih tepatnya bernafas lega setelah mengetahui Gibran sudah sadar.
"Hikss hikss hikss-" isakan Zee tak bisa tertahan saat melihat Gibran akhirnya sadar.
Ia pun menghela nafas lega, namun masih kembali menenggelamkan wajah dibalik kedua telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Captain
Teen FictionAzzura Yaquta Hamra, Gadis millenial,pandai,berparas cantik yang selama ini hidup di kalangan pondok pesantren modern. Tahun ini adalah tahun terakhir ia menuntut ilmu di pesantren masyhur itu,dan dari sini lah kisah kehidupan gadis yang biasa di pa...