Gibran lagi-lagi berlari cepat,berharap agar Acha belum jauh pergi dari kampus. Dan beruntungnya,ia menemukan Acha yang masih menunggu taxi di depan gerbang kampus.
"ACHAA!"
"CHAA!"
"CHA!!"
Mendengar teriakan itu,Acha spontan menoleh kearah Gibran.
"Sorry kak. Acha gabisa bicara sekarang."
"Kenapa? Kok buru-buru banget?"
"Iya sorry,soalnya Zee-" jawab Acha nampak khawatir dan sedikit gusar.
"Zee kenapa?!" Tanya Gibran seolah tak sabar menunggu jawaban dari Acha.
"Zee sakit kak. Dan tadi tuh pas aku ada kelas,dia sempet telfon aku. Terus pas aku angkat telfonnya- Zee baru sempet ngomong 'Chaa-' gitu, handphone nya keknya jatuh deh."
"Hah?! Serius? Sakit apa?"
"Tadi sih cuma kek demam gitu,tapi gatau tadi kenapa dia telfon aku."
"Ya Tuhan..."
"Acha khawatir deh..."
"Yaudah kita ke kostan Lo sekarang."
"Taxi nya?"
"Cancel aja."
Mereka berdua langsung cepat-cepat menuju mobil Gibran yang masih terparkir di parkiran. Kemudian Gibran melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena khawatir dengan keadaan Zee saat ini.
"Lo kenapa ga kasih tau gue,Cha?" Tanya Gibran masih fokus melihat depan saat mengemudi.
"Gimana mau kasih tau? Orang kak Gibran aja sekarang kayak ngejauhin Zee."
"Iya sih- ada salah paham kemarin.
Dan gue nyesel banget.""Kenapa sih emangnya? Zee juga nggak ada cerita sama aku loh, tumben."
"Ya ada lah. Gue nyesel banget sih."
Setelah beberapa menit perjalanan, mereka akhirnya sampai di kostan Acha dan Zee. Tanpa berpikir lama-lama,Acha langsung masuk untuk menemui Zee. Sementara Gibran menunggu di depan,tidak mungkin juga ia masuk karena itu kost putri. Walaupun hatinya memang benar-benar ingin memastikan keadaan Zee sekarang.
Gleekk-
Acha membuka gagang pintu kamar kostnya,ia dikejutkan dengan keadaan Zee yang terlihat sangat lemas yang tengah berusaha berdiri dari bawah tempat tidur,apalagi dengan adanya pecahan gelas serta lantai yang basah disamping Zee."Hei- Zee! Kamu kenapa? Ya Allah."
"Sini biar Acha bantu."
Acha membantu Zee bangun dari posisi semulanya. Zee benar-benar terlihat pucat kali ini."Tangan kamu berdarah loh."
"Ini pasti karena pecahan gelasnya kan? Ya Allah...""Gapapa kok Cha. Cuma kegores dikit-" lirih Zee sambil memegangi kepalanya yang pusing, mungkin sangat pusing.
"Cha! Gimana keadaan-" tiba-tiba Gibran datang,karena ia sudah tak tahan ingin memastikan keadaan Zee saat ini.
"Ya Tuhan... Zee! Kenapa?"
"Kita ke rumah sakit ya."
"Sini aku bantu bangun."Gibran nampaknya begitu khawatir melihat Zee yang duduk terkulai lemas ditempat tidurnya.
"Gapapa mas. Gausah." Lirih Zee.
"Gapapa gimana? Kita ke rumah sakit ya? Nanti kalo kamu kenapa-kenapa gimana?"
Zee menggelengkan kepalanya.
Gibran mengambil kotak P3K di atas lemari Zee.
"Tangan kamu, tolong siniin." Ucap Gibran duduk disamping Zee. Sementara Acha membersihkan pecahan beling tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Captain
Teen FictionAzzura Yaquta Hamra, Gadis millenial,pandai,berparas cantik yang selama ini hidup di kalangan pondok pesantren modern. Tahun ini adalah tahun terakhir ia menuntut ilmu di pesantren masyhur itu,dan dari sini lah kisah kehidupan gadis yang biasa di pa...