#32

2.4K 116 22
                                    



"Kamu udah selesai check pasien lainnya?" tanya Gibran saat mengetahui Zee baru saja membuka pintu kamar tempat ia dirawat.

"Udah. Sekarang aku mau ganti kantong infusnya kamu dulu nih,bentar ya." ucap Zee memasangkan kantong infus yang masih terisi penuh. "Alhamdulilah,udah mas. Sekarang kamu istirahat ya? biar cepat sembuh." imbuhnya.

"Omong-omong pertanyaanku yang tadi belum kamu jawab loh?" Gibran kembali mengingatkan pertanyaan yang tadi sempat ia lontarkan kepada Zee.

"Loh,kok nggak dimakan sih itu makanannya? makan dulu deh,mas." ucap zee mengalihkan pembicaraan.

"Nggak,belum laper." jawabannya singkat.

"Makan dulu,mas. Kalo dibilangin tuh mbok ya nurut." pinta Zee.

"Enggak,Zee. Tau nggak sih? makanannya tuh gaada rasanya." timpal Gibran dengan muka datar.

"Makanan di rumah sakit dimana-mana kan emang gitu. Gimana tho? Makan dulu ih- apa perlu Zee suapin?"

"Kamu kenapa ngalihin pembicaraan aku sih dari tadi? Aku kan bener-bener nanya serius sama kamu,Zee." ucap Gibran mengintimidasi perempuan yang ada disebelahnya itu.

Zee perlahan duduk di kursi dekat tempat tidur Gibran. "Dia udah ngga ada,mas. Empat bulan yang lalu." jawab Zee merunduk dengan nada sumbang.

"Maksud kamu?" Gibran tentu saja terkejut atas jawaban Zee barusan.

"Iya- dia udah ngga ada, mas. Waktu itu pas dia baru aja selesai tugas,dia bermaksud kesini buat nemuin aku. Dan-" perkataan Zee terhenti saat ia menahan air mata  agar jangan sampai jatuh dari matanya.

"Dan?" Gibran mengulang perkataan Zee.

"Dan- dia mengalami kecelakaan pesawat saat perjalanan kesini,hiks hikss-" Zee sudah tak tahan lagi menahan tangis dan kerlingan di matanya.

"Ya ampun maafin aku ya Zee. aku nggak bermaksud buat-"

"hiks hiks- iyaa gapapa mas. Zee tau kok." jawab Zee menghapus air matanya dan berusaha tegar.

"Kamu sabar ya,Zee. Nanti pasti Allah ganti kok." ucap Gibran menenangkan perempuan sambil menepuk-nepuk dan mengelus punggung Zee.

"Selama ini, selama kita udah nggak sama-sama lagi. Dialah orang yang terus nyemangatin aku, dia orang yang selalu ada buat aku,dia tulus mas. Dia baik,tapi sampai sekarang entah kenapa aku ngga bisa ngerasain sama kayak apa yang aku pernah rasain ke kamu dulu." jelas Zee panjang lebar membuat Gibran dengan seksama mendengar setiap kata yang diucapkan Zee. "Meskipun begitu,dia udah jadi orang berharga di hidup aku selama empat tahun terakhir ini. Dan satu lagi,dia tentara mas. Sama kayak kamu." imbuhnya dalam bercerita saat itu.

"Dia tentara? meninggal karena kecelakaan pesawat." Gibran berfikir atas apa yang tadi Zee ceritakan. "Sebentar,apa bener namanya itu-"

"Irza Nugraha-" mereka mengatakan secara bersamaan, membuat kedua orang itu diam memaku setelah mengucapkan nama Irza Nugraha.

"Ya ampun- jadi selama ini? kamu perempuan yang terus saja dia ceritain ke aku? ya Allah-" titah Gibran menenggelamkan wajah diantara kedua telapak tangannya.

Zee menatap Gibran dengan tatapan bingung "Kamu- kenal sama mas Irza?"

"Iya,Zee. Kita temen deket. Dia sering cerita sama aku tiap kita lagi bareng. Dia cerita tentang hal baik dia sama satu perempuan dan- ternyata perempuan itu adalah kamu." jelasnya.

Zee terdiam. Menatap Gibran dengan tatapan kosong. "Ternyata dunia sesempit itu ya,mas. Sampai-sampai kita saja bisa saling bersangkutan."

"Iya. Jadi ini alasan dari tadi kamu menghindar dari pertanyaan aku tadi? karena kamu gamau ingat-ingat hal itu. Maaf ya,Zee. Udah bikin kamu keinget lagi sama Irza gini."

Assalamualaikum CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang