Malam itu adalah malam terakhir Zee bisa makan bersama keluarganya sebelum ia benar-benar akan kembali menimba ilmu di ibu kota. Seperti biasa,mereka berbicara banyak tentang hal apapun setelah selesai menyantap makan malamnya. Saat itu juga,Zee kembali diingatkan tentang perjodohan yang akan dilaksanakan setelah ia menyelesaikan pendidikan kedokterannya. Mendengar hal ini,Zee tentu dibuat bimbang tentang apa yang semestinya ia lakukan.
"Nduk..." ucap ibunya biasa memanggil dengan sebutan itu.
"Iya mi? Kenapa?" Kata Zee.
"Kamu nggak berubah pikiran kan? Soal perjodohan yang abah inginkan?"
Tak menjawab,Zee seketika memaku saat ibunya tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Hei! Di tanya umi bukannya jawab malah diem,gimana toh?" Timpal kakak Zee yang berada disampingnya.
"Ee- emm..." Jawab Zee terbata.
"Umi harap kamu bisa nepatin janji kamu,karena Abah bener-bener nggak bisa buat menolak perjodohan ini nduk..." Ucap ibu Zee pelan sembari melihat ayah Zee yang sedang istirahat di kamar samping ruang makan.
"Ee- iya mi. Insyaallah Zee akan nepatin janji Zee." Jawab Zee risau.
"Alhamdulillah kalau gitu,kamu istirahat dulu gih. Besok kan harus ke bandara pagi-pagi banget toh?"
"Iya. Zee ke kamar dulu ya."
Zee kemudian beranjak dari sana dan melangkah menuju kamarnya. Ia menutup rapat-rapat pintu kamarnya. Dengan rasa was-was juga dilema,ia mulai berbaring dan memikirkan solusi atas masalahnya ini. Sesekali ia juga berfikir untuk bercerita pada Gibran tentang apa yang sebenarnya terjadi,tapi apakah jika ia bercerita masalahnya akan selesai atau bahkan menjadi lebih runyam?
Setelah beberapa saat ia memikirkan hal ini. Ia pun mengambil ponselnya dan memutuskan untuk menelfon Gibran.
"Assalamu'alaikum... Kenapa Zee? Tumben telfon malem-malem gini."
"Waalaikumsalam,emm- kamu sibuk?" Tanya Zee.
"Engga.. ini cuma lagi beresin buku-buku."
"Ee- mas... Aku..."
"Kenapa? Ada masalah? Sini cerita. Atau aku video call aja?"
"Engga-gausah..."
"Kenapa sih? Humaira' nya aku kenapa? Hmm? Biasanya juga langsung cerita kalo ada apa-apa."
"Engga.. ini cuma mau bilang kalo- aku besok balik ke Jakarta."
"Iya tau aku teh,kan kamu juga udah sempet bilang kemarin. Yaudah,besok dijemput di airport ya."
"Eh bukan gitu maksud Zee,mas. Gausah dijemput.. gapapa kok."
"Aiih kamu mah. Gamau dijemput sama aku?"
"Ya ngga gitu,takut ngerepotin aja."
"Apasih? Udah deh, pokoknya besok aku jemput. Okay?"
"Iya udah deh,thank you..."
"Sama-sama. Yaudah gih sana bobo."
"Kamu udah sholat?"
"Udah dong..."
"Yaudah,kamu tidur juga ya. Assalamu'alaikum..."
"Waalaikumsalam."
Zee memutus sambungan telfonnya.
***********
Keesokan harinya,Zee berangkat ke bandara sekitar pukul tujuh,karena perjalanan menuju Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam jika dari Semarang,maka ia sampai di Jakarta sekitar pukul 08.20 pagi itu.
Sesampainya di bandara Soekarno-Hatta ia harus menunggu, karena Gibran yang akan menjemput hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Captain
Teen FictionAzzura Yaquta Hamra, Gadis millenial,pandai,berparas cantik yang selama ini hidup di kalangan pondok pesantren modern. Tahun ini adalah tahun terakhir ia menuntut ilmu di pesantren masyhur itu,dan dari sini lah kisah kehidupan gadis yang biasa di pa...