Dalam satu minggu pertama saat setelah Zee kembali ke Jakarta, hari-hari Gibran dan Zee berjalan seperti biasanya. Namun,entah ada apa gerangan- tapi pada minggu-minggu setelahnya Zee seperti menciptakan jarak antara keduanya. Tidak hanya sekali panggilan telefon dari Gibran ditolak olehnya,jangankan panggilan telefon- pesan singkat yang Gibran kirimkan saja hampir tidak pernah ada jawaban. Hal ini sontak membuat Gibran selalu bertanya-tanya,sebenarnya mengapa sikap Zee menjadi berubah 180° seperti ini?
Drrtttt...
Ponsel Zee bergetar saat ia tengah sibuk mengerjakan tugas di kamar kostnya. Layar ponselnya menunjukkan jika saat ini ia menerima panggilan dari Gibran. Namun, sepertinya lagi-lagi Zee tak ingin menjawab panggilan itu. Acha yang melihat ponsel Zee yang terus saja diabaikan dan tak berhenti bergetar pun gemas untuk mengangkatnya walau tanpa seizin Zee.
"Hallo..." Ucap Acha dalam sambungan telfon itu,sontak membuat Zee seketika berbalik arah kearah Acha berada sembari membelalakkan matanya.
"Acha? Ee- Zee nya ada? Gue mau bicara sama dia."
"Cha! Kenapa diangkat toh?!" Bisik Zee dengan suara yang amat pelan.
Tak menjawab pertanyaan Zee,Acha lebih memilih untuk menjawab pertanyaan Gibran.
"Iya bentar aku kasih ke Zee dulu,tadi dia sibuk soalnya. Jadi nggak denger kalo ada telfon."Acha lalu memberikan ponsel itu pada sang empunya.
Zee pun mengambil ponselnya dengan raut wajah yang sedikit kesal.
"Hallo..." Ucap Zee."Kamu kenapa jadi ilang-ilangan gini? Aku telfon ga diangkat. Aku chat ga dibales coba. Mau berapa lama lagi kek gini?."
"Aku sibuk banget akhir-akhir ini, maaf-"
"Udah satu bulan lebih sikap kamu berubah gini sama aku. Kalaupun kamu sibuk, seenggaknya bisa kan kabarin aku? Cuma butuh waktu 30 detik dari 24 jam buat bales chat aku. Please lah..."
"Aku cuma-"
"Cuma apa? Cuma berusaha ngehindar dari aku? Bahkan buat ketemu sebentar pun aku ga dikasih waktu sama kamu. Mau kamu apa sebenernya? Tolong bilang, jangan buat aku nebak-nebak sendiri."
"Tapi aku bener-bener gaada maksud buat mas Gibran jadi kepikiran banget soal aku,maaf-"
"Aku ga butuh kata-kata maaf kamu. Aku butuh kamu yang dulu. Kamu yang selalu ada buat aku,selalu ada pas aku seneng bahkan sedih,Zee."
"Iya-"
"Aku cuma mau bilang kalo lusa aku bakal mulai pendidikan militer, dan aku mau besok pagi kita ketemu di taman,bisa?"
"..........."
"Bisa kan?"
"Iya,besok pagi Zee ke taman."
"Assalamu'alaikum." Ucap Gibran mengakhiri sambungan telfonnya.
Sesaat setelah sambungan telfonnya dimatikan,Zee benar-benar tidak habis pikir bahwa semua akan menjadi seperti ini,bahkan lebih buruk dari ekspektasinya.
Ia duduk di sudut tempat tidurnya dan bertingkah seperti orang yang tak tahu harus melakukan apa. Perlahan ia meneteskan air matanya, namun apalah daya? Semua sudah terjadi. Hanya ada dua pilihan sekarang, memperbaiki atau benar-benar mengakhiri."Hikss hikss kenapa jadi gini sih? Hikss-" ucap Zee dalam isakan tangisnya.
"Ada masalah apa sih sebenernya? Cerita aja sama aku,kali aja aku bisa bantu kan?" Tanya Acha.
Zee menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk kepalanya sedikit kasar.
"Apa dengan kamu nangis kayak gini masalah kamu bakal selesai? Nggak kan? Ayolah Zee,ada apa sebenernya?" Timpal Acha lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/212446959-288-k242403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Captain
Fiksi RemajaAzzura Yaquta Hamra, Gadis millenial,pandai,berparas cantik yang selama ini hidup di kalangan pondok pesantren modern. Tahun ini adalah tahun terakhir ia menuntut ilmu di pesantren masyhur itu,dan dari sini lah kisah kehidupan gadis yang biasa di pa...