Sore hari Lucky masih sibuk di tempat persembunyiannya. Tentunya di rumah Yoana. Perlahan Lucky mulai berdamai dengan diri sendiri. Meskipun sesekali ketika dia mendengar kabar dari teman-temannya yang lulus dan segera wisuda, Lucky kembali merasa sesak. Menyalahkan diri sendiri yang gagal dan hancur. Tapi, sekarang emosinya jauh lebih terkontrol.
Pelan-pelan Lucky mulai membuka skripsinya lagi. Mulai membenahkan setiap tanda yang dituliskan Mbak Ukhti. Karena bantuan perempuan itu, Lucky akui, dia jadi lebih mudah mengerjakan penyajian skripsinya. Bahkan Ahmad sebelum ini tidak pernah detail memberikan koreksi. Mungkin Ahmad memang membencinya. Jadi, tidak pernah mau mengoreksi hasil penyajian skripsinya. Tapi, perempuan yang bahkan tidak mengenalnya itu, mau mengoreksinya. Tiba-tiba Lucky jadi terharu.
Lucky hanya tersenyum, kembali membuka buku paket miliknya. Sesekali mengetik sesuatu di laptop, sambil mulutnya komat-kamit bicara sendiri, "Berdasar sumber dari hasil penelitian terdahulu... Eh—"
Matanya langsung menyipit menyadari hasil ketikannya di layar monitor yang salah. "Anjirlah, gue mau nulis, 'Berdasar Sumber' kenapa malah jadi 'Bidadari Surga', sih? Argh, tiponya jauh banget, sih!" dengusnya malu. "Ck, apa sih yang lagi gue pikirin? Sial!"
Lucky membanting bukunya ke meja. Ah, bidadari surga, ya? Ini pasti gara-gara sejak tadi dia kepikiran Mbak Ukhti. Cek dulu Mbak Ukhti sedang apa di WhatsApp. Lucky melirik kolom chat di hape cadangannya. Olshop Mbak Ukhti. Online.
Widih, online lagi, nih! Mau order hijab lagi, ah! Pesan lagi jangan? Pesan. Tidak. Pesan. Pesan, deh. Hitung-hitung menambah pahala membuat Mbak Ukhti senang. Lucky baru akan mengetik sesuatu di kolom chat saat tiba-tiba teriakan nyaring Yoana terdengar dari bawah sana. Membuat Lucky bergidik dan segera berlarian turun dari lantai atas.
"UKY! TURUN LO SEKARANG! TURUN!"
Lucky berdecak kesal. Masih berlarian di ujung tangga. "Apaan, sih, Na?! Gue nggak budeg, kali! Jangan tereak-tereak kayak tarzan! Lo kira ini hutan rimba?! Sakit telinga gue!"
"INI LIHAT! INI PASTI ULAH LO, KAN?!" Yoana menahan tangis frustasi. Tangannya mengangkut kardus berisi setumpuk plastik hijab warna-warni. Saking banyaknya tersusun tinggi membuat Yoana kewalahan berjalan. "GUE MINTA DIBELIIN HIJAB TIGA AJA, UKY! TIGA! KENAPA LO BELIIN TIGA PULUH, SIH?! HUHU, BANYAK BANGET! INI MAH BUAT IBU-IBU SE-RT! BUKAN BUAT GUE DOANG!"
Bukannya takut, Lucky malah menjerit riang. Penuh antusias membantu Yoana memindahkan kardus hijab tersebut. "Widiih, udah nyampe barangnya, Na? Asyik! Cobain dong! Jangan dilihatin mulu! Tuh, gue beliin segala macem warna buat lo! Ayo buka! Ini namanya hijab pashmina! Lo mau pake warna apa dulu?" katanya memilah-milah barang di hadapannya. "Nih, maroon sama navy bagus, Na! Pake, Na! Cepetan! Oh ya, tadi barangnya dikirim ke rumah Mami, kan?"
Yoana melotot sadis. Tangannya menarik kertas yang tertempel di atas tumpukan. Jeritannya langsung mengudara. "Mami! Mamiii! Sini, Mi! Ini, Mi, lihat kelakuan anak kesayangannya Mami!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky to Have Zuhry
Romance[Dear, Zuhry] Di ketinggian 1803 mdpl, di atas Puncak Kencana ini, gue meminta lo untuk menjadi Bidadari Surga gue. Ya atau Tidak? Gue tunggu jawabannya. [From, Lucky] ___ Kehidupan Lucky Anggara (Lucky) yang penuh kesombongan dan kekuasaan berubah...