"IYA! GUE NGAKU! GUE NGAKU! AMPUN, JAN-"
Uzan semakin melotot. "Jadi selama ini lo simpen foto bokep lo di sini juga?!" dilemparkannya ponsel Lucky kembali. "Kalau cuma gituan gue juga punya banyak, njir! Nggak perlu minta lo!"
"HAH?! MAKSUDNYA?!" Lucky mengernyit, akhirnya merampas ponsel kembali, menyalakan layar. Ternyata yang muncul malah gambar kiriman dari Nano semalam. Seketika tawanya mengudara. "Buahaha, mampus! Udah gue bilang dari tadi, njir! Nggak ada apa-apa di hape gue! Pada nggak percaya, sih, ah!"
Uzan nyengir. "Yeu, gue kira bakal nemu harta karun rahasia lo. Taunya sama aja kayak harta karun di kamar gue."
Dilan ikut nyengir. "Gue kira apaan, huh. Tapi oke juga tuh gambar. Bagi gue sini, hehe."
Pak Jaya dan Rudi juga hanya geleng-geleng kepala setelah mengetahui apa gambar yang tadi heboh mereka ributkan. "Dasar Lucky, Lucky! Kamu kalau udah nggak bisa nahan nafsu, lebih baik segera cari istri saja." Pak Jaya menepuk bahu Lucky dan berlalu pergi.
Sementara Rudy masih diam di tempat memandang tajam Lucky si biang keributan di kantor. "Kamu itu! Pantas setiap pagi kamu selalu senyam-senyum ketawa sendiri! Pasti kamu sedang membayangkan hal-hal jorok, kan?! Tapi maaf, ya, kantor ini bukan untuk kamu berhalu dan bermesum ria! Bener kata Pak Jaya, lebih baik kamu cari partner yang sah daripada mengandalkan gambar halu itu! Tahun depan umurmu dua lima, kan?"
Lucky semakin tertawa menyindir Rudi di hadapannya. "Maaf, Pak, Bapak nyindir diri sendiri, ya? Kalau tahun depan saya dua lima, situ berapa dong?! Buahaha!"
"Eh, iya juga-" tapi Rudi malah semakin melotot. "Kamu itu, hih! Udah tadi kelamaan di TK! Bolos briefing! Sekarang malah ngatain saya lagi! Lama-lama saya turunin jabatan kamu jadi sales biasa!"
"Ampun, Pak, bercanda, ih! Gitu amat!"
Uzan berdecak malas. Buru-buru menarik Dilan. "Udah, yuk, Lan. Kita nyusulin Bondan aja ke bawah. Makan bakso. Laper. Nggak usah nungguin Pleki. Kebanyakan halu ini anak!"
Dilan mengangguk setuju. "Yo'i, yuk ah!"
Lucky melotot, segera berbalik, membereskan komputernya. "Woylah, tungguin, dong! Nggak setia kawan banget, sih!" akhirnya Lucky berlarian menyusul Dilan dan Uzan. "Pak Rudi duluan, ya? Muah!"
Jeritan Rudi lagi-lagi terdengar dari jauh. Lucky hanya tertawa kabur. Diam-diam berterima kasih pada Mbak-Mbak bohay yang dikirim Nano semalam. Lucky kembali menggeser layar ponselnya dan tersenyum gila. Anak buahnya memang selalu bisa diandalkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky to Have Zuhry
Romance[Dear, Zuhry] Di ketinggian 1803 mdpl, di atas Puncak Kencana ini, gue meminta lo untuk menjadi Bidadari Surga gue. Ya atau Tidak? Gue tunggu jawabannya. [From, Lucky] ___ Kehidupan Lucky Anggara (Lucky) yang penuh kesombongan dan kekuasaan berubah...