Mohon maap semalem kepencet,
Eh sekarang malah eror .-.
Semoga udah muncul
______________
Pagi ini Lucky merasakan sakit di sekujur tubuhnya lagi-lagi kambuh. Ternyata efek perkelahiannya dengan Yanuar lumayan juga. Tulang-tulangnya serasa mati rasa. Muka dan lengannya kini dipenuhi lebam.
Tadi subuh, Marko mengantarnya pulang ke rumah Yoana. Seperti dugaan, Lucky langsung dibanjiri ceramahan panjang lebar. Melihat adiknya yang pulang dengan tubuh tak berdaya membuat Yoana naik darah. Lucky terpaksa bolos ke kantor dan berakhir menjerit sepanjang hari karena kakaknya yang arogan itu merawatnya dengan sesuka hati.
"Akh! Akh—Adoooh! Anjir! Ana! Pelan-pelan bisa nggak lo?!" maki Lucky emosi saat Yoana memijat kakinya. "Gue sakit beneran! Bisa nggak lo pijetin pake hati dikit, ha? Panggilin gue Dokter Lando ke rumah!"
"Dokter Lando baru bisa dateng nanti malem!" Yoana menabok paha Lucky beringas. "Lagian siapa suruh lo ikut tawuran lagi, ha?! Pamit naik ke puncak, pulang-pulang badan bengkak! Gue tungguin oleh-oleh dari lo, Uky goblok! Bukannya lo pulang ancur-ancuran kayak gini, ish!"
Lucky menjerit. "Mamiii, ya jangan lo pukul kaki gue! Sakit, Na!"
"Iya, gue udah telpon Mami sama Papi juga! Laporan kalau lo bonyok abis muncak! Gue tadi telpon Yumna tapi nggak diangkat! Sekarang lo jujur abis dari puncak lo tawuran di mana?" Yoana terisak kesal. "Gue tuh kesel ngerti nggak, sih? Dulu lo itu pernah kebacok waktu tawuran pas SMA. Inget, nggak? Kenapa, sih, lo ulangi lagi, ha?! Sumpah, benci banget gue punya adik kayak lo! Satu aja bikin gue stres!"
Lucky berdecak. Sebisa mungkin menahan amarahnya melihat Yoana hampir menangis. Meskipun barbar dan kasar, Yoana itu kadang punya sisi yang mellow dan lembut. Apalagi menyangkut dirinya. Kakaknya itu bisa menangis seharian kalau dia terluka atau sedang sakit.
"Sugar, udah. Uky baik-baik aja itu," Yudha menyusul dengan nampan berisi teh hangat, "Minum dulu, Ky."
Lucky manggut-manggut. Mematuhi perintah Yudha.
Yudha masih menatapnya meringis. "Gue nungguin stroberi. Eh," dehamannya keluar, "Dibawain kuah stroberi beneran. Langsung dari idung lo. Makasih, ye. Enek gue liatnya."
Lucky hanya tertawa meraba hidungnya yang tengah malam tadi kembali mimisan. "Oh, ini, nih, kuah stroberinya? Cobain, kuy, Dhot," katanya sambil menjilat darah tersebut ke mulut.
"Sialan, masih bercandain gue ya, lo!"
Lucky tidak peduli dan kembali tiduran. Albim yang sejak tadi terdiam di pojokan kamar tiba-tiba mendekat. Sudah rapi dengan seragam. Siap berangkat ke TK.
"Om... Bimbim rindu..." lirih Albim memelas. "Om Uky nggak apa-apa?"
Mendengarnya Lucky hanya tertawa. Tiba-tiba membayangkan ada Zuhry di TK pagi ini. Senyumnya terukir lebar. "Santai, Bim. Besok juga udah sembuh. Gue mau anterin lo lagi mulai besok, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky to Have Zuhry
Romance[Dear, Zuhry] Di ketinggian 1803 mdpl, di atas Puncak Kencana ini, gue meminta lo untuk menjadi Bidadari Surga gue. Ya atau Tidak? Gue tunggu jawabannya. [From, Lucky] ___ Kehidupan Lucky Anggara (Lucky) yang penuh kesombongan dan kekuasaan berubah...