[70] Angin Sepoi-Sepoi dan Kamu

3.6K 887 378
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sinilah Zuhry berada sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sinilah Zuhry berada sekarang. Di tengah hiruk pikuknya kemacetan Jakarta di malam hari. Bersama Lucky yang membawa motor di depannya. Zuhry duduk menyamping dengan malu, membonceng di belakang Lucky. Sambil terus mendekap erat pie di pelukannya.

Suasana di sekeliling semakin hening ketika hiruk pikuk kemacetan mulai menghilang. Sesekali Lucky melirik Zuhry lewat kaca spionnya, tersenyum-senyum. Zuhry langsung menunduk malu ditatap begitu.

"Pay? Sayang?"

"Hmm."

"Apaan, sih, ih? Kok gitu jawebnya? Masih ngambek, ya?"

"Dibilang nggak usah antar juga."

"Tapi aku maunya anter, gimana? Eh, lurusin kakinya, deh. Kamu pake rok, kan? Pegel nggak duduknya miring gitu?" Lucky sedikit menunduk mengecek penyangga kaki di bawah kaki Zuhry. "Udah turunin belum?"

"Sudah," jawab Zuhry malu.

"Nah, kakinya taruh situ biar nggak pegel. Jangan lupa pegangan, Pay."

Zuhry menyembunyikan senyumnya. "Iya, sudah pegangan, kok."

"Mana? Kok nggak kerasa?"

"Ini." Zuhry menunjukkan ujung jemarinya yang memegang pucuk jaket kulit Lucky. Hanya memegang sejumput. Tanpa sadar membuat Lucky tertawa.

"Itu namanya nggak pegangan, Pay! Mana sini tangannya! Gini, nih--" akhirnya Lucky menarik jemari Zuhry dan meremasnya lembut, membawanya ke paha, lalu melingkarkan ke perut. "Gini, sayang. Pegang yang kenceng."

Lucky hanya nyengir. Diam-diam malu sendiri saat Zuhry bagai tersengat listrik, langsung menarik tangannya menjauh. Tapi Lucky terus menahan tangan Zuhry di perutnya.

"Bentar aja. Peluk aku, Pay."

Zuhry menggeleng malu. Tapi Lucky dengan sengaja menambah laju motor, lalu mengerem mendadak. Membuat tubuh Zuhry menghantam punggungnya tiba-tiba. Dan Lucky tertawa puas.

"Lucky!" Zuhry menjerit kesal.

Lucky malah semakin semangat mengerjainya. "Enak, sayang? Lagi, ya?"

Lucky to Have ZuhryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang