[14] Apa Kabar, Lucky? Baik, Zuhry!

5.5K 1K 479
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu malah asyik ngomong sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu malah asyik ngomong sendiri."

Lucky tahu tubuhnya kini mematung. Matanya masih melotot menatap Zuhry di hadapannya. Dan perempuan itu benar nyata adanya. Bukan ilusi yang hanya ada dalam imajinya setiap pagi. Rasanya Lucky ingin pingsan sekarang. Atau setidaknya lenyap dalam kubangan rawa-rawa atau hanyut ke tengah samudera. Tapi, lama menunggu, keadaan di sekelilingnya tak juga gelap. Dirinya masih sadar. Masih terus menapak di muka bumi.

"Zu--Zu--Zu--Zuhry!" Lucky meremas kacamata hitamnya panik. Pantas sejak tadi bayangan itu terus mengikutinya dalam gelap.

"Lucky."

Buru-buru Lucky berbalik. Jadi, sejak tadi- mati gue! Jangan-jangan dia dengerin omongan gue lagi?! Malu banget, bangsat! Ngapain aja gue daritadi?! Kok gue nggak sadar?! Goblok banget lo, Uky!

Lucky melirik ke belakang. Ini bahkan beratus kali lebih memalukan daripada terpergok Rudi dan anak kantor cekikikan disela pekerjaan membaca chat tentang Lussy. Juga lebih memalukan daripada kepergok Yoana menonton film bokep saat SMP dulu.

Lucky baru akan memutuskan kabur saat Zuhry memanggilnya lagi.

"Lucky?" lirihnya sekali lagi.

Lucky tahu hatinya lemah. Perlahan mulai berbalik, pura-pura memaksakan tawa untuk mencairkan suasana. "Hahah, Zuhry? Jadi, lo di sini dari tadi dengerin gue?! Buahah--" tapi percuma, tawa garingnya lenyap seketika.

"Emang kamu ngomong apa?" Zuhry hanya menggeleng menyembunyikan pipinya yang merah. Apa dia salah dengar atau tidak tadi? Ada namanya disebut? Tapi, sungguh, Zuhry tidak mengerti apa itu. "Saya nggak paham. Kamu aneh banget dari tadi."

Jika dulu mereka habiskan waktu di tepi jembatan. Sekarang, di sinilah mereka berada. Duduk di sebuah bangku panjang dalam taman bermain. Lucky di sisi bangku paling kiri, sedangkan Zuhry sebaliknya. Menyisakan jarak bangku kosong yang panjang di antara mereka. Sementara di depan ramai anak-anak berebut ayunan dan perosotan.

Bukankah sebenarnya mereka sering bertemu? Tapi, kenapa ini rasanya seperti sebuah reuni? Setelah berabad-abad lamanya.

"Apa kabar... Lucky? Lama nggak bicara."

Lucky to Have ZuhryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang