[24] Legenda Kios Buku Lama

4.6K 960 194
                                    

Hal pertama yang dilakukan Lucky ketika sampai di kantor adalah membongkar kubikel kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal pertama yang dilakukan Lucky ketika sampai di kantor adalah membongkar kubikel kerjanya. Mulai dari ujung meja hingga bagian-bagian kecil di sekitar komputer. Bermaksud mencari novel romantis religi yang dipinjamnya beberapa hari lalu. Iya, milik Zuhry itu maksudnya. Lucky meringis. Di mana sekarang, ya? Lucky lupa menaruhnya.

"Oy, ada yang tahu novel gue nggak?!"

Uzan melongok dari kubikel samping. "Buset, ngapain lo jongkok-jongkok di sana? Btw, kemarin lo ke Kayu Manis ambil oleh-oleh dari Entong-Bika? Yeu, punya gue ama Iyan nggak lo ambilin sekalian? Gue kemarin di Bandung soalnya."

Lucky membanting keyboard di depannya kesal. "Lo budek ya, Jan?! Gue tanya, lo lihat novel gue, nggak?!"

"Lah, sejak kapan lo punya novel?!"

Dilan menggedor-gedor kubikel keduanya. "Ck, pagi-pagi udah berantem aja lo berdua! Kapan akurnya, sih?"

Bondan ikut mendekat. "Meeting sepuluh menit lagi. Pak Rudi udah stand by di tempat," diliriknya Lucky yang masih riweh di meja, "Ky, lo yang bawa laporan pemasaran? Lo yang presentasi, kan? Siapin, ya!"

Lucky mendengus. Masih mengobrak-abrik tumpukan kertas di meja. "Bentaran. Gue nyari novel gue yang ilang. Lo semua ke ruang meeting dulu. Nanti gue nyusul."

Sontak Bondan dan Dilan saling melempar pandangan bingung. Lucky yang dikenal mereka tidak suka membaca- yang bahkan menghabiskan waktu sangat lama melahap materi dari Rudi di hari pertama training. Tahu-tahu mencari sebuah novel.

"Mampus! Gue inget sekarang! Novelnya ilang di stasiun pas gue ngejar copet!" Lucky berjengit panik. "Gimana, nih? Bukan punya gue lagi!"

Bondan geleng-geleng. "Beli lagi yang baru. Jangan beli yang bajakan. Ntar lo dimarahin penulisnya."

Lucky meringis bingung. "Tapi itu novel lama. Cetakan dua ribu delapan kalau nggak salah."

Uzan melotot. "Gila bacaan lo, Plek! Belasan tahun lalu dong terbitnya?! Ada-ada aja, anjir! Lo mau balik ke jaman bahula baca novel jadul gitu? Move on, dong!"

"Cari di kios buku lama bawah jembatan coba," usul Dilan, "Banyak novel bekas di sana. Ada juga yang baru dari cuci gudang atau yang pada kurang laku gitu. Pasti dapet."

"Wah, anak Sastra emang beda! Tahu segala kios buku lama! Tuh, dengerin, Ky!" desis Bondan. "Lagian ada-ada aja, lo. Udah kemarin ngantor bonyok-bonyok, sepatu ilang sebelah, pincang lagi. Ini segala cari novel lama!" dirabanya dahi Lucky, "Lo nggak panas, kan?"

Lucky meringis menepis tangan Bondan. "Apaan, sih? Ya, nggaklah! Gue sehat gini! Buruan meeting ayo!"

***

Terik panas matahari masih terasa di sore hari ketika Lucky menghentikan laju jeep-nya. Setelah tadi dia memutari kembali seluruh stasiun mencari-cari novel Zuhry kemarin dan tidak menemukannya lagi. Mungkin sudah dibersihkan dan dibuang oleh petugas kebersihan stasiun. Akhirnya di sinilah dia berada sekarang. Sesuai saran dari Dilan.

Lucky to Have ZuhryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang