Suara petikan gitar terdengar kencang di dalam ruang studio berukuran 4x4 tersebut. Lucky menatap note-note di hadapannya malas. Sesekali memetik gitar kembali. Berusaha melupakan bayang-bayang audi hitam yang melaju dari komplek rumahnya satu jam lalu. Tapi tidak berhasil.
"Ck, salah lagi!"
Lucky menggeram frustasi. Nyaris membanting gitar di tangannya kalau Marko tidak berlarian menghampirinya. "Woy, Boss! Woy! Gitar gue turunin! Gitar gue mau lo apain, ha?!"
Lucky mengerjap kaget. Melirik gitar yang hampir merosot di sampingnya. "Anjir, ngapain gue? Sorry, Ko!"
"Ah, elah, lo, sih! Apaan coba pake mau mukul gitar gue? Mahal tahu!"
Lucky tidak menjawab. Marko melemparkan beberapa novel dari tasnya ke meja. "Itu novel-novel lo. Udah sebagian gue baca."
Lucky menghembuskan napas malas. "Lupain aja, Ko."
Marko melotot tidak terima. "Hah?! Maksud lo apa?!"
Lucky menyilangkan kakinya ke atas meja. Lalu mulai merogoh sekotak rokok dari balik celana jeans-nya. Perlahan disesapnya sebatang sambil menyenderkan kepalanya yang pening. "Siapa, ya, tadi yang jemput Zuhry? Gue penasaran, Ko!"
Tapi Marko tidak peduli. Mulai emosi sendiri. "Boss, lo nyuruh gue sama anak-anak baca tuh novel tebel, terus habis itu lo bilang, lupain aja?! Eh, asem banget tahu nggak!" jeritnya emosi. "Gue beneran baca demi lo, goblok!"
Lucky meliriknya kesal. "Terus gue harus gimana?"
"Lo itu nggak ngehargain gue banget, sih, Boss!"
Jeritan Nano dan Rendy terdengar tak lama kemudian. Lucky langsung menyumpal telinganya rapat-rapat menghindari mereka.
"Boss, aku yo wes moco novelmu!" Nano menjerit frustasi. "Jaremu marai baper, awak dewe kon moco. Piye, to?"
Rendy ikutan panik. "Lah, gue juga udah baca," mukanya setengah kebingungan, "Katanya kita disuruh baca, terus bikin ringkasan isi novelnya, habis itu kasih ke lo. Gimana, sih, Boss? Ini gue udah bikin di folio! Katanya mau lo kadoin buat Mbak Zizy?! Jadi, nggak?!"
Lucky menyembur Rendy. "Nggak jadi bikin ringkasan! Tugas lo semua sekarang cari tahu siapa cowok yang tadi jemput Zuhry! Pokoknya lo semua harus dapet info tentang cowok itu! Gimana pun juga caranya!"
"Tanya aja Yummy atau Bika," usul Nano.
"Ya sana lo yang tanya! Masak gue yang tanya soal Zuhry ke mereka?! Gue malu-lah!"
"Sialan lo, Boss!" Rendy hampir saja melempar kaleng soda dari kantong belanja Nano ke muka Lucky saking emosinya.
Nano segera menahannya. "Sabar, Ren. Sabar, iki ujian," disumpalnya mulut Rendy menggunakan bakpao di tangan. "Makan dulu, nih! Iya, iya, ntar kita cari tahu, Boss!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky to Have Zuhry
Romantizm[Dear, Zuhry] Di ketinggian 1803 mdpl, di atas Puncak Kencana ini, gue meminta lo untuk menjadi Bidadari Surga gue. Ya atau Tidak? Gue tunggu jawabannya. [From, Lucky] ___ Kehidupan Lucky Anggara (Lucky) yang penuh kesombongan dan kekuasaan berubah...