[89] Menuju "Lucky to Have Zuhry" - II

5.2K 1.1K 1.4K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ada yang bertanya pada Zuhry, kapan dia merasa bahagia selama hidupnya? Dan apa yang membuat dia bahagia? Ada dua hal yang membuatnya bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ada yang bertanya pada Zuhry, kapan dia merasa bahagia selama hidupnya? Dan apa yang membuat dia bahagia? Ada dua hal yang membuatnya bahagia.

Pertama, saat Zuhry kecil hidup bahagia dan tumbuh bersama keluarga lengkapnya. Saat Anisah, ibunya masih ada di dunia.

Kedua...

Saat ini. Hari di mana besok akan ada seseorang yang mengucap janji di hadapan abahnya, untuk memberikannya kebahagiaan. Di mana dia menemukan seseorang yang dia sebut sebagai rumah. Tempatnya berbagi kala hidup mulai lelah. Tempatnya berkeluh kesah. Juga tempatnya bersandar saat dia tak sanggup melangkah. Akhirnya dia menemukan tempatnya juga.

Zuhry pernah merasa hidupnya mati dan kosong. Sekelilingnya ramai, tapi rasanya dia hanya sendiri di dunia. Tidak memiliki bahagia seperti mereka. Hidupnya hampa. Seperti lautan tanpa garam. Dan selama bertahun-tahun dia melaluinya.

Semua berubah sejak Lucky masuk dalam hidupnya. Senyuman Lucky yang lucu, tatapannya yang jenaka, dan lawakannya yang penuh goda. Segala hal dalam diri Lucky yang membuatnya hidup. Sekarang Zuhry tahu bahwa dunia memang benar-benar berwarna seperti kata mereka.

Terima kasih untuk Lucky, yang telah berjuang sejauh ini. Memperjuangkan perempuan biasa sepertinya. Memenangkan hati Ali, meluluhkan Ammar dan Hanna, juga meyakinkan Yanuar untuk menjaganya serta mengikhlaskannya. Zuhry tahu, bahkan ribuan terima kasih pun tidak akan cukup.

Terima kasih, Lucky, kamu telah kembali perjuangkan aku hingga detik ini.

Tanpa sadar setetes air mata mengalir di pipi Zuhry. Matanya melirik sebingkai foto lama di samping meja rias. Anisah terlukis di sana, memakai gamis pastelnya, tengah menyirami kebun bunga. Diraihnya bingkai itu dan dipeluknya erat.

Bu, besok aku akan menikah dengan Lucky. Iya, Mas Uky yang kemarin mendatangi makam ibu itu. Yang berjanji akan membahagiakan aku. Dia laki-laki yang aku cintai, Bu. Aku ingin bahagia seperti dulu, Bu. Bersamanya.

Dan suara langkah kaki terdengar, Hanna menunduk membelai lembut pundak Zuhry. "Zy, kok malah nangis, sih? Sebentar lagi kamu akan menikah dengan Lucky, lho! Seseorang yang kamu cintai!"

Lucky to Have ZuhryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang