"Ya ampun, Zy, ternyata kamu di sini! Aku tuh dari tadi panik lho nyari kamu ndak ketemu-ketemu. Tahunya di sini!"
Seketika Lucky dan Zuhry menoleh kaget. Ternyata Saira. Lucky menghela napas lega. Dikiranya Zuhry datang dengan siapa. Zuhry sendiri malah sampai lupa kalau mengajak rekannya itu untuk menemani ke sini. Tadi Saira membantunya berbelanja snack. Tapi berhubung rekannya itu ingin membeli buah-buahan juga. Akhirnya mereka berpisah.
Saira berjalan mendekat sambil mengangkut keranjangnya. "Ini, nih, aku udah dapet melon yang aku cari, Zy. Kamu butuh snack apa? Katanya mau belanja buat liburan? Jadi, ndak?"
Lucky malah melambai riang. "Oy, Ir, lama nggak ketemu! Kangen gue ama lo!"
Saira menoleh dan terkaget. "Loh?! Mas Lucky?! Kamu ke mana aja selama ini, Mas? Kok nggak pernah nganter Bimbim lagi ke TK? Padahal tiap pagi Zizy nungguin kamu dat-Aww!"
Zuhry mencubit Saira gemas. "Apaan, sih, Ir?"
Lucky menyunggingkan senyum miring. "Oh, jadi ada yang kangen gue ke TK, nih?"
"Nggak juga!" Zuhry meringis gengsi. "Siapa yang kangen?"
"Padahal gue ngomongin Ira," Lucky menaikkan alisnya pada Saira, "Iya, kan, Ir, lo yang kangen gue, kan?"
"Iya, Mas Lucky, aku tuh kangen banget! Kok ndak pernah bawain aku roti buat sarapan! Aku tuh nunggu setiap pagi di depan gerbang! Tapi kamu ndak pernah datang!" cibir Saira mengolok-olok Zuhry.
"Aku nggak pernah begitu, Ir!" Zuhry menahan pekikan malu.
"Emang aku bilang kamu? Kan aku yang kangen Mas Lucky!" Saira tertawa menggoda. "Apa kamu ngerasa gitu, Zy?"
Lucky nyengir bangga. "Kalau kangen bilang aja! Iya, nggak, Ir?" katanya beradu toss dengan Saira, merasa menang.
"Padahal nggak begitu."
"Padahal ada yang setiap hari nunggu jeep di depan gerbang-Aww! Adoh, Zy, iya, iya, ampun!" kekeh Saira menghindar di belakang tubuh Lucky. "Mas itu lho, ganas banget Zizy kalau sama aku! Coba kalau sama kamu pasti lumer, Mas!" adunya.
Lucky malah tertawa geli melihat dua perempuan di hadapannya asyik bertengkar. Mengingatkannya pada Yumna dan Bika yang juga sering bertengkar manja saat bersamanya di masa kuliah dulu. Ah, mengingatnya membuat Lucky rindu kuliah.
"Oy, udah, udah, kayak rebutan gue aja kalian! Iya, gue emang ganteng makanya direbutin!"
"Dih, mbel gedhes!" Saira menatap Lucky dan Zuhry bergantian. Akhirnya tersadar, "Oh iya, Zy, kamu itu berarti besok mau muncak bareng Mas Lucky juga? Kalian barengan, ya? Wih, seru banget pasti."
Sebelum Zuhry menjawab, Lucky sudah menyahut lebih dulu. "Iya, sama gue. Minggu ada acara? Mau ikutan nggak, Ir?"
"Adoh, aku? Ma-mas Lucky ngajak aku ikutan juga?! Wadoh, Zy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky to Have Zuhry
Romantizm[Dear, Zuhry] Di ketinggian 1803 mdpl, di atas Puncak Kencana ini, gue meminta lo untuk menjadi Bidadari Surga gue. Ya atau Tidak? Gue tunggu jawabannya. [From, Lucky] ___ Kehidupan Lucky Anggara (Lucky) yang penuh kesombongan dan kekuasaan berubah...