[7] Bunga yang Tertinggal

7.2K 1.1K 160
                                    

Zuhry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zuhry... Zuh... Zuhry... Bahkan dalam hati pun Lucky gelagapan memanggil namanya. Zuhry... Lihat gue! Gue akhirnya lulus! Mahasiswa gagal yang lo temui di tepi jembatan itu akhirnya lulus! Gue lulus, Zuhry! Gue lulus!

Lucky merasa dadanya kini berdentum tak karuan. Sibuk merangkai kata dalam hatinya. Sementara matanya masih menatap dalam damba. Bibirnya masih tersenyum mengudara. Hingga saat langkah Zuhry mendekat, hanya tinggal beberapa jengkal darinya, Lucky semakin tidak bisa menahan diri. Tanpa sadar melangkah maju penuh percaya diri.

"Zuhry?" lirihnya.

Hanya beberapa detik sampai rentetan kata yang telah disusunnya secara rapi sirna begitu saja. Saat langkah Zuhry tiba-tiba melewati tubuhnya, Lucky tahu harapannya pupus. Menahan nyeri, ditolehkan kepalanya ke belakang. Menemukan Zuhry di sana. Tengah berlarian memeluk Yumna. Lucky tahu, senyumnya berubah hambar.

"Yumna, selamat, ya. Alhamdulillah akhirnya kamu lulus. Aku ikut senang, Yumna."

Yumna memekik girang dalam pelukan Zuhry. "Ya ampun, Zizy, lo sampe dateng ke sini?! Padahal gue udah bilang, ucapin selamat di joglo aja nggak apa-apa! Ih, gue jadi nggak enak! Huhu... makasih banget, ya!"

"Nggak apa-apa. Aku senang ke sini, Yumna. Sekalian aku jalan-jalan lihat kampus kamu." Zuhry mengulurkan buket bunga dan paperbag berlogo hijab dari olshop-nya. "Oh, ya, ini aku bawa sesuatu. Maaf ya, cuma ada itu."

"Ih, lucu banget bunga sama hijabnya! Makasih, ya, Zy!" dan Yumna kembali memeluk Zuhry. "Omong-omong, naik apa ke sini tadi? Motornya jam segini masih dipake Mas Ammar, kan?"

Zuhry tersenyum. "Iya, tadi kebetulan ada bus jurusan sini, Yumna. Ya udah, sambil jalan."

Kahfi meringis. "Kok nggak bilang kalau mau datang? Harusnya kamu bilang dulu, biar saya suruh Bika sama Kenno jemput kamu. Tadi Kenno bawa mobil, kok. Nanti pulangnya bareng mereka aja, ya?"

Zuhry menggeleng tidak enak. "Nggak usah, Kahfi. Saya cuma sebentar, kok. Habis ini masih ngajar di luar. Jadi, harus langsung pulang siapin materi."

Kahfi mengangguk-angguk. "Oh, iya. Kamu, kan, ngajar privat juga. Banyak pasti muridnya, ya?"

"Iya, Kahfi. Alhamdulillah."

Yumna merangkul pundak Zuhry. "Lo emang cocok banget jadi guru, Zy! Semoga segera terwujud jadi guru, ya!"

"Amin. Makasih, Yumna."

Lucky masih menatap dari jauh, menghela napas panjang dan kecewa. Ada sedikit nyeri yang terasa di hatinya melihat mereka. Di sampingnya Nano dan Marko malah saling cekikikan menahan tawa.

"Ko, nggak ada akhlak! Malah ketawa lo!" seru Nano menunjuk Marko yang cengengesan, padahal diri sendiri juga tertawa.

"Eh, lo juga ketawa tuh!" balas Marko tidak terima, membuat Nano kembali meringis. "Sabar ya, Boss! Mungkin lain kali Mbak Zizy bawain lo kembang juga! Suatu hari entah kapan!" dielusnya pundak Lucky lembut.

Lucky to Have ZuhryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang