Semalaman setelah kondisi Ali membaik dan kembali normal, Zuhry langsung mengurung diri di kamar. Menolak berbicara dengan Ammar dan Hanna yang terus menuntut penjelasan. Bahkan mengusir Yanuar yang mengemis maaf darinya. Percuma saja mau menjelaskan bagaimana. Manusia-manusia di rumahnya tidak akan mau mendengarkan omongannya.
Setelah rapi dengan seragam gurunya, Zuhry buru-buru menyambar tas dan beranjak keluar kamar. Masih seperti semalam, Ammar menghadang di ruang tamu. Bersiap dengan ceramahan dan amukannya lagi. Zuhry bergerak cepat menuju pintu dan mengeluarkan kunci motor.
"Puas kamu bikin Abah serangan jantung lagi kayak semalem?!"
Zuhry segera meraih helm. Langkahnya semakin tergesa.
"Zizy, jawab kalau Mas tanya sama kamu!" teriakan Ammar terdengar membabi buta menyusul langkahnya.
Mengingat Yanuar semalam. Mengemis maaf padanya. Sebagian hatinya merasa kasihan. Tapi, Zuhry tahu, dia telah terlampau kecewa. Yanuar memfitnah Lucky. Dan Zuhry tidak terima. Meski ribuan maaf pun dilayangkan Yanuar, Zuhry merasa hatinya tidak bisa benar-benar sembuh. Ini sangat tidak adil karena Lucky terus disalahkan di sini.
Ammar masih terus mengikutinya. "Sekarang jawab Mas, Zy! Sejak kapan kamu berhubungan dengan si Lucky-Lucky itu?! Berani-beraninya dia mukulin Yanu dan bikin jantung Abah kambuh!"
Zuhry menatap Ammar menahan kecewa. "Kalau Mas Ammar mau tahu, tanya Mas Yanu apa yang dia lakukan. Mas Yanu kelewatan! Aku benci, Mas! Mas Yanu membentakku! Mas Yanu yang mulai memukuli Lucky! Lucky tidak bersalah, Mas! Aku bicara jujur, Mas! Aku nggak pernah berbohong! Mas Ammar tahu aku sejak dulu!"
Ammar meremas rambutnya frustasi. Mencoba menarik napas perlahan. Sedikit mendinginkan kepala, "Ya mungkin Yanu khilaf, Zy. Apalagi kamu perginya sama si Lucky itu! Kabur ke berhari-hari berdua?! Calon suami mana yang nggak marah lihat calon istrinya pergi dengan laki-laki lain! Sudah jelas Yanuar marah besar!"
"Mas—"
Udahlah, jujur aja sekarang! Benar yang dibilang Yanu, kan? Kamu pergi dengan Lucky ke puncak?!"
Zuhry menunduk.
Ammar tertawa sinis. "Tuh, berarti bener! Kamu perginya sama Lucky! Kamu berani bohongin Mas dan Abah, ya, sekarang?! Kamu bilang pergi dengan Yumna—"
"Mas, dengarkan penjelasanku dulu!"
"Udah nggak ada yang perlu dijelaskan lagi! Keterlaluan yang namanya Lucky itu! Putuskan Lucky! Kembali pada Yanuar! Hanya Yanuar yang pantas bersama kamu, Zy! Lucky itu jelas bukan laki-laki yang baik! Ck, tampilannya awut-awutan! Baunya asep rokok! Mana anak buahnya rusuh lagi! Bisa-bisanya lho kamu pacaran sama berandalan yang namanya Lucky itu! Kamu nggak diapa-apain, kan, sama dia?!"
"Ya Allah," suara Zuhry melirih, "Mas Ammar sudah nggak mempercayai aku lagi! Aku pikir, Mas Ammar satu-satunya yang ngerti aku. Sepertinya, lama-kelamaan aku selalu tersisih di rumah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky to Have Zuhry
Romance[Dear, Zuhry] Di ketinggian 1803 mdpl, di atas Puncak Kencana ini, gue meminta lo untuk menjadi Bidadari Surga gue. Ya atau Tidak? Gue tunggu jawabannya. [From, Lucky] ___ Kehidupan Lucky Anggara (Lucky) yang penuh kesombongan dan kekuasaan berubah...