[27] Selamat Datang Kamu

4.5K 974 238
                                    

Sore hari Zuhry melangkah keluar dari muka rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore hari Zuhry melangkah keluar dari muka rumahnya. Hari ini dia akan mulai memenuhi janjinya pada Yoana kemarin. Yoana sangat antusias menyambut perlombaan Albim beberapa bulan lagi. Jadi, Yoana meminta bantuannya memberi les tambahan persiapan lomba untuk Albim. Tentu saja Zuhry menyanggupinya. Apalagi ini demi kesuksesan salah satu muridnya.

Zuhry sudah mengunci pintu rumah. Berhubung rumah sepi, jadi dia akan membawa kuncinya pergi. Baru beberapa langkah menyusuri setapak jalan di kampungnya, sebuah audi hitam keluaran terbaru menepi perlahan menghalangi langkahnya. Zuhry mengernyit bingung.

"Assalamualaikum, Zy," laki-laki di dalamnya menurunkan kaca mobil, "Saya antar, ya?"

"Waalaikumsalam." Zuhry terkaget sejenak. "Mas Yanuar?"

Yanuar yang masih berbalut kemeja santai dan jas hitam tampak tersenyum menampilkan lesung pipinya. Zuhry jadi ingat, kemarin saat mengabarkan kedatangannya, Yanuar memang sempat berkunjung ke rumah dan bertemu Ali. Tapi hanya mampir sebentar membawakan oleh-oleh. Setelah itu dia langsung kembali ke apartemennya. Zuhry bahkan belum sempat mengobrol apa-apa dengannya.

"Kamu sepertinya masih kaget kalau sekarang saya sudah benar-benar di sini, ya, Zy? Di hadapan kamu?"

"Eh, i-iya. Saya masih kaget, Mas."

"Kemarin saya sudah mulai kerja di tempat tugas yang baru. Oh ya, kamu mau ke mana? Saya antar boleh?"

Zuhry buru-buru menggeleng. "Saya mau ke tempat murid saya, Mas. Mau ngajar buat persiapan lomba. Alamatnya jauh. Jadi, mending nggak usah. Saya naik bus aja."

Yanuar tersenyum setengah memaksa. "Nggak apa-apa. Santai aja. Saya sore ini free, kok. Saya anterin. Lalu saya tunggu di kafe dekat sana. Habis itu kalau sudah selesai, kamu telpon saya, oke?"

"Mas, tapi-"

Yanuar sudah berlari membuka pintu. "Abah yang nyuruh saya untuk mulai mendampingi kamu sekarang. Selagi saya bisa, saya nggak akan keberatan. Lagipula, suatu hari nanti kamu juga akan jadi tanggung jawab saya, kan?"

Zuhry masih berusaha mencari kebohongan lainnya untuk menolak. Tapi dia sudah kehabisan ide. Yanuar pasti akan melapor pada Ali. Akhirnya dia meraih pintu bagian penumpang. "Ya- Ya sudah, mmm... Saya belakang, ya, Mas?"

Yanuar tersenyum maklum. Seperti biasa, Zuhry selalu mencari cara untuk menghindarinya. Tapi, Yanuar tidak akan menyerah. Masih ingin terus berusaha. Dia sudah sejauh ini memenangkan hati Ali. Hanya tinggal meluluhkan hati Zuhry saja yang sulit.

"Iya, saya paham, kok. Kamu duduk belakang saja saya sudah senang."

Zuhry mengangguk pasrah. Duduk di kursi belakang bagian penumpang. Lama menyamankan diri. Sementara Yanuar duduk di jok depan. Diam memainkan setirnya sesekali melirik. Bingung memulai obrolan dari mana.

"Jadi, mau antar ke mana?" akhirnya Yanuar buka suara lagi.

Zuhry mengeluarkan kertas dari balik tasnya. "Ke alamat sini, Mas? Bisa?"

Lucky to Have ZuhryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang