[58] Warung Tenda, Sate Madura, dan Sepotong Senja

4K 995 562
                                    

Hayooo :")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayooo :")

Jangan lupa klik vote dulu sebelum baca, yaa :(

Dan jangan lupa spam komennya yang semangat

Ramaikan yaaa

Udah double up :( ayo jangan sider

Atau update nya seminggu sekali aja?

Hehehe

Sore itu matahari hampir tenggelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu matahari hampir tenggelam. Senja berhiaskan warna oranye nyaris pudar. Di bawah remang-remang lampu malam, tikar-tikar nampak berjajar di dalam lapangan. Zuhry mendahului duduk di sana. Bergabung bersama para pembeli lainnya.

Diam-diam Zuhry meringis menatap tikar di depannya. Melihat latar belakang hidup Lucky yang kaya raya itu, tiba-tiba dirinya merasa menciut. Apa tidak apa-apa dirinya mentraktir Lucky di tempat seperti ini? Di warung makan tenda yang sangat sederhana ini? Makan di tikar dalam sebuah lapangan.

"Ayo, duduk. Kenapa diem?" Lucky tahu-tahu sudah datang. Duduk di salah satu sisi tikar. Dahinya mengernyit melihat Zuhry malah mematung di depannya. Segera digesernya tubuh dan ditepuknya bagian samping yang kosong. "Buruan duduklah! Aku laper, nih, Bu!" rengeknya.

Zuhry menatapnya tidak enak. Lucky sendiri malah cuek. Sibuk memainkan kotak sendok dan garpu di tengah tikar.

"Nih, aku siapin sendok sama garpu. Buruan pesen sana."

"Kamu nggak apa makan di tempat seperti ini?" tanya Zuhry takut-takut.

Lucky malah tergelak melihat muka tidak enak Zuhry. "Lah, ngapa? Biasanya aku makan mie ayam sama anak-anak juga ngemper pinggir jalan, kok. Hadeh, buruan pesen, deh. Laper beneran, nih."

"Iya, iya, sabar, Lucky," Zuhry baru akan berbalik saat Lucky berseru lagi.

"Ett— Aku es tehnya dua, Bu! Terus banyakin saus kacangnya!"

"Dibilang jangan panggil saya Ba-Bu, Ba-bu. Itu panggilan khusus murid saya," Zuhry menggelengkan kepala menahan sabar. "Sudah dibayarin. Banyak maunya," gumamnya yang hanya mendapat cengiran Lucky dari jarak jauh.

Lucky to Have ZuhryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang