62

877 33 0
                                    

Beberapa minggu berlalu hingga tak terasa jika akad pernikahan Ralio sudah tinggal dua hari lagi, yang artinya mulai lusa salah satu dari tiga sejoli itu akan menjadi seorang imam menyusul Genta. Sisa Erhan yang masih sendiri dengan perasaannya yang masih melaut belum tau dermaga cinta mana yang akan ia singgah.

“Lo yang namanya Erhan Radea?” Tanya seorang mahasiswa yang tak ia kenal.

“Lo siapa?” Erhan malah balik bertanya bukan menjawab.

“Dicari sama Profesor Arian, ditunggu di lab biologi sekarang.” Ujar mahasiswa itu sambil berjalan melewati Erhan, namun lebih dulu dicekal sebelum melangkah lebih jauh.

“Kenapa itu Profesor nyari gue?” Tanya Erhan yang hanya dibalas gedikan bahu saja dan mahsiswa itupun kembali berjalan pergi.

Erhan hanya menghela nafas kasar, ia melirik arloji mahalnya. Sudah hampir 30 menit ia menunggu kedua sahabatnya namun tak kunjung datang, akhirnya ia pun berjalan menuju fakultas kedokteran yang memang beda gedung dengan manajemen. Ia berjalan sambil melirik sekitar dan sesekali membalas senyuman mahasiswi yang menyapa nya. Hingga tak terasa ia sudah sampai depan ruangan bertuliskan ‘Lab Biologi’ , ia mengetuk tiga kali dan menurunkan pedal kebawah membuka sedikit pintu ia melihat seorang pria yang kisaran mungkin seumuran dengan papahnya.

Ia berjalan menghampiri dan berdiri tepat disamping pria itu yang ia tau Profesor Arian, Profesor terbaik difakultas kedokteran yang ahli dalam bidang bedah terutama bedah jantung. Ia menyalimi tangan pria itu dengan senyuman yang dibalas ramah oleh Profesor Arian.

“Kamu yang namanya Erhan Radea?” Tanya Profesor pada Erhan yang dibalas anggukan kepala kecil. “Duduk dulu sini, ada yang mau saya bicarakan.”

“Ada apa ya Profesor manggil saya kesini? Saya anak manajemen bukan kedokteran.” Tanya Erhan kentara sekali jika ia heran tetiba dipanggil oleh seorang dosen yang menyandang gelar profesor bahkan salah satu ahli bedah terbaik dikotanya.

“Saya mau tanya, apa cita-cita kamu?” Tanya Arian dengan santai sehingga membuat Erhan yang tegang menjadi sedikit santai.

“Cita-cita saya?” Tanya Erhan yang dibalas anggukan kepala. “Membahagiakan orang tua.” lanjutnya.

“Bagaimana cara kamu membuat orang tua mu bahagia?” Tanya Arian membuat Erhan mengerutkan dahinya.

“Dengan cara apapun akan saya lakukan demi membuat orang tua bahagia.”

“Jawaban klise. Kamu tau hal apa yang gampang sekali membuat orang tua bahagia?”

“Hal gampang yang membuat orang tua bahagia..... melihat anaknya sukses.” Jawab Erhan dengan santai.

“Tapi kamu tau ga jika tidak semua orang tua mengharapkan anak nya sukses demi membuat mereka sendiri bahagia?”

“Tidak. Setau saya semua orang tua akan bahagia jika melihat anak mereka sukses.”

“Apakah orang tua mu termasuk pada kategori yang kamu sebutkan tadi?” Tanya Arian dengan tangan mengelus lembut surai hitam Erhan.

“Orang tua saya?” Tanya Erhan lagi sambil menunjuk diri sendiri.

“Iya, orang tua kamu. Rajata Radea dan Zhira Athaya.” Jawab Arion.

“Anda tau orang tua saya?” Tanya Erhan sedikit kaget.

“Siapa yang tidak tau Rajata Radea di RS Harapan Sehat hm? Pemilik saham terbesar ditempat saya bekerja.” Jawabnya dengan senyuman dan jari telunjuk yang menurunkan kerutan di dahi Erhan.

“Orang tua saya tidak pernah menuntut apapun, mereka selalu bilang jika mereka bahagia jika melihat saya bahagia.” Erhan sedikit menundukkan kepala.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang