67

644 29 1
                                    

Mereka berjalan dengan membawa seserahan satu persatu. Akad nikah ini hanya dihadiri oleh keluarga besar Ralio serta Tara, ditambah beberapa kerabat dekat. Rombongan berjalan masuk kedalam pekarangan rumah yang ternyata sudah ada beberapa orang yang menyambut. Bisa Ralio liat papahnya Tara sedang berdiri dengan seorang wanita paruh baya yang ia tau adalah mamanya Tara. Untuk kali ini dan resepsi nanti mereka bersama kembali, demi pernikahan anak satu-satunya mereka.

Kini Ralio sudah duduk didepan penghulu serta papahnya Aleya sebagai wali. Jangan lupakan para saksi juga yang sudah siap dengan hp masing-masing untuk mengabadikan pernikahan seorang Ralio Putra Yasa. Ralio mulai menjabat tangan papahnya Tara dengan sedikit gemetar.

“Katanya mau yang mantap, tapi baru jabat tangan udah gemeter dahsyat.” Celetuk Genta membuat Ralio membalik badan dan menatap temannya itu tajam.

“Berisik lo, ini gue mau ijab kabul!” Balas Ralio dengan kesal.

“Biasa aja dong Ralio. Mana Ralio yang kemarin nyombong mau nikah ga akan jomblo seumur hidup lagi hm..... baru jabat tangan udah gemeter salatri.” Kini Erhan yang berujar.

“Gue sumpahin lo ditinggal Aleya pas baru sadar kalo cinta!” Balas Ralio dengan tajam, kembali duduk dan menjabat tangan papahnya Tara.

“Siap?” Tanya penghulu pada Ralio yang dibalas anggukkan kepala.

“Jangan loyo gitu dong, gimana mau malam pertama baru jabat tangan aja udah lemes.” Erhan kembali berulah.

“Kalo gue bisa nyebutin ijab kabul dalam waktu kurang 10 detik, mobil baru lo yang ada digarasi jadi milik gue deal?” Ujar Ralio pada Erhan dengan tajam.

“Tapi kalo lo gagal ngucapi ijab kabul kurang dari 10 detik, jet pribadi yang baru bokap lo kasih sebagai kado pernikahan buat gue, gimana?” Balas Erhan dengan senyum mengejek.

“Kampret!” Ralio kembali menatap pria paruh baya yang duduk didepannye menghiraukan kekehan dari semua orang yang mendengar pembicaraan absur dari ketiga pria yang bersahabat itu. “Ayok pah udah siap nih!” Lanjutnya dengan semangat.

“Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau ananda Ralio Putra Yasa bin Atamaja Yasa dengan putri saya Tara Puriani binti Surya Andara dengan maskawin uang tunai sebesar sepuluh juta, emas murni 30 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.” Ujar papah Surya - papah Tara mengucapkan lafaz ijab.

“Saya terima nikah dan kawinnya Tara Puriani binti Surya Andra dengan maskawin uang tunai sebesar sepuluh juta, emas murni 30 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.” Balas Ralio sekali tarik mengucapkan lafaz kabul.

“Sah? Sah? Gimana para saksi sah?” Tanya pak penghulu kepada para saksi membuat Ralio sedikit menegang.

“SAAAAHHHH!!” Teriak semua orang bersamaan, membuat Ralio seketika menunduk lemas.

“Alhamdulillah!” Ucapan semua orang - lagi bersamaan.

“Silahkan duduk mempelai wanita, dan cium tangan pria yang kini sudah menjadi suami anda.” Ujar pak penghulu menyadarkan Ralio jika ternyata Tara sudah berdiri dibelakangnya.

Ia memperhatikan Tara yang sangat cantik dengan kebaya putih gading senada dengan beskap yang digunakan oleh Ralio. Wanita duduk dikursi samping Ralio, mengambil tangan Ralio untuk ia cium dan dengan refleks Ralio mencium kening Tara dengan lembut membuat Tara yang sejak tadi mendengar suara ijab yang dilakukan oleh papahnya serta kabul yang diucapkan oleh Ralio menahan tangis pun akhirnya luruh itu air mata pada wajah tirus Tara.

“Ssstttt..... jangan nangis. Belum gue apa-apain masa udah nangis duluan, gimana nanti malam pertama?” Ujar Ralio lembut tepat didepan wajah Tara dengan ibu jari yang menghapus pelan air mata dipipi.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang