65

663 32 0
                                    

“Berisik kamu!” Riza hampir saja melempar tutup toples jika Adhisti tidak lebih dulu menahan. “Kamu kan sudah banyak berdakwah pada ku jika lupa, waktu kamu dan segala rombongan mu itu datang ke inggris. Oh pas dirumah sakit juga sebelum kamu dengan sopan nya mengusir saya.” Balas Riza sambil memasukkan cemilan pada mulutnya.

“Udah dong pah, kamu juga Ge jangan sama deh.” Lesta menegur kedua kepala keluarga yang beda generasi itu. “Aleya mau bicara sama aku?” Tanya Lesta lembut pada Aleya.

“Engga ka, sama Genta aja. Kayanya kalo hal ini harus dibicarin sama pawangnya Erhan langsung.” Jawab Aleya lembut. “Tapi bener ngomongin Erhan ko sumpah.” Lanjutnya saat sadar ucapannya pada Lesta.

“Tenang aja Leya, aku percaya kok. Semoga nemu titik terangnya dengan Erhan ya.” Ujar Lesta dengan lembut khas keibuan sekali membuat Genta menatap takjub.

“Ga salah merawanin anak orang ini mah.” Celetuk Genta denga mata masih fokus menatap kagum Lesta.

“Tapi cara kamu merawaninnya salah!” Riza melempar kacang pada Genta namun diabaikan dengan masih fokus menatap Lesta.

“Ga salah aku milih ibu buat anak-anak aku.” Celetukan kedua Genta membuat Lesta semakin risih pasalnya Adhisti serta Riza menatapnya geli, jangan lupakan Rehan dan Mira yang baru datang masuk melihat kelakuan anaknya membuat mereka bergidik ngeri. Sedangkan Aleya sudah berjalan menghampiri Genta dan menarik kerah pria itu dengan tidak baik namun tak membuat Genta marah karna tatapannya masih menatap Lesta.

“Kalo kaya gini rasanya pingin bawa ngamar deh aslinya.” Celetukan Genta membuat Aleya semakin geram menarik kerah baju Genta membuat sang empu tercekik dan terjungkal kebelakang.

“Aleya! Gue kutuk lo jadi mantan gue!” Ujar Genta menatap Aleya tajam dengan posisi masih dilantai mengelus lehernya.

“Udah bangke! Ayok katanya mau ngobrol sebelum gue ga mood nih!!” Aleya menendang pelan kaki Genta dan berjalan lebih dulu menuju halaman belakang.

“Kampret lo! Gue doain lo jatuh cinta sama Erhan!!”

Teriakan Genta terdengar jelas ditelingan Aleya membuatnya hampir saja terdiam namun dengan cepat ia mengendalikan diri dan melanjutkan langkahnya. Tidak perlu didoakan juga itu sudah terjadi, Aleya sudah sadar jika ia memiliki rasa pada pria yang sempat menjadi teman SMA nya itu. Namun ia terlalu sadar diri hingga memendam rasanya sendirian, tapi mungkin ada baiknya juga sedikit berbicara dengan Genta. Ia cukup tau jika Genta tidak akan berbicara jika tidak meminta.

Aleya duduk disalah satu kursi pinggir kolam renang yang disusul Genta duduk dikursi satunya lagi. Mereka tidak duduk bersebelahan, ada meja diantara mereka yang menjadi batas. Aleya melirik Genta sebentar sebelum ia menghela nafas dan menceritakan kisahnya dengan Erhan. Ya semuanya, kisah yang ga orang lain tau. Tentang awal ia satu sekolah dengan ketiga curut - Genta, Erhan dan Ralio. Awal mula seorang Aleya lebih tertarik dengan seorang Erhan Radea, namun karna Genta yang mendekatinya lebih dulu dan memberi beberapa perhatian membuat Aleya putar haluan hingga kejadian na’as diclub malam dimana Genta memergokinya. Ia menjelaskan semuanya pada Genta dengan jelas hingga ia kembali lagi ke indonesia dan untuk pertama kalinya lagi ia bertemu dengan Erhan di pesta ulang tahun Wida - tidak bukan bertemu tapi Aleya yang melihat Erhan.

“Jadi pas diultah Wida lo liat kita bertiga?” Tanya Genta memotong cerita Aleya.

“Bukan kalian bertiga, tapi gue lebih liat dan cuma liat Erhan doang tanpa peduli sekitar bahkan gue ga tau kalo ada lo dan Ralio. Kalo gue liat kalian udah dari awal gue nanya tentang lo ke wida bukan tentang Erhan. Sampe gue lupa tujuan gue itu buat bisa balik lagi sama lo.”Jawab Aleya jujur.

“Dan ancaman yang lo lempar ke istri gue?” Tanya Genta lagi.

“Itu ulah gue, lo tau kan kalo hubungan gue sama Lesta dulu ga baik.” Genta mengangguk paham. Aleya melanjutkan kembali ceritanya secara ringkas.

Hingga Aleya kelepasan menceritakan tentang ia yang melihat Erhan berbicara dengan seorang wanita berperawakan gemuk bahkan sampai berpelukan sebelum wanita itu masuk kedalam taxi. Ia menceritakan rasa sakit yag ia rasakan saat itu, sedangkan Genta yang mendengar hanya terkikik geli. Genta meminjam hp Aleya dengan segala paksaan hingga Aleya memberikan hpnya. Genta membuka instagram dan mencari nama Vety diakun instagram Erhan.

“Ini ceweknya?” Tanya Genta sambil menunjukkan foto Vety yang disebelahnya ada Erhan terduduk fokus pada buku diperpustaakan dengan headset bertengger manis ditelinga pria itu.

“Iya.” Jawab Aleya sedikit sendu, namun Genta malah terbahak ngakak.

“Ini sih si Vety, fans gila nya si Erhan. Yang lo ceritain barusan itu si Erhan meluk Vety untuk teakhir kalinya karna si Vety mau lanjut kuliah di luar negeri.” Ujar Genta dengan masih terbahak.

Aleya yang mendengar itu pun merasa malu dan memegang kedua pipi tembamnya, sebelum memukul tangan Genta namun cepat dihindari oleh Genta. Aleya semakin geram saat Genta menghindar, ia pun berdiri hendak menghampiri Genta namun lagi - Genta menghindar berlari masuk kedalam rumah dan mengumpat dibelakang Lesta yang kebetulan sedang berdiri menggendong Albar sedangkan Alca tertidur nyenyak dipangkuan Mira.

“Sini lo jangan bisa nya ngumpet dibelakang bini! Makin lo ketawa rasanya makin pingin ngehajar lo pake kue balok!” Ujar Aleya didepan Lesta menatap Genta tajam yang memang pada dasarnya lebih tinggi dari kedua wanita itu, hingga mengumpat pun percuma karna tubuhnya terlihat jelas menjulang tinggi.

“Ge masa lari-lari sih kaya anak kecil.” Tegur Lesta pelan.

“Aleya cemburu liat Erhan meluk Vety, padahal dia meluk itu si Vety gegara cewek itu mau pindah ke korea, ibarat mah mereka itu perpisahan tapi si Aleya yang ngeliat dari jauh cenat-cenut dihati katanya kekeke.” Bisik Genta namun bisiknya itu terdengar oleh seluruh orang membuat Aleya semakin malu.

“Gentayangan dasar!” Aleya hendak memukul Genta namun papah muda itu menjadikan istrinya sebagai tameng.

“Kekekek Leya cemburu liat Erhan pelukan sama Vety? Ga usah cemburu Leya, Vety cuma fans nya Erhan yang tiap hari ga pernah absen buat ngeganggu Erhan dengan segala kekagumannya kok.” Ujar Lesta pelan membuat Aleya menutup wajahnya.

“Kata gue juga apa, ga usah cemburu type nya si Erhan itu yang mungil mungil unyu kek mahmud.”Celetuk Genta dengan posisi masih dibelakang Lesta.

“Martmut kali Ge bukan mahmud.” Lesta membenarkan ucapan suaminya itu.

“Si Genta tuh yang suka mahmud kak! Gue pernah liat dia godain mahmud pas nganter Ralio di mall.” Tunjuk Aleya pada Genta.

“Kapan? Jangan suka fitnah deh lo!” Genta berjalan kedepan Lesta agar berhadapan dengan Aleya dengan bertolak pinggang menatap tajam.

“Tapi bohong!” Ujar Aleya dengan tangan memukul kepala Genta gemas. “Kena juga lo!” Pekiknya bangga karna berhasil memukul Genta.

“Licik banget sih hidup lo!” Balas Genta dengan menonyor kepala Aleya.

“Lo---”

“Beli sekoteng campur bajigur, ada abang ganteng tapi kok malah dianggur.” Pantun tak faedah keluar dari mulut si bungsu Rafardhan yang baru pulang dengan seragam masih melekat ditubunya.

“Jajan combro isinya bekicot, balik-balik ada orang ribut.” Balas Genta.

“Lanjut.” Ujar Arfand yang tau jika jawabannya pasti akan membalikkan kata dari Rafardhan.

“Lo jomblo jangan banyak bacot, lambe lo bau sungut.” Lanjut Genta dengan wajah tengilnya membuat semua orang tertawa, bahkan Lesta sendiri tertawa terbahak melihat suaminya itu ditambah adik iparnya yang manyun.

“Ga asik lo!” Dengan misuh-misuh Rafa berjalan menaiki tangga untuk masuk kedalam kamarnya semakin membuat semua orang terbahak.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang