6

21 3 0
                                    

Yang dihempas bukan hanya angin tapi juga perasaan.

***

Sore ini pukul 16.45 wib kita sudah hampir sampai pantai. Matahari yang mulai turun.

Kita turun dari mobil dan berjalan menuju tepi pantai. Suasananya tidak terlalu ramai, kita terus berjalan sampai mendekati air dan duduk ditepi.

Bisa dibayangkan seperti apa suasana pantai di sore hari. Anginnya yang tidak terlalu kencang, ombak yang berdendang, pemandangan alam nyata.

Akan lebih bahagia jika menikmatinya berdua, ada yang bersedia menerima sandaran.

Amel yang duduk di sampingku sibuk mengabadikan kegiatannya mencari kerang di pasir,aku yang berdiam diri menatap kemasa depan.

Suara ombak itu yang membuat hati lebih tenang. Seakan lelah hilang dan terasa seperti hidup kembali.

Berdiam dan menikmati matahari terbenam kita tidak berpindah tempat sejak tadi. Dan hari mulai gelap.

" Han gue cari kamar mandi dulu ya mau ikut nggak? Yuk! "

Amel berdiri dan ulahnya sudah seperti cacing kepanasan.

" Pipis situ aja " menunjuk ke air

" Yang bener aja! "

" Alah biasanya lu aja pipis di kolam renang hahaha" tertawa " Nggak papa mel! " Bisik-bisik " Nggak ada yang lihat hahahha"

" Ngaco lu! gue udah bukan bocah pipis di pantai "

" Yaudah sana keburu bocor! " Amel segera pergi.

Pantai mulai sepi dan aku mulai berdiri untuk berjalan mencari tempat yang lebih nyaman untuk duduk, karena sudah mulai gelap dan takut jika air naik.

Dari tempat aku berdiri aku melihat seorang laki-laki yang berdiri sendirian di atas batu- batu. Dia tinggi, memakai kemeja panjang biru dan celana hitam.

Karena aku cemas melihat dia sendirian, dan disitu sepi, takut melakukan sesuatu dan nggak ada yang tahu, aku memberanikan diri untuk menghampirinya.

Aku sudah mulai dekat tapi langkahku terhentikan.

Dalam hati.

Kalau dia begal gimana? Mana sepi lagi! Gimana ya??. Tapi kalau dia tiba-tiba lompat!gimana dong?!. Bismillah!. Aman! Aku sambil tengok kanan kiri berjalan kearahnya.

Dengan hati yang berdebar dan tetap harus menjaga jarak agar bisa lari kalau ada apa-apa. Dia berdiri didepan sana dan aku disini jarak yang jauh mungkin 7 meter. Aku yang celingukan kanan kiri dibelakangnya.

Teriak " Mas!. Ngapain di sana!?. Disini gelap, sepi!. Kalau mas kenapa-napa nggak ada yang nolongin!. "

Dia tetap berdiri di sana  hanya menolehkan kepala dan melihat aku yang berdiri disini. Dia kembali menatap ombak yang terus bergerak, tanpa membalas ucapan ku.

Masih terus berusaha.

" Mas!. Batunya licin, kalau jatuh kebawah lo ati-ati ya!. Gue pergi!. Ati- ati kalau kenapa- napa teriak yang kenceng ya. Biar ada yang denger! " Aku pergi

Aku berjalan menjauh dan mencari tempat yang lebih terang dan sedikit ramai untuk duduk menunggu Amel datang.

Masih memantau cowok itu dari sini. Mulai bete menunggu Amel yang tidak datang-datang. Tiba-tiba cowok itu berjalan, terus berjalan dan menuju kesini kearah ku . Aku mulai panik.

Dalam hati.

Mati kau Hanna! Dia jalan kesini! Amel kemana sih lama banget!.Semakin kesini semakin jelas wajahnya.

LUKA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang