11

16 3 0
                                    

Dikatakan sulit itu ketika kita tidak mau mencobanya.

***

" Assalamualaikum, "

Kita masuk kedalam rumah, mas rama yang berjalan menuju kamar bundanya. Aku melihat kaki  di atas sofa dan aku mendekati sofa itu. Dan benar itu bunda yang tidur disitu. Aku sedikit terkejut melihat bunda tidur di situ.

" Mas "

Aku mendekatinya dan memegang tangannya, tangannya hangat dan wajahnya pucat.

" Bunda kok tidur disini? " Bunda bangun. Aku membantunya untuk duduk.

" Badannya panas mas "

" Mir, tolong beliin obat buat bunda "

" Iya mas "

Amira segera pergi ke apotik terdekat. Mas rama duduk didekat bunda dan aku sedikit membenarkan rambut bunda yang sedikit keluar dari hijab.

" Bunda istirahat dikamar aja ya, ayo aku bantu "

" Bunda nggak papa, bisa jalan sendiri "

" Udah aku bantu "

Rama yang menuntun bunda ke kamar. Aku dan Amel bingung harus bagaimana, kita hanya membututi mereka ke kamar.

Bunda menempatkan posisi nyaman di atas kasur, Rama duduk di samping bundanya dan kita berdiri di dekat pintu kamar.

" Bunda udah makan?, Mau makan apa bun biar sekalian aku pesenin buat makan siang kita semua juga "

" Nggak bunda nggak pengen makan "

" Alah itu hanya alasan buat nolak kan?. Aku pesenin bubur ya, kalian mau makan apa? "

" Nggak... "

" Nggak usah nolak, kalian pemakan segalanya kan? " Amel memanggungkan kepala. " Sebentar gue pesenin makanan dulu, hp gue kemana ya? "

Rama keluar dari kamar dan sibuk mencari hpnya. Aku dan Amel yang bingung mau ngapain akhirnya mendekati bunda dan duduk di atas tempat tidurnya.

" Bu, aku pijitin ya " tawaranku, bunda tersenyum

" Gimana enak kan bu, pijitan Hanna, dia jago masalah pijit memijit dia kalau di rumah jadi tukang pijit tukang urut, nggak cuma untuk manusia untuk ayam juga bisa urut kaki ayam bu "  bunda tersenyum dan sedikit tertawa.

" Kalian siapa? "

" Kita teman kerjanya mas rama bu, kita tadi baru ke ternak terus mas rama ajakin kita mampir dulu kesini. "

" Siapa namanya? "

" Aku Amel bu ini Hanna bos aku " ibu tersenyum.

" Jangan panggil ibu panggil bunda "

" Sama kayak mamanya Hanna sekarang maunya dipanggil mama "

" Kenapa? "

" Biar keren katanya hahah"

" Hus!.. Mel! "

" Dipanggil bunda juga biar keren "

" Bunda bisa aja "

Kita tersenyum dan aku melanjutkan memijat kaki bunda dengan penuh jiwa raga kasih sayang dan kesetiaan.

" Bunda sendirian di rumah? "

" Iya Ayah lagi jemput adiknya Rama "

" Adiknya mas Rama sekolah kelas berapa bun? " Tanya Amel

LUKA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang