25

16 3 0
                                    

Menepi boleh mundur jangan.
-Aminahhanima

***

Aku duduk ditepi pantai sambil menikmati sejuknya angin dan gemuruh suara ombak. Rama duduk di sampingku, Raka, Amel dan Amira sedang bercanda tawa dan menikmati tempat ini jauh dari sekitarku.

Rama menatap ku.
" Semua baik-baik saja kan?. Sedalam apapun lu tenggelam pasti ujungnya akan kembali ke daratan. Semua akan baik-baik saja ketika lu kembali lebih cepat" aku kurang cepat menangkap arti perkataan Rama. Dia tumben-tumbennya pandai berpuitis.

" Ha? "

" Hidup hanya butuh belajar, belajar dari segala pahit manisnya kehidupan. Bersyukur, mengikhlaskan dan diikhlaskan mungkin itu awal dari sebuah kehidupan yang tenang. Mungkin nggak setelah kejadian ini lu bisa jadi orang yang siap menerima keadaan? "

" Pasti! "

" Pasti? "

" Sehancur apapun sesuatu yang gue bangun, dan sesakit apapun itu setidaknya gue sudah mau untuk memperjuangkan dan gue harus tetap melanjutkan walau harus dimulai dari awal "

" Mengikhlaskan itu apa buat lu? "

" Tidak terdefinisi "

" Kalau lu? "

" Tidak terdefinisi "

" Ngikut aja lu!. Cara mengikhlaskan sesuatu ala lu gimana? "

" Mengalirkan semuanya sesuai alurnya adalah hal yang terbaik. Apa yang sekarang menjadi kegelisahan lu? "

" Nggak ada "

" Nggak? "

" Iya, nggak ada, aku mau mulai berdamai dengan diri sendiri. Udah cukup banyak luka, sekarang waktunya menikmati betapa perihnya dengan senyuman. Harus mengikhlaskan bukan begitu? "

" iya " Rama menupuk pundakku dengan pelan " pasti sembuh kok, seiring berjalannya waktu. " aku tersenyum

" Terus lu mau apa sekarang? "

" Mau fokus dengan apa yang ada didepan mata gue sekarang "

Rama yang sudah salah tingkah dan juga salah paham.
" Ha? Maksudnya? Gue? "

" PD banget lu!, Maksudnya fokus sama kerjaan sama lingkungan yang ada sekarang ! " Tegas ku.

" Ohhh. Satu hal yang gue bingung dari lu, lu kok bisa ya tiba- tiba sedih tiba- tiba bahagia tiba-tiba tenang tiba.. "

" Yang penting gue nggak tiba- tiba pergi! " Cetus ku, dia tersenyum.

" Kata siapa? Waktu itu lu tiba- tiba pergi nggak ada kabar! "

Berusaha mengingat waktu itu.

" Ha. Kapan?. Biasanya gue itu tiba- tiba ngilang "

" Waktu di kedai? "

" Itu bukan tiba- tiba, tapi itu kepaksa! "

" Tapi buat yang lain itu tiba- tiba "

Aku sudah malas berdebat dengan dia lagi.
" Udah ah capek debat sama lu nggak bakal kelar! "

Rama juga mulai kesal mendengar aku sering ngomong kata 'capek ' seakan-akan tidak ada kata lain selain kata itu untuk mengakhiri percakapan.

Menghela nafas.

" Oh ya besok kita ada ketemu sama orang yang mau ikut donasi, katanya mau ikut gabung ngobrol "

" Oh ya, bagus dong semakin banyak yang bantu semoga aja juga ikut jadi relawan "

LUKA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang