18

13 3 0
                                    

Rapuh itu ketika kejadian pahit terulang kembali.

***

" Han hati-hati dijalan ya, kalau ada apa- apa kabari mamah atau abang atau kakak oke "

" Iya?mah "

" Mel, kalau nyetir hati-hati ya udah malam gelap"

" Iya tahu mah, malam ya gelap hahaha "

" Da..... Assalamualaikum "

Waalaikumssalam

Malam ini aku dan amel ke rumah sakit untuk menjenguk Ayah Rama.

" Eh! Lu nggak ngomong apa- apakan sama mamah, abang, kak ida tentang kemarin gue nangis itu "

" Nggak, mereka nggak tahu kok, "

" Bagus deh, kalau tahu gue nangis karena itu pasti nanti mereka juga ikut nangis ke ingat Ayah deh "

" Sebenarnya Ririn kenapa sih? Sumpah itu jahat banget tahu "

" Nggak tahu, tatapan dia kayak benci banget sama gue "

" Kenapa benci sama lu? "

" Entah, mungkin dia merasa tersaingi "

" Tersaingi? "

" Hemm, dia suka sama mas Rama kayaknya  dan dia pikir gue berusaha deketin keluarganya  "

" Apaan, orang keluarganya mas Rama emang baik sama kita udah kayak keluarga sendiri malah, masak dia nggak terima "

" Biarin aja deh. Oh ya, Amira hari ini jadi relawan? "

" Iya, "

" Mereka pulang kapan, "

" Nggak ngerti belum ada yang kasih kabar, mungkin di sana lagi sibuk banget. "

" Mungkin "

***

Setelah bermacet- macet ria akhirnya kita sampai di rumah sakit. Kita turun dari mobil.

" Kita ke mushola dulu, sholat dulu biar nggak ada tanggunggan "

" Oke "

Kita berjalan menuju mushola didalam rumah sakit. Setelah selesai sholat kita pergi keruangan Ayah. Saat kita sudah mulai sampai di ruanagan aku teringat sesuatu. Aku langsung memegang kepala dan berhenti berjalan.

" Eh, kita kok nggak bawa apa-apa? "

" Oh iya bos lupaa... Kita beli buah dulu nih? "

" Ah kelamaan nanti aja," mataku menengok kanan kiri dan tidak sengaja melihat bunda Rama dan Raka " eh itu bunda, Raka sama Rama "

" Iya "

Rama, Raka dan bunda yang berada diluar ruangan, kita langsung bergegas menghampiri mereka. Bunda yang terlihat menangis. Dari kejauhan dan benar setelah didekati bunda menangis.

" Bunda, " bunda langsung beranjak dari duduknya, memelukku dan menangis tanpa henti.

Aku bingung, dan semua terlihat terpukul. Aku yang masih belum tahu alasannya pun ikut meneteskan air mata, karena hati kecilku merasakan sesuatu yang sepertinya pernah aku rasakan terulang kembali.

Raka yang sudah jongkok dilantai, Amel yang berusaha menenangkan Raka.

Nada suaraku yang sangat pelan sambil meneteskan air mata bertanya- tanya " Kenapa mas? "

" Kenapa? " Rama yang menatapku masih diam membisu dengan perasaannya yang campur aduk dan menahan tangis demi Raka dan bunda.

"Kenapa? "

LUKA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang