5

29 3 0
                                    

Semakin lama akan semakin dekat.

***

Ketukan pintu kamar yang membangunkan tidur nyenyak ku.

" Iya! " Teriakku

" Subuh Han! Bangun! "

"Iya kak " dengan wajah bantal yang sangat lelah aku berjalan menuju pintu kamar,dan kak ida yang tidak akan berhenti mengetuk pintu sebelum aku membukakannya.

Membuka pintu. Ceklek!.

" Subuh. " Aku yang hanya diam melihatnya dengan muka datar. " Sholat dulu terus bantuin masak oke " dia menepuk lengan ku dan pergi.

Pengen banget marah tapi nggak bisa. Aku berjalan menuju kamar mandi wudhu dan sholat. Setelah itu rebahan lagi di atas kasur.

30 menit kemudian.

Berjalan ke dapur dan melihat, panci dan sejenisnya yang menumpuk belum dicuci membuat mata pedih dan badan rasanya geli, akhirnya aku mengalai untuk mencucinya.

Kakak datang dan dia duduk di kursi dan mengisi gelas minum.

" Idih... Baiknya mau bantuin, oh ya buatin bubur ayam dong lu katanya jago buat bubur."

" makasih! Tidak minat saya "

" buatin lah!. Kan jago kamu "

Masih sibuk membilas "Kata siapa?"

"Kata ibu sama abang " meneguk segelas air

" Terus lu percaya? "

Dia meletakkan gelasnya dan bangun berjalan mendekatiku "Iya lah! Kenapa?"

" Lu percayaan banget sama orang "

" Ya enggak gitu juga "

" Makannya, jangan percaya bubur gue itu rasanya ya kayak nasi gitu nggak ada istimewanya, udah lu aja yang masak! " Aku terus beralasan karena benar-benar malas untuk masak.

" Alasan, bantuin kenapa? "

" Ini udah gue bantu cuci ini "

Tetiak " Masakin!! " Dia pergi begitu saja meninggalkan aku untuk mencuci pakaian. Dan aku hanya tercengang mendengar dia teriak.

" Telinga ku,,,, " menggelengkan kepala. Ekspresiku yang sudah takkaruan terkejutnya.

" sejak kapan dia makan daging singa sih. Galak banget. "

Setelah membereskan cucian aku langsung segera mempersiapkan masakan, ya walau sedikit malas.

30 menit kemudian, aku menyiapkan mangkuk.

Kakak yang tiba-tiba nongol didapur dan berdiri melihatku menyiapkan bubur.
" Ih ini baunya sedap banget, enak pasti "

Dia duduk.

Aku menyodorkan mangkuk dan bubur ayamnya.

" Nih dicoba kurang apa? "

Menikmatinya dengan sepenuh hati p" emmm... Enak!, Tapi ini kuahnya kalau aku kurang gurih dikit lagi, sama ini kurang banyak ayamnya! Hehe.. "

" Komen mulu lu, kayak ibu aja, lu mirippp banget sama ibu "

" Ye lu gimana ya? Lu yang ngomong suruh icipi. Gue mirip sama ibu karena gue anaknya! "

"Oh, "Aku mengambil bubur lagi untuk ikut makan, dan aku duduk di kursi depannya.

Aku benar-benar menikmati bubur dengan muka yang masih bantal dari tadi, dan mengingat kalau aku hanya membawa satu pasang stayl pakaian di dalam tas.

LUKA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang