CHAPTER 2 • DARREN MORRANO SMITH

13.7K 688 6
                                    

"If you reveal your secret to the wind, you should not to blame to the wind for revealing them to the trees." Kahlil Gibran

(Jika anda mengungkapkan rahasia kepada angin, maka anda seharusnya tidak menyalahkan angin karena telah mengungkapkannya kepada pohon.)

•••••

Diana Soerjodiningrat pov

Butuh waktu sekitar tiga jam untukku sampai di kota Bandung. Jalanan macet sekali, maklumlah ini weekend, waktunya orang orang libur. Biasanya warga jakarta akan menghabiskan weekend di Bandung atau puncak bogor.

Aku berjalan keluar dari area terminal. Bukan rahasia lagi bila harga taxi di dalam terminal akan lebih mahal, makanya aku harus berjalan agak menjauh dari terminal. Uang yang diberikan bibi tidak banyak, jadi aku harus berhemat.

"Aduh hujan," gerutuku. Hujan tiba tiba mengguyur kota, sedangkan aku tidak membawa payung. Aku mempercepat langkahku menuju halte untuk berteduh.

"Permisi pak, numpang tanya, bapak tau alamat ini?" tanyaku sopan pada bapak yang duduk di sebelahku. Aku memberikan kartu nama yang di dalamnya berisi alamat pada bapak itu.

"Tau neng, kalau dari sini agak lumayan, bisa setengah jam an naik taksi kalau nggak macet."

Aduh, padahal rencananya aku ingin jalan kaki saja. Tapi tidak mungkin kalau jaraknya jauh begitu.

"Apakah ada angkot untuk sampai ke sana pak?"

"Nggak ada neng, angkot cuma sampe dago aja, selebihnya nggak ada angkot."

"Kalau dari Dago sampai di alamat ini masih jauh pak?"

"Kalau naik motor sih lima menit sampe neng."

Syukurlah, tidak terlalu jauh. Aku bisa berhemat jika begini. Aku pun berpamitan pada bapak itu setelah melihat ada angkot lewat.

"Tujuan mana neng?" tanya tukang angkot.

"Ke alamat ini pak," kataku sambil memperlihatkan kartu nama pada tukang angkot.

"Wah, kita nggak lewat situ neng, kita cuma sampai Dago aja."

"Sampai Dago saja pak saya."

Jalan Bandung nampak padat merayap. Tapi untunglang si bapak tukang angkot ini gesit memilih jalan. Yang kutakutkan adalah kalau aku sampai di dago terlalu malam. Takut juga kalau malam malam jalan sendirian. Ini Bandung, bukan Jakarta, bagaimanapun aku asing di sini.

Berjalan malam ditengah rintik hujan ternyata cukup menguras tenaga. Setelah bertanya pada tiga orang akhirnya aku sampai di depan tulisan kompleks seperti yang tertulis di kartu nama. Langkah terakhir, tanya pada satpam kompleks dan aku akan sampai pada alamat ini. Yey, hatiku bersorak gembira.

"Permisi," ucapku. Bapak satpam yang asik menonton bola itu menoleh ke arahku.

"Selamat malam pak, saya ingin bertanya, blok B Nomor 13 itu di sebelah mana?" tanyaku. Mata satpam itu mengedar, meneliti penampilanku dari atas sampai bawah.

"Eneng mau cari siapa?" tanya pak satpam.

"Saya mau cari Darren."

Pregnant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang