CHAPTER 4 • MORNING SICKNESS

12.9K 621 4
                                    

"It's the best and most beautiful things in this world can not be seen or touched. They must be felt with the heart." Hellen Keller

(Hal-hal terbaik dan terindah di dunia ini tidak bisa dilihat atau disentuh. Semuanya harus dirasakan dengan hati.)

•••••

Darren Morrano Smith pov

Huek.....huek....

Sayup sayup ku dengar suara orang sedang muntah. Aku mengerjabkan mataku. Fajar sudah menyingsing, mentari pagi telah menampakkan wajahnya.

Huek....huek....

Aku menyingkap selimutku dan bergegas mencari sumber suara. Di kamar mandi ku melihat wanita semalam sedang berjongkok di depan kloset.

"Kamu kenapa?" tanyaku. Dia kelihatan sedang tidak baik-baik saja.

"Anda pergi dari sini, saya jorok," usirnya. Hey, bagaimana dia melupakan bahwa ini rumahku.

"Kamu sakit?" kataku lagi. Aku bersandar di kusen pintu kamar mandi.

"Setiap pagi saya selalu seperti ini____"

Huek.....huek.....

Ucapannya terpotong oleh muntahan.

Aku mendekat ke arahnya, berdiri tepat di belakangnya. Aku tidak tega melihatnya. Lalu ku usap perlahan tengkuknya.

"Biasanya kalau lagi begini diapain biar sembuh?"

"Teh hangat bisa meredakan sedikit," jawabnya. Dia masih belum mau berdiri dari posisinya.

"Yaudah saya buatkan, kamu duduk aja di sofa."

Dia menggeleng.

"Kenapa tidak mau?" tanyaku heran.

"Saya lemas, nanti pasti mondar mandir ke kamar mandi, jadi lebih baik saya di sini dulu."

Aku mengangkat tubuhnya. Dia diam tanpa perlawanan. Wangi ini, kenapa wanginya sama dengan wanita malam itu. Aku harus mencari tahunya lebih cepat.

"Kamu di sini dulu, saya buatkan teh hangat sebentar," ucapku. Aku mendudukkannya di atas sofa ruang keluarga, tempatku semalam tidur.

Beberapa saat kemudian, aku kembali dengan membawa segelas teh hangat.

"Ini diminum," perintahku. Dia menurutinya, meminum teh yang ku berikan.

"Makasih," tukasnya.

"Namamu siapa?" tanyaku.

"Diana, panggil saya Diana," ujarnya.

"Tidak perlu kaku begitu, biasa saja."

"Tidak sopan, saya tau anda lebih tua dibanding saya," katanya sambil menyeruput teh lagi.

"Baru dua puluh tujuh, mungkin usia kita tidak jauh berbeda."

"Aku delapan belas tahun," katanya. Aku kaget mendengar ucapannya.

"Delapan belas tahun? Kamu baru lulus sma?"

Dia mengangguk.

"Kenapa bisa masuk diskotik?" tanyaku tidak percaya.

"Diskotik?___" tanyanya. Dia nampak berpikir.
"Ah ya, saat itu aku sedang merayakan kelulusan sekolahku."

Oh keterkejutanku seakan belum hilang. Apakah benar aku menghamili anak kecil? Seingatku pakaiannya sangat seksi waktu itu, sama sekali tidak mencerminkan anak sma yang baru lulus. Mungkinkah dia menipuku?

Pregnant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang