CHAPTER 3 • APAKAH ITU DIA?

12.2K 606 0
                                    

"Don’t let the noise of others opinions drown out your own inner voice." Steve Jobs

(Jangan biarkan opini orang lain menenggelamkan suara hatimu.)

•••••

Darren Morrano Smith pov

"Sebelum anak ini lahir, saya tidak akan meninggalkan rumah ini." Wanita itu langsung memasuki kamarku. Oh tidak, itu kamarku.

"Stop!" cegahku, tapi dia menghiraukan peringatanku.

Aku melangkah menghampirinya. Dengan seenaknya dia menduduki kasurku dengan baju basahnya itu.

"oOke oke, kamu boleh tidur di sini, tapi di kamar sebelah." Hanya untuk malam ini, biarkanlah tidak baik juga mengusir wanita, apalagi dis kelihatan lelah sekali. Rumah minimalis bergaya skandinavian ini memiliki dua kamar tidur.

Dia memalingkan pandangan kepadaku. Apa itu, kenapa tatapannya memicing kepadaku. Apakah dia marah? tapi harusnya aku yang marah kepadanya.

"Tidur di kamar sebelah!" lanjutku lagi.

Dia berdiri, mengambil kopernya dan berlalu menuju kamar yang kumaksud.

"Kasurnya di mana?" protesnya saat memasuki kamar. Kamar sebelahku itu memang belum sempat aku dekor. Pikirku, buat apa di dekor, secara tidak ada yang nempatin juga.

"Nggak ada," jawabku.

"Terus anda nyuruh saya tidur di lantai yang dingin ini? Saya perempuan, apalagi saya lagi hamil. Anda mau buat anak anda kedinginan?!" cerewetnya.
"Anda saja yang tidur di sini, saya di kamar anda." lanjutnya.

Perdebatan itu selesai setelah dia memasuki kamar mandi. Dari suara airnya sih kedengarannya dia sedang mandi. Sekitar sepuluh menit berlalu dan dia keluar dengan kaos berlengan panjang berwarna merah dan training maroon. Dia langsung merebahkan diri di kasur kamarku.

Yaudahlah, biarkan malam ini dia tidur di kasur. Anggap saja sedang menolong orang. Daripada aku tidur di lantai kamar terus kedinginan lebih baik tidur di sofa.

Tiba-tiba pikiranku melayang pada kejadian sebulan yang lalu. Saat dimana aku sedang berada di diskotik karena ajakan teman kuliahku. Ya, dulu aku kuliah di Jakarta dan setelah bekerja mendapat penempatan di Bandung.

Flashback on

"Bro, banyak wanita sexy di sini, cobalah satu," kata Ivan temanku. Kami saat ini duduk di depan bartender.

Diantara teman-teman, aku adalah satu-satunya yang tidak pernah terlibat dengan wanita, maksudnya dalam hal sex. Bahkan selama kuliah aku tidak memiliki kekasih, hanya ada beberapa teman wanita. Ini bukan karena aku jelek ya, wajahku bisa dibilang di atas rata-rata. Ayahku asli Indonesia sedangkan ibuku blesteran Amerika Italy.

"Lo aja, gue liatin dari sini" ucapku.

"Ahh nggak asik lo," saut Andre.

"Ini minum dulu," kata Ivan sembari memberiku segelas air. Kupikir minuman itu semacam wine, karena mereka sangat tahu aku tidak menyukai vodka. Kadar alkoholnya yang cukup tinggi, seringkali membuatku kehilangan konsentrasi, itulah yang membuatku tidak menyukai vodka.

Pregnant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang