CHAPTER 22 • KEVIN PRIYAWAN

6K 334 11
                                    

"Tak ada lagi airmata yang dapat kau timba, Kekasih, karena sungguh rinduku padamu kini telah menyumur tanpa dasar."

Sujiwo Tejo

•••••

Kakiku melemas mendengar semua ucapan mereka yang tak sengaja kucuri dengar. Yaampun, ternyata sebenci itu mereka terhadapku. Bahkan sampai berniat membunuhku. Tidak puaskah mereka sudah menghancurkan masa kecil sampai remajaku. Sampai aku harus hamil disaat remaja lain sedang asik-asiknya bermain.

Tidak boleh menangis Diana, tujuan utamamu datang ke Jakarta adalah untuk menemui kak Kevin. Fokus, jangan cengeng - batinku

Hari ini tugasku harus menemui Kak Kevin. Aku butuh penjelasan dari semua yang terjadi. Semoga saja rumah kak Kevin masih di sana, belum berpindah.

"Permisi pak, apakah ini rumah Kevin Priyawan?" tanyaku pada satpam rumah.

"Betul, ada perlu apa mbak?" tanya pak satpam ketus.

"Saya ingin menemui kak Kevin"

Satpam itu memindai seluruh penampilanku dari atas sampai bawah. Tidak ada mobil, aku datang dengan ojol.

"Sudah buat janji?"

"Belum."

"Di sini tidak menerima sumbangan mbak? Cari rumah yang lain saja," usir pak satpam.

"Saya bukan mencari sumbangan pak, saya temannya kak Kevin," ucapku meyakinkan pak satpam. Tapi nampaknya satpam itu tidak percaya. Bagaimana mungkin orang yang mengaku temannya Kevin tidak datang menggunakan mobil sepertiku. Semua orang tau keluarga Priyawan, jelas saja pasti kolega dan temannya juga berasal dari kelas atas.

"Tolonglah pak, tanyakan dulu pada kak Kevin. Saya Diana, Diana Soerjodiningrat," ungkapku. Aku terus memohon agar bisa dipertemukan dengan kak Kevin.

"Soerjodiningrat?" tanya Satpam itu lirih. Dia sepertinya berfikir, tidak mungkin juga satpam kak Kevin ini tidak mengenal Soerjodiningrat. Beberapa saat kemudian dia tertawa lebar, "jangan membual mbak, Soerjodiningrat selalu datang bawa mobil mewah lengkap dengan supir dan pengawalnya," tandas pak Satpam. Mataku mengedar, aku berpikir bagaimana cara meyakinkan satpam ini.

"Tante Amora," teriakku memanggil mama Kevin. Aku langsung berteriak ketika mataki mendapati tante Amora yang keluar rumah. Sepertinya beliau akan pergi dengan menaiki sedan putih yang sudah menunggu di depan rumah.

"Tante, saya Diana," teriakku seperti orang gila. Jarakku dan tante Amora lumayan jauh, kalau hanya berbicara biasa, aku tidak yakin beliau akan mendengar.

Tante Amora menoleh ke arahku. Perlahan dia berjalan menemuiku.

"Diana? kamu Diana kan?" tanya tante Amora.

"Iya tante, saya ingin menemui kak Kevin."

"Ngapain ketemu Kevin? Dia sedang sibuk, besok kan mau nikah sama Diandra." Aku bagaikan gelandangan yang meminta belas kasihan orang, bagaimana tidak, posisiku sekarang masih di luar pagar sedangkan tante Amora di dalam pagar.

"Tolonglah tante, ada satu dua hal yang ingin saya bicarakan," mohonku.

"Lebih baik kamu pulang. Eh, sekarang kamu tinggal di mana? Kamu sudah melahirkan? Sangat disayangkan, gadis secantik kamu terlibat pergaulan bebas."

Pregnant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang