CHAPTER 32 • BERITA

6.4K 419 12
                                    

"kami coba simpan nestapa…
kami coba kuburkan duka lara…
tapi perih,
tak bisa sembunyi.
Ia menyebar kemana-mana…"

Chairil Anwar

•••••

"Apakah Opa adalah orang yang sama dengan yang menelfonmu saat kita dalam perjalanan waktu itu?" tebak Diana perlahan saat mereka akan tidur. Dia benar benar ingin tahu kejadian barusan. Pillowtalk adalah waktu yang pas untuk mendiskusikan hal ini.

"Kapan?" Darren sibuk mencari posisi yang nyaman.

"Enam bulan yang lalu, saat kita pulang dari Jakarta," lanjut Diana.

"Hmm... Dia kakekku, ayahnya mamaku. Dia ngusir mama dari rumah. Bertahun tahun hidup tanpa kabar dan sekarang dia kembali," kata Darren. Sesuai janjinya, dia menjelaskan semua kepada Diana. Bagaimanapun Diana berhak tau, karena dia adalah istrinya.

"Kenapa mama diusir?" tanya Diana. "Ah maksud aku, pasti ada alasan kenapa sampai mama diusir," ucap Diana lirih. Dia takut menyakiti perasaan Darren.

"Opa nggak setuju mama nikah sama papa."

"Kamu belum pernah cerita papa kamu dimana. Apa juga sudah meninggal seperti mama?"

Darren menggeleng, "Kamu kenal keluarga Priyawan?" tanya Darren. Diana dari kelas atas, pastilah dia mengenal juga keluarga priyawan. Kalaupun tidak mengenal setidaknya pernah mendengar. Dunia pengusaha itu kecil, satu sama lain sering berkerjasama dalam sebuah proyek.

"Priyawan? Kayaknya aku pernah denger," kata Diana sambil berfikir. Dia seperti tidak asing dengan nama itu.

"Antonio Priyawan," tandas Darren.

Diana membekap mulutnya dengan tangan. Apakah itu Antonio Priyawan yang itu?

"Antonio Priyawan istrinya___"

"Amora Priyawan?" tanya Diana menyaut perkataan Darren.

"Iya, kamu mengenalnya?"

"Jangan bilang om Anton itu papa kamu?"

"Secara biologis iya, tapi aku juga tidak pernah mengenal dia. Sejak kecil aku cuma dirawat mama."

"Dia ayahnya kak Kevin," lirih Diana.

Mata Darren membelalak mendengar tuturan Diana. "Kevin yang nikah sama Diandra kakak kamu itu?" Diana mengangguk. Darren tidak ingin membahas sesuatu yang berhubungan dengan Kevin. Dia salah satu orang yang membuat Diana begitu frustasi. Membicarakan Kevin secara tidak langsung akan membuat luka Diana kembali menganga. Itu terlalu beresiko untuk kesehatan mentalnya.

"Kita tidur aja, udah malem," perintah Darren. Dia merebahkan tubuhnya dan meminta Diana untuk merebahkan diri juga.

"Darren, aku pikir selama ini cuma aku yang punya masalah rumit ternyata permasalahan kamu jauh lebih rumit," kata Diana sembari membelai anak rambut Darren yang ada di jidatnya. Dia memandang lekat wajah yang kini terlelap, wajah yang selalu menenangkannya dengan senyum untuk memberinya semangut. "Daddy boleh cerita apapun sama mommy. Sebanyak apapun orang ninggalin Daddy, percayalah Mommy akan selalu menemani Daddy," lanjut Diana.

Pregnant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang