CHAPTER 30 • ALBERT

6.2K 393 11
                                    

“Di negeri yang baik, airmata tak pernah dihapus oleh tisu, tapi oleh tangan kekasih.” 

Sujiwo Tejo

•••••

Enam bulan berlalu. Kondisi tangan Diana sudah mulai pulih. Dia sudah bisa mengangkat belanjaan sendiri, meskipun masih dilarang Darren untuk menggendong Aaron. Bukan apa-apa, berat tubuh Aaron semakin bertambah, takutnya tangan Diana masih belum kuat dan malah akan memperburuk keadaan. Mbok Sum yang setiap hari membantu Diana saat tidak ada Darren.

Air susu Diana yang dulu sulit keluar, kini sudah lancar. Awalnya juga Diana frustasi karenanya namun lagi lagi support Darren menguatkan.

Hari ini jadwalnya adalah pergi ke mall bersama bu Retno. Mereka rencananya akan belanja bulanan. Diana memang semakin dekat dengan ibu ibu kompleks.

"Mbok, silahkan ambil juga untuk kebutuhan rumah," ujar Diana mempersilahkan. Setiap belanja bulanan, dia juga selalu membelikan keperluan bulanan untuk asisten rumahtangganya itu. Mbok Sum mengambil dua troli, satu untuk keperluan Diana, satu untuk keperluan rumahnya. Sedangkan Aaron ditaruh dalam kereta bayi.

"Diana, saya muter ke sayur dulu ya," pamit bu Retno.

"Iya bu, saya mau ke lorong susu," kata Diana.

Mereka berpisah dengan tujuan belanja masing-masing.

"Hallo dad," sapa Diana kepada suaminya melalui sambungan telepon. Begitu ponsel berdering, Diana langsung mengangkatnya.

"...."

"Iya jadi, ini udah di mall," katanya.

"...."

"Iya. Kalau sudah selesai langsung pulang. Nanti makan malem di rumah kan?" tanyanya. Ternyata Darren meminta izin untuk pulang terlambat karena ada meeting dengan atasannya. Darren dan Diana memang membiasakan diri untuk saling meminta izin untuk melakukan sesuatu. Ini dimaksudkan untuk menjaga kepercayaan dalam rumah tangga.

"...."

"Oke. Hati-hati Daddy, bey," tutup Diana. Dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

Selama hampir dua jam mereka habiskan untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Setelahnya mereka berputar ke area pakaian.

Dulu saat masih di Jakarta, setiap suntuk atau pikirannya sedang kacau, tempat pelarian Diana adalah mall untuk membeli pakaian. Tapi sekarang dia harus bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Tidak semuanya bisa terbeli, oleh karena itu dia perlu menerapkan skala prioritas.

Khusus teruntuk Aaron, Diana selalu membelikan pakaian baru setiap bulannya. Ini karena berat badan Aaron yang selalu bertambah, jadi bajunya sudah tidak muat.

"Ada yang perlu dibeli lagi bu?" tanya Diana pada bu Retno.

"Sudah, ibu sudah beli semua."

Karena sudah tidak ada yang perlu dibeli lagi, mereka memutuskan pulang. Ada dua kantong besar berisi belanjaan milik Diana dan satu kantong milik mbok Sum.

***

Bugh

"Aduh," teriak Diana. Kepalanya membentur setir mobil.

"Kita nabrak dek," kata bu Retno yang duduk di kursi penumpang sebelah Diana. Beliau tampak panik.

Diana mengecek spion. Ada sesuatu yang menabrak mobilnya dari arah belakang. Benar, sebuah mobil berjenis rubicon warna hitam mendadak belok di tikungan dan menabrak mobil Diana. Hantaman cukup keras itu menyebabkan sisi belakang mobil Diana peyok.

Pregnant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang