CHAPTER 5 • CCTV

10K 597 3
                                    

"Where there is love there is life." Mahatma Gandhi

Di mana ada cinta, di situ ada kehidupan

•••••

Darren Morreno Smith pov

Dua bulan berlalu sejak kedatangan Diana ke rumahku. Aku belum sempat ke Jakarta untuk menemukan fakta sebenarnya. Begitu banyak pekerjaanku di Kantor, apalagi aku mendapat tugas membuat sistem aplikasi baru untuk rencana pengembangan perusahaan. Disisi lain, orderan membuat design rumah lumayan menumpuk. Bahkan di hari sabtu dan minggu aku harus berkutat dengan pekerjaan. Mungkin bisa dibilang ini rejeki anak. Eh, tunggu dulu, belum tentu juga anak di kandungan Diana itu anakku.

Ngomong soal Diana, dia perempuan yang baik. Setiap pagi dia membuatkanku sarapan, malam hari ketika pulang kantor juga selalu ada makanan di meja makan. Rumah jadi tertata lebih bersih dari biasanya. Baju baju ku jadi ada nyuciin dan setrikain, nggak perlu laundry lagi. Waktu aku harus lembur ngerjain kerjaan, dia juga nemenin, buatin kopi dan cemilan.

Ada baik juga ada buruknya. Di masa kehamilannya ini, dia sering kali ngidam aneh aneh. Tidak jarang malam hari aku dibangunin cuma buat beli makan.

Hari ini aku berniat akan ke Jakarta. Tidak bisa ditunda-tunda lagi. Aku harus mencari tahu kebenarannya. Kalau memang anak yang dikandung Diana adalah anakku, maka aku harus segera menikahinya.

"Kamu jadi mau ke Jakarta?" tanya Diana. Dia ikut mambantuku memasukkan baju dalam tas. Aku mengangguk mantap. Dia terus saja menanyakan perihal ini kepadaku dari kemarin, padahal dia sudah tau jawabannya akan tetap sama.

"Jangan lama-lama ya," ucapnya manja. Entah ini sifat aslinya atau bawaan bayi, aku tidak tau.

"Minggu sore atau malam aku udah sampe sini lagi," jawabku.

"Lagian ngapain sih ke sana, dikerjain di sini aja." Aku memang bilang ke dia bahwa aku ke Jakarta untuk mengurus program ku yang baru di kantor pusat.

"Kali ini aku harus langsung ke sana. Kantor pusatnya kan ada di sana. Lagian nanti kalau selesai aku langsung pulang."

"Kalau adek minta makan malem malem gimana?" Diana membahasakan 'adek' untuk bakal bayi yang ada di kandungannya.

"Go-food aja kan bisa, atau minta tolong pak Tono." Pak Tono ini adalah satpam yang biasa jaga gerbang kompleks.

"Ini uang buat dua hari kedepan, jangan boros-boros," kataku sembari memberikan beberapa lembar Soekarno-hatta kepada Diana. Diana menerima uang itu dan mengangguk, lalu memasukkannya ke dalam kantung celana.

"Mau langsung berangkat sekarang?" tanya Diana.

"Iya, nanti keburu macet," jawabku. Hari ini hari jumat sore, dipastikan jalanan akan lebih macet dari biasanya.

Aku keluar dari rumah sambil membawa tas yang berisi pakaian. Diana mengekor dibelakangku.

"Aku berangkat, hati-hati di rumah," pesanku saat akan melesakkan mobilku. Diana melambaikan tangannya.

***

"Hai bro, apakabar?" sambut Ivan ketika ku memasuki ruangan kerjanya. Dia dan Andre sengaja ku kumpulkan di cafe milik Ivan ini. Mereka harus membantuku menyelesaikan masalahku.

Pregnant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang