CHAPTER 19 • KEPERGIAN

6.2K 336 3
                                    

"Cinta itu mempunyai kesanggupan yang hebat. Dia bisa membuat binatang menjadi manusia, dan manusia menjadi binatang." 

[William Shakespeare]

•••••

Ini adalah hari terakhir Diana di rumah Darren. Sedari semalam dia sudah sibuk mempersiapkan diri dan perlengkapan untuk dibawa pulang ke Jakarta.

"Tolong susui Aaron sekali aja di, biarkan dia merasakan air susu dari ibunya," mohon Darren kepada Diana.

Diana menggeleng, "nanti Aaron ketergantungan sama aku."

"Nggak akan."

"Sekali aja ya," tawar Diana. Darren sudah mengabulkan beberapa permintaannya, jadi tidak ada salahnya dia mengabulkan keinginan Darren.

"Ya, sekali saja."

Air Susu Diana sangat lancar keluar. Aaron pun dengan lahapnya meminum. Mungkin ini juga efek dari suplemen yang secara rutin Darren campurkan dalam makanan Diana.

***

"Aku anter ke Jakarta aja di," tawar Darren. Dia tidak tega melihat Diana sendirian pergi ke Jakarta. Diana sedang sibuk mengemas pakaiannya. Hanya beberapa potong yang dia bawa, tasnya tidak muat.

"Nggak perlu, cukup anter ke terminal," ujar Diana. Dia tidak mau merepotkan Darren. Baginya Darren sudah mau melepasnya saja sudah sangat melegakan. Dia amat berterimakasih kepada Darren karena itu.

"Aku punya sesuatu buat kamu," ucap Darren.

"Nggak perlu Darren. Kamu melepaskan aku saja sudah lebih dari cukup."

"Kalau kamu nggak terima ini, kamu nggak boleh pergi," ancam Darren.

Diana menarik nafas gusar. Dia mengalihkan pandangan ke arah Darren yang duduk di kasurnya.

"Pakailah ini, jangan pernah dilepas!" perintah Darren dengan tegas. Dia memakaikan kalung dengan bandul permata berjumlah enam buah. Sederhana namun terlihat elegan. Terlihat cocok untuk leher jenjang Diana.

"Terus ini untuk pegangan kamu," lanjut Darren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terus ini untuk pegangan kamu," lanjut Darren. Amplop coklat berisi lima juta rupiah itu Darren masukkan ke dalam tas Diana diantara tumpukan baju. Diana ingin menolak, tapi dia juga butuh uang itu. Tidak mungkin ke Jakarta tanpa membawa uang sepeser pun. Katakanlah tiket sudah dibayar oleh Darren, tapi dia juga butuh uang untuk makan atau untuk ke toilet misalnya.

"Makasih. Aku mau merepotkan kamu sekali lagi," pinta Diana. Selembar kertas yang sudah terlipat dia sisipkan di tangan Darren.

Darren lantas membukanya, "alamat siapa?"

"Itu alamat rumah papa Charlos. Nanti kalau surat cerainya sudah keluar, tolong kirimkan ke alamat itu."

Darren menghembuskan nafas gusar. Berkali-kali Diana ngomong tentang perceraian dengan mudahnya. Apakah memang seingin itu dia pergi dari kehidupan Darren?

Pregnant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang